Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Senin 21 Februari 2022: Ketajaman Mata Hati
Murid-murid Yesus sedang dikerumuni orang banyak. Pasalnya, ada sejumlah ahli Taurat sedang mempersoalkan sesuatu dengan para murid Yesus.
Katakanlah! Yesus itu penyembuh, mampu menyembuhkan? Iya! Tapi jauh lebih penting, Ia itu Anak Allah, Mesias, Sang Penyelamat.
Soalnya menyembuhkan bukan sesuatu yang hanya dapat dilakukan oleh Yesus. Manusia dapat dan nyata-nyata melakukannya. Menyembuhkan bukan sesuatu yang luar biasa. Karena kesembuhan itu bukan sesuatu yang abadi. Masih ada maut yang tak bisa diatasi.
Tetapi yang tidak dimiliki oleh siapa pun ialah kuasa ilahi kebangkitan dan pembangkitan Yesus.
Bila orang memiliki ketajaman mata hati dan melihat kuasa ilahi pada diri Yesus dan hidup dalam iklim percaya terutama akan kuasa itu, hidupnya tentu berubah tahap demi tahap. Ia akan mampu memandang yang di bumi ini, termasuk sakit dan penyakit yang mengerikan, dengan perspektif baru.
Ia akan mencari Yesus, Ia datang kepada Yesus, Ia mengikuti Yesus, tetapi belum tentu terutama karena Yesus itu tabib ajaib, melainkan Tuhan yang membangkitkan apa yang nampak mati, Tuhan yang menyediakan kehidupan baru baginya.
Kepercayaan semacam inilah yang dimaksudkan Yesus dan menjadi pokok cerita penginjil. Dan Yesus ingin agar siapa pun memiliki kepercayaan ini.
Orang yang percaya adalah orang yang memiliki cara pandang baru, cara hidup baru. Dan yang baru itu ialah "ilahi".
Yang ilahi itulah yang ditunjuk oleh Yesus sebagai salah satu cara untuk mengusir roh jahat.
"Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau, keluarlah dari pada Anak ini dan jangan memasukinya lagi" (Mrk 9:25).
Baca juga: Renungan Harian Katolik, Minggu 20 Februari 2022: Menjadi Saksi Kasih
Karena itulah saat ditanyakan oleh para murid mengapa mereka tidak dapat mengusir roh itu, ditegaskan-Nya, "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa" (Mrk 9:29).
Orang yang percaya adalah orang yang selalu minta. Tak pernah berhenti meminta. Terus menerus meminta. Meski nampaknya tidak dikabulkan. Bukankah dengan itu ia menunjukkan percaya yang tulen, yaitu ada aspek ilahi dalam dirinya dan terarah mengandalkan kuasa ilahi?
Dengan membaca dan merenungkan cerita ini, bagaimana dengan diri saya? Apakah cara hidup baru, yakni ilahi itu telah saya miliki?
Sebagai orang yang telah mengikuti dan menjadi murid Yesus, tidakkah saya mengecewakan-Nya dengan ketidakpercayaan? Dapat saja nampak dalam mendekati-Nya bila dirasa perlu saja? Atau, hanya memandang hidup ini dan kenyataan yang dialami melulu dalam cara pandang duniawi? *
Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 21 Februari 2022:

Bacaan I: Yak 3:13-18