Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Rabu 2 Maret 2022: Abu di Kepala dan Air di Kaki
Gereja mengawali Masa Prapaska dengan memperagakan sebuah ritus di kepala manusia dan mengakhirinya dengan meragakan sebuah Ritus di kaki manusia.
Renungan Harian Katolik, Rabu 2 Maret 2022: Abu di Kepala dan Air di Kaki (Matius 6:1-6
Oleh: RD. Fransiskus Aliandu
POS-KUPANG.COM - Gereja mengawali Masa Prapaska dengan memperagakan sebuah ritus di kepala manusia dan mengakhirinya dengan meragakan sebuah Ritus di kaki manusia. Jadi, boleh dibilang Masa Prapaska merupakan perjalanan dari kepala sampai ke kaki.
Perjalanan itu sulit dan panjang sebab perjalanan itu bukan dari kepala kita sampai ke kaki kita, melainkan perjalanan yang berawal dari kepala kita yang ditaburi abu pada hari Rabu Abu dan nantinya akan berakhir di kaki sesama dengan perbuatan membasuh kaki sesama: cinta kasih yang berwujud pelayanan.
Hari ini kita memulai perjalanan itu dengan ritus penaburan abu di kepala atau pengolesan abu di dahi kita. Apa makna abu yang ditaburi di kepala atau diolesi di dahi kita sebagai dimulainya Masa Prapaskah?
Pusat Gereja kita ada di Roma, di dunia barat, dengan 4 (empat) musimnya. Yaitu, Musim Panas, Musim Gugur, Musim Dingin, dan Musim Semi atau Musim Bunga.
Setelah musim panas di bulan Juni sampai Agustus, mulailah musim gugur yang berlangsung selama bulan September sampai November, di mana daun-daunan pohon rontok dan cuaca mulai dingin.
Lalu datang musim dingin pada bulan Desember hingga Februari, di mana sering turun salju yang meliputi seluruh alam. Selama musim dingin ini, alam beristirahat, para petani tak bisa mengelola ladang-ladang mereka, karena tanah membeku.
Pada zaman dulu, untuk memasak dan memanaskan rumah, orang membakar kayu api. Abunya tidak dibuang, tapi dikumpulkan untuk dipakai sebagai pupuk.
Saat datang musim semi pada bulan Maret yang berlangsung hingga Mei, cuaca mulai panas, salju mulai mencair, seluruh alam sepertinya bangun dari tidur.
Pada saat musim semi inilah abu yang telah dikumpulkan selama musim dingin, (akan) ditaburkan oleh para petani di ladang-ladang mereka sebagai pupuk, yang menyuburkan dan memberikan daya hidup baru kepada tumbuh-tumbuhan.
Masa Prapaskah dan Masa Paskah memang selalu jatuh pada musim bunga. Apakah ada kaitannya dengan taburan abu pada musim semi?
Konon Gereja berpikir bahwa abu yang ditaburkan untuk menyuburkan dan membawa daya hidup baru bagi tumbuh-tumbuhan pada musim semi rupanya dapat dijadikan lambang pertobatan yang diwartakan Yesus dengan seruan-Nya, "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (Mrk 1:15b).
Pertobatan bagaikan abu yang menyuburkan dan membawa vitalitas baru ke dalam "tanah", hati manusia.
Kita tahu, bertobat berarti berbalik dari jalan yang salah ke jalan yang benar; kembali kepada Tuhan setelah menghilang jauh.
Dengan lain kata, bertobat berarti menjadikan Yesus dan ajaran-Nya sebagai pedoman hidup kita: kita mau berpikir, berbicara dan mencintai seperti Yesus berpikir, berbicara dan mencintai.
Dalam kaitan dengan tobat ini, mengemuka seruan tentang puasa dan mati raga. Dua praktek hidup yang menjadi sahabat karib yang membantu langkah untuk bertobat.
Maka ada penetapan waktu untuk berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung, dan saatnya berpantang pada tiap hari Jumat selama Masa Prapaskah.
Meski begitu, tetaplah dijadikan pedoman dasar perkataan Yesus, "Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan" (Mat 12:7). Itu berarti puasa dan mati raga harus terarah dan bermuara pada belas kasihan.
Seorang misionaris tua asal Italia berbagi pengalaman menarik tentang praktek puasa dan mati raga.
"Waktu kecil, saya diajari oleh guru katekis agar di waktu puasa kita harus berkorban. Misalnya, tidak makan es krim untuk menyatakan kasih kepada Yesus.
Saya tidak mengerti mengapa Yesus minta supaya saya tidak makan es krim. Padahal tidak seperti sekarang, waktu saya kecil, jarang sekali kami bisa dapat makan es krim. Namun saya tetap bermatiraga untuk menyatakan kasih kepada Yesus.
Ketika saya sudah besar, saya mendengar dari seorang ahli Kitab Suci bahwa dengan pernyataan, "Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan", Yesus ternyata tidak mau makan es krim saya. Yesus tidak membutuhkan es krim saya.
Yesus tidak mau supaya saya berkorban bagi Dia. Tetapi Yesus justru senang kalau saya tidak makan es krim itu agar bisa diberikan kepada teman saya yang kurang mampu sehingga membuat dia bahagia. Yesus mau belaskasihan saya, bukan persembahan saya".
Maka, pantang dan puasa yang dijalani selama 40 hari bermakna bahwa kita dengan penuh kesadaran mengambil keputusan berbagi apa yang kita miliki, sepadan dengan kemampuan kita, untuk mengurangi penderitaan sesama.
Kita menurunkan sedikit taraf hidup kita untuk membantu sesama yang menderita untuk menikmati taraf hidup yang lebih layak.
Kita tidak akan menjadi miskin. Sebab Yesus tidak minta agar kita menelanjangi diri, melainkan Ia minta agar kita memberikan pakaian kepada orang yang telanjang dan memberikan makanan kepada orang yang lapar (bdk. Mat 25:35-36).
Nah ... belas kasihan yang berwujud dalam pelayanan kasih itu akan menemukan makna sepenuhnya pada Hari Kamis Putih dalam Perjamuan Ekaristi, di mana bersama Yesus dan seperti Yesus kita belajar membasuh kaki sesama sebagai simbol belas kasih kita.
Abu di kepala dan air di kaki. Di antara keduanya terbentang Masa Prapaskah selama 40 hari. Selama itu kita berziarah dari diri kita yang bertobat dibarengi berpuasa dan bermati raga kepada diri sesama yang berwujud konkrit dalam pelayanan kasih kita.*
Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 2 Maret 2022:

Bacaan I: Yoel 2:12-18
Seruan untuk bertobat
"Tetapi sekarang juga," demikianlah firman TUHAN, "berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh."
Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu,berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang,panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya.
Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat, menjadi korban sajian dan korban curahan bagi TUHAN, Allahmu.
Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang tua, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah penganten laki-laki keluar dari kamarnya, dan penganten perempuan dari kamar tidurnya; baiklah para imam, pelayan-pelayan TUHAN, menangis di antara balai depan dan mezbah, dan berkata, "Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir e kepada mereka. Mengapa orang berkata di antara bangsa: Di mana Allah mereka?"
TUHAN menjadi cemburu karena tanah-Nya, dan Ia belas kasihan kepada umat-Nya.
Mazmur Tanggapan: Mzm 51:3-6; 12-17
Refrein: Mohon Ampun Kami Orang Berdosa
* Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, menurut besarnya rahmat-Mu, hapuskanlah pelanggaranku. Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku.
* Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku. Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.
* Sesungguhnya, dalam kesalahan s aku diperanakkan , dalam dosa aku dikandung ibuku. Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku.
* Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu.
* Lepaskanlah aku dari hutang darah, ya Allah, Allah keselamatanku, maka lidahku akan bersorak-sorai memberitakan keadilan-Mu!
* Ya Tuhan, bukalah bibirku, supaya mulutku memberitakan puji-pujian kepada-Mu! Sebab Engkau tidak berkenan kepada korban sembelihan; sekiranya kupersembahkan korban bakaran, Engkau tidak menyukainya.
* Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
2 Korintus 5:20-21; 6:1-2
Pelayanan untuk Perdamaian dan Paulus dalam Pelayanannya
Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.
Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.
Sebab Allah berfirman, "Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau."
Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.
Demikianlah Sabda Tuhan.
U: Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil:
Refren. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat: Jangan kautegarkan hatimu; dengarkanlah suara Tuhan pada hari ini.
Bacaan injil Matius 6:1-6; 16-18
Bapamu yang melihat yang tersembunyi, akan mengganjar engkau
Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, “Hati-hatilah, jangan sampai melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat. Karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di surga.
Jadi, apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya dipuji orang.
Aku berkata kepadamu: Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri di rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’.
Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu, dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi.
Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa.
Aku berkata kepadamu, ‘Mereka sudah mendapat upahnya’.
Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Demikianlah Sabda Tuhan
U: Terpujilah Kristus.