Perang Rusia Ukraina

Jerman dan Perancis Usir Puluhan Diplomat Rusia, Dampak Kebrutalan di Bucha Ukraina

Jerman mengikuti langkah serupa oleh mitra Eropa dalam beberapa hari terakhir, sebagai reaksi terhadap serangan Rusia ke Ukraina.

Editor: Alfons Nedabang
AP
Prajurit Ukraina memeriksa jalan-jalan untuk mencari jebakan di pinggiran kota Bucha, Ukraina, yang sebelumnya diduduki Rusia, Kyiv. 

Termasuk "menjatuhkan sanksi yang lebih keras kepada Rusia, secara tegas memperluas dukungan untuk pasukan tempur Ukraina dan memperkuat sayap timur NATO".

Sebelumnya, Lithuania mengatakan akan mengusir duta besar Rusia dan akan menutup konsulat Rusia di kota pelabuhan Klaipeda. Dikatakan utusannya ke Moskwa "akan kembali dalam waktu dekat".

"Lithuania berdiri dalam solidaritas penuh dengan Ukraina dan rakyat Ukraina, yang menjadi korban agresi Rusia yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Menteri Luar Negeri Lithuania Gabrielius Landsbergis dalam sebuah pernyataan.

“Kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh angkatan bersenjata Rusia di Ukraina tidak akan dilupakan,” tambahnya.

Baca juga: Kisah Pilu Wali Kota Wanita di Ukraina yang Dibunuh Bersama Suami dan Anaknya oleh Militer Rusia

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan bukti pembunuhan warga sipil dari Bucha hanyalah “puncak gunung es”, dan menunjukkan perlunya sanksi yang lebih keras terhadap Moskwa.

“Tanggapan setengah-setengah tidak cukup lagi. Saya menuntut sanksi paling berat minggu ini, ini adalah pembelaan para korban pemerkosaan dan pembunuhan. Jika Anda ragu tentang sanksi, pergi ke Bucha dulu,” katanya saat konferensi pers dengan Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss.

Invasi Rusia pada 24 Februari telah menewaskan ribuan orang, menurut pihak berwenang Ukraina, dan memaksa lebih dari 4 juta orang Ukraina meninggalkan negara mereka.

Putin mengatakan serangan itu ditujukan untuk menghilangkan ancaman keamanan, dan menuntut agar Ukraina membatalkan tawarannya untuk bergabung dengan NATO.

Kyiv dan sekutunya mengatakan invasi adalah perang agresi. (*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved