Berita Lembata Hari Ini

Budaya Adalah Inti Dari Hidup Masyarakat Lembata

Dua hari perayaan puncak eksplorasi budaya Lembata, 6-7 Maret 2022, melibatkan semua perwakilan tokoh adat dari sembilan kecamatan

Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Ferry Ndoen
zoom-inlihat foto Budaya Adalah Inti Dari Hidup Masyarakat Lembata
Keterangan Foto/Ricko Wawo
Lembata Thomas Ola Langoday, rombongan pemerintah dan masyarakat adat tiba di desa Hadakewa, Kecamatan Lebatukan, Minggu, 6 Maret 2022.

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, RICKO WAWO

POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Dua hari perayaan puncak eksplorasi budaya Lembata, 6-7 Maret 2022, melibatkan semua perwakilan tokoh adat dari sembilan kecamatan di Kabupaten Lembata. Perayaan berlangsung di desa Hadakewa dan di Pantai Wulen Luo, Kota Lewoleba.

Di dua tempat ini, masyarakat bukan hanya merefleksikan kembali nilai-nilai budaya Lembata, tetapi juga mengenang peristiwa penandatanganan statement 7 Maret 1954 yang disebut menjadi tonggak bersejarah lahirnya Kabupaten Lembata yang berdiri otonom.

Di Bumi Tujuh Maret Hadakewa, nama-nama para pencetus statement 7 Maret seperti di antaranya Petrus Gute Betekeneng, Abdul Salam Sarabiti, ST Atawolo dan tokoh lainnya disebut lagi sebagai bagian rasa syukur orang Lembata yang hidup berbalut budaya.

Bupati Lembata Thomas Ola Langoday juga menandatangani prasasti eksplorasi budaya di SDK St Laurensius Hadakewa, tempat di mana 68 tahun silam statement 7 Maret ditandatangani. Kemudian acara berlanjut dengan pawai budaya menuju ke Kota Lewoleba, Pantai Wulen Luo.

Tak hanya melalui jalan darat, puluhan kapal motor dari desa Kolontobo juga menyeberangi Teluk Lewoleba dan berlabuh tepat di pesisir Pantai Wulen Luo.

Kapal-kapal motor ini membawa lima kelompok Muro dari desa Dikesare, Kolontobo, Tapobaran, Lamawolo, dan Lamatokan. Muro merupakan kearifan lokal masyarakat untuk menjaga kelestarian ekosistem laut. Tiba di Pantai Wulen Luo, rombongan masyarakat adat ini langsung disambut secara adat oleh Bupati Lembata Thomas Ola Langoday dan rombongan.

Muro atau juga biasa disebut Badu memang mendapat tempat khusus dalam pekan eksplorasi budaya Lembata, 3-7 Maret 2022. Bupati Thomas ingin semangat dan nilai-nilai Muro diterapkan masyarakat dalam menjaga kelestarian laut dari eksploitasi berlebihan yang merusak. Acara penutupan eksplorasi budaya Lembata berakhir meriah hingga malam hari.

Masyarakat adat yang mengenakan pakaian adat ikut larut dalam sukacita pementasan tarian tradisional, teater, fashion show dan pameran budaya dari setiap kecamatan.

Dosen Antropologi Filsafat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang, Dr Hippolitus Kristoforus Kewuel mengatakan masyarakat selama ini memang merindukan acara kebudayaan semacam ini.

Hal ini dibuktikan dengan antusiasme masyarakat mengikuti semua rangkaian ritual adat yang digelar di setiap kecamatan sejak tanggal 7-28 Februari 2022. Pemerintah daerah  pun ikut serta bersatu padu dalam gelaran ritual tersebut.

“Ini pertanda masyarakat merindukan itu, menikmati hidup budaya mereka. Kita datang dan menyentuh sisi paling inti dari hidup masyarakat Lembata yaitu budaya,” tegas Dr Hippo saat memberikan testimoni eksplorasi budaya di desa Hadakewa, Kecamatan Lebatukan. Kebudayan menurutnya merupakan kekuatan masyarakat Lembata dan kebudayaan di Kabupaten Lembata adalah bagian dari peradaban dunia.

Anggota DPRD Provinsi NTT Viktor Mado Watun menekankan pentingnya kehadiran generasi muda dalam eksplorasi budaya Lembata tersebut. Anak muda Lembata adalah penerus dan pewaris sah dari kebudayan yang ada di Kabupaten Lembata.

Sebagai wakil rakyat, Viktor mendorong Sekda Lembata dan dinas teknis supaya berupaya menjadikan eksplorasi budaya sebagai event tahunan dan kemudian dibiayai oleh pemerintah pusat.

Ada lima kabupaten di NTT, kata dia, yang festival budayanya dibiayai oleh pemerintah pusat yakni  Flores Timur, Alor, TTS, Ngada dan Sumba Timur. Belum termasuk Kabupaten Lembata.

“Kegiatan ini tidak boleh mati dan dimatikan. Harus mulai rancang sistem supaya event budaya di desa-desa terdata secara baik dan tugas kami mewartakan ke mana mana bahwa ada even di Lembata. Itu harus terdata secara baik,” tegas dia.

Wakil Bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli, yang hadir dalam acara penutupan juga menyanjung penyelenggaraan event eksplorasi budaya Lembata. Sebagai kabupaten induk, Flores Timur menganggap Lembata sebagai adik. Secara budaya, Flores Timur dan Lembata adalah satu yakni berbudaya Lamaholot dan Kedang.

“Secara budaya saya hadir sebagai Lewo Kaka Bapa, Flores Timur yang melahirkan Lembata 23 tahun lalu. Di tengah kesibukan kami membangun Flores Timur, kami tetap mengingat dan tidak pernah melupakan kabupaten Lembata, anak kami,” ungkapnya disambut tepuk tangan masyarakat yang memadati pelataran pantai Wulen Luo.

Bupati Lembata Thomas Ola Langoday menyampaikan terima kasih kepada semua pihak  baik yang pro dan kontra terhadap kebijakan eksplorasi budaya Lembata. Menurut dia, dinamika itu telah memperkaya panitia untuk terus bekerja, terus membumi, dan tidak mengudara.

“Berbagai kritik dan saran kami terima sebagai masukan yang berharga. Yang kami lakukan ini hanya untuk Lewotana Ribu Ratu,” katanya.

Pada kesempatan itu juga diselenggarakan acara penyerahan rekomendasi pendirian perguruan tinggi di Kabupaten Lembata kepada Yayasan Koker Niko Beker, serah terima pemanfaatan infrastruktur pemukiman kawasan relokasi pasca bencana kepada pemda Lembata dan penyerahan policy brief eksplorasi budaya dari tim ahli kepada bupati Lembata. (*)

Lembata Thomas Ola Langoday, rombongan pemerintah dan masyarakat adat tiba di desa Hadakewa, Kecamatan Lebatukan, Minggu, 6 Maret 2022.
Lembata Thomas Ola Langoday, rombongan pemerintah dan masyarakat adat tiba di desa Hadakewa, Kecamatan Lebatukan, Minggu, 6 Maret 2022. (Keterangan Foto/Ricko Wawo)
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved