Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Minggu 27 Februari 2022: Kritik Kenabian sebagai Titian Tobat

Tuhan Yesus bersabda, “..Hai orang munafik, keluarkan dahulu balok di matamu maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selubar dari mat

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik, Minggu 27 Februari 2022, Minggu Biasa VIII: Kritik Kenabian Sebagai Titian Tobat (Sir 27:4-7; 1 Kor 15: 54-58; Luk 6: 39-45)

Oleh: RP. Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Tuhan Yesus bersabda, “..Hai orang munafik, keluarkan dahulu balok di matamu maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selubar dari mata saudaramu” ( Luk. 6:41).

Sabda ini mengingatkan kita agar menilai orang lain dengan penuh kehati-hatian. Apabila kita mengharapkan suatu penghakiman yang berbelas kasih dari Allah, maka lebih baiklah bagi kita untuk menilai dan menghakimi sesama kita dengan penuh kasih, pengampunan, dan pengertian seperti yang kita harapkan dari Allah.

Sabda ini terarah kepada pribadi sesama kita. Hal lain akan sangat berbeda ketika kita mengkritik realitas sosial di tengah ruang publik. Apabila kita merenungkan apa saja yang hilang karena kita mengkritisi orang lain secara terburu-buru dan tidak adil, maka kita dapat memahami mengapa Yesus berkata begitu keras tentang hal ini.

Gosip, kabar angin dan sejenisnya seringkali bertumbuh dari rasa cemburu, iri hati, balas dendam dan prasangka serta praduga. Semua ini menjadi dasar bagi orang munafik untuk menutupi dosanya.

Ketika kita menghakimi orang lain secara tergesa, maka kita akan kehilangan kasih, keutamaan atau kebajikan utama yang dituntut oleh Allah dari diri kita.

Yesus bersabda bahwa kita harus melakukan yang baik walaupun kepada mereka yang membenci kita (Mat 5:44).

Kita juga akan kehilangan pengendalian-diri. Santo Yakobus dalam suratnya yang terkenal mengingatkan para pembaca akan dosa karena lidah dan konsekuensinya (Yak 3:1-12)

Apabila lidah kita tidak dikendalikan dengan baik dalam menilai dan menghakimi orang lain. Kita tidak boleh kehilangan disiplin diri, suatu hal yang bersifat hakiki dalam pertumbuhan hidup kita sebagai seorang Kristiani.

Selain itu, hasrat kita akan hal yang baik menjadi terhalang. Seorang tukang gosip tidak hanya dapat menghalangi orang-orang untuk berbuat baik, melainkan juga dapat menghancurkan kemampuannya sendiri untuk memikirkan dan melakukan hal-hal yang baik bagi orang lain.

Kita memang tidak dapat mencari kebenaran dan kejahatan pada saat yang bersamaan. Pada akhirnya, kita akan membuang-buang banyak waktu.

Semua waktu yang digunakan untuk mencari-cari kesalahan orang lain dan secara terburu-buru menghakimi orang lain seharusnya digunakan untuk menolong sesama kita, untuk mengembangkan suatu cinta kasih bagi mereka dalam mewujudkan tindakan kasih Kristiani yang konkret.

Yesus juga mengingatkan kita akan salah satu bahaya dalam mengkritik atau mengingatkan orang lain. Teguran dan kritik mesti berlandaskan kasih agar bisa menarik kembali orang itu kepada kebenaran Kristus.

Tentu budaya dan konteks sosial bagi setiap orang berbeda. Bahasa sebagai medium untuk menyampaikan kritik dan teguran mendapatkan ruang pemaknaan yang berbeda sesuai konteks sosial.

Intinya, kritik dan teguran adalah jalan kasih Allah mengembalikan orang itu kepada kebenaran dan kebaikan.

Maka Tuhan Yesus mengingatkan kita agar tidak menjadikan kritik dan teguran sebagai mekanisme pertahanan atau pembelaan diri (self defense mechanism) sebagaimana disitir oleh Psikolog Sigmud Freud sebagai proyeksi.

Hal ini bisa dikaitkan dengan teori kambing hitam yang dipopulerkan oleh Filsuf Rene Girard. Orang menyampaikan kritik sebagai medium untuk mengalihkan kesalahan dari dirinya dengan menjadikan orang lain sebagai korban.

Ketika kritik dan teguran terbingkai dalam mekanisme pertahanan diri dan menjadikan orang lain sebagai kambing hitam, maka kekerasan akan terus terulang dan akan hadir korban-korban baru tanpa akhir.

Maka Tuhan menyadarkan kita betapa pentingnya kasih dan persaudaraan menjadi landasannya.

Tuhan bilang, kita mesti kembali ke dalam jati diri kita. Kita dengan jujur memeriksa kualitas hidup kita sendiri dan membersihkan hati kita dari prasangka, pikiran negatif dan represi egoisme.

Hal itu akan menjadi kekuatan rohani bagi kita untuk memberikan teguran, nasihat dan kritik dengan motivasi yang baik dan murni.

Hati yang tulus dan bersih akan tercermin keluar dalam kata-kata yang positif dan konstruktif. Kritik yang kita berikan akan mengalir dengan alamiah memasuk relung hati orang yang terbuka menerimanya.

Di titik ini pun orang yang mnjadi sasaran teguran dan kritik mesti lebih terbuka hatinya. Hati yang tertutup akan semakin memurukkan hidup orang itu. Rahmat Allah hanya akan bekerja efektif ketika hati manusia terbuka menerima aliran rahmat itu.

Orang-orang yang degil dan dangkal hati, apalagi yang berlabel kekuasaan politik dan uang, hanya akan melihat teguran dan kritik sebagai medium pelampiasan iri hati, cemburu dan dengki.

Akibatnya, dia tidak akan bertobat. Hidupnya akan semakin terpuruk ke sudut dunia paling kelam. Teguran dan kritik adalah lilin yang menerangi dia agar keluar dari gua gelap persembunyian dirinya. Lilin itu adalah pesan Tuhan.

Pertanyaan reflektikf: Apakah kita manusia yang berdosa ini bisa menegur dan mengkritik sesama kita?

Tuhan Yesus bilang, keluarkan dahulu balok dari mata kita agar bisa melihat dengan jelas serpihan kayu yang kecil dari mata sesama. Pertanyaan di atas menjadi relevan ketika orang mengkritik perilaku para elite politik dan pejabat yang banyak di antaranya beragama Katolik.

Ada bahaya bahwa Sabda Tuhan itu seolah membatasi bahkan meniadakan suara kritis-profetis bagi tata hidup dunia. Tuhan Yesus tidak melarang kita untuk menegur dan mengkritik sesama.

Teguran dan kritik itu urgen dan mendesak untuk penataan diri dan pembangunan mental spiritual. Tuhan Yesus juga tidak omong bahwa kita mesti menjadi santo dan santa dulu baru menegur dan mengkritik orang lain. Kita juga tidak bisa bungkam di hadapan realitas sosial yang buruk karena masih menunggu Tuhan mengutus Malaikat-Nya untuk meraparasi situasi itu.

Alih-alih menunggu teguran Malaikat, malah yang datang justru api untuk memusnahkannya.

Yesus menginsafkan kita agar motivasi dalam memberikan teguran dan kritik berlandas pada kasih dan niat murni untuk pertobatan. Teguran dan kritik adalah titian menuju keselamatan. Bahasa sebagai medium untuk memberi teguran dan kritik tentu saja sesuai konteks sosial dimana kritik itu disuarakan.

Yesus dalam banyak kesemparan pun menegur dan mengkritik praktik keagamaan kaum Farisi dan ahli Taurat dengan keras dan sarkastik. Kritik Tuhan itu kalau disampaikan zaman ini bisa membawa banyak orang menuju ruang gawat darurat rumah sakit.

Motivasi dan niat tulus itu akan terbahasakan dalam kasih dan penghormatan terhadap martabatnya. Sabda Tuhan hari ini semakin memberikan peneguhan rohani bagi kita agar setia mengingatkan orang lain sebagai titian untuk kembali kepada Tuhan.*

Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 27 Februari 2022:

Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab.
Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab. (POS-KUPANG.COM/AGUSTINUS SAPE)

Bacaan Pertama: Sirakh 27:4-7

Kalau ayakan digoyang-goyangkan, maka sampahlah yang tinggal.

Demikian pula keburukan manusia tinggal dalam bicaranya.

Perapian menguji periuk belanga penjunan, tetapi ujian terhadap manusia terletak dalam bicaranya.

Nilai ladang ditampakkan oleh buah pohon yang tumbuh di situ, demikian pula bicara orang menyatakaan isi hatinya.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 92:2-3,13-16

Refrein: Aku hendak memuji nama-Mu, ya Tuhan, selama-lamanya.

1. Sungguh baik menyanyikan syukur kepada Tuhan, dan menyanyikan mazmur bagi nama-Mu, yang maha tinggi, memberitakan kasih setia-Mu di waktu pagi dan kesetiaanMu di waktu malam.

2. Orang benar akan bertunas seperti pohon kurma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait Tuhan akan bertunas di pelataran Allah kita.

3. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan bahwa Tuhan itu benar, bahwa Ia gunung batuku, dan tidak ada kecurangan pada-Nya.

Bacaan Kedua: 1 Korintus 15:54-58

Saudara-saudara, sesudah hal-hal yang dapat binasa mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah Firman Tuhan: ”Maut telah ditelan dalam kemenangan!

Hai maut, di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?

Sengat maut adalah dosa, dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.

Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberi kita kemenangan berkat Yesus Kristus, Tuhan kita.”

Karena itu, Saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!

Sebab kamu tahu bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Bacaan Injil: Lukas 6:39-45

Sekali peristiwa Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya, “Dapatkah seorang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang?

Seorang murid tidak melebihi gurunya, tetapi orang yang telah tamat pelajarannya akan menjadi sama dengan gurunya.

Mengapakah engkau melihat selumbar dalam mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?

Bagaimana mungkin engkau berkata kepada saudaramu, ‘Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar dalam matamu’, padahal balok yang dalam matamu tidak engkau lihat?

Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.

Tidak ada pohon baik yang menghasilkan buah yang tidak baik.

Dan juga tidak ada pohon tidak baik yang menghasilkan buah baik. Sebab setiap pohon dikenal dari buahnya.

Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara, dan dari duri-duri orang tidak memetik buah anggur.

Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hati yang baik.

Tetapi orang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaan hati-Nya yang jahat. Sebab yang diucapkan mulut meluap dari hati.”

Demikianlah Sabdal Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik lainnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved