Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Minggu 20 Februari 2022: Menjadi Saksi Kasih

Nasihat untuk mengasihi musuh bisa dibilang aneh. Sebab, normalnya musuh itu mesti dilawan, dibenci, disingkirkan, kalau perlu dibasmi.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik, Minggu 20 Februari 2022: Menjadi Saksi Kasih (1Sam 26:2.7-9; 1Kor 15: 45-49; Luk 6: 27-38)

Oleh: RP. Steph Tupeng Witin SVD

POS-KUPANG.COM - Menurut "hukum" dunia, "mengasihi" dan "musuh" adalah dua kata yang bertolak belakang.  Karenanya, tidak dapat dipersatukan.

Dalam bahasa Inggris, musuh adalah enemy, berasal dari bahasa Latin Inimicus, artinya "bukan sahabat".

Definisi ini sangat jelas: orang yang membenci, menginginkan hal yang tidak baik, menyebabkan jatuh, kecewa, sakit, dan sebagainya.

Maka, nasihat untuk mengasihi musuh bisa dibilang aneh. Sebab, normalnya musuh itu mesti dilawan, dibenci, disingkirkan, kalau perlu dibasmi.

Tuhan Yesus dalam Injilhari ini bersabda,"Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu” (Luk 6:27).

Sabda Yesus ini begitu sulit, menuntut dan sangat menantang. Kepada orang biasa/kecil yang menjadi korban atau dikorbankan dalam hidup sosial, Yesus menuntut mereka untuk mengasihi musuh. Ia tidak meminta untuk mengutuk atau membalas dendam.

Secara harafiah, sabda Tuhan ini seolah menguntungkan mereka yang menindas, merampok dan membunuh.

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Jumat 18 Februari 2022: Nasib sebagai Murid

Ajaran Tuhan mengasihi musuh tidak saja bermakna teologis-berkenaan dengan aspek imani-tetapi juga bermakna praktis dan masuk akal.

Pertama, membenci musuh akan merugikan diri sendiri; tidak ada orang yang hidupnya bahagia kalau terus dikuasai kebencian terhadap orang lain.

Kedua, melawan kebencian dengan kebencian sama dengan melipatgandakan kebencian. Seperti gelap yang tidak bisa dilawan dengan gelap, tetapi harus dengan terang. Terang, walau hanya secercah, akan sanggup menembus kegelapan.

Tapi jalan menuju itu tidak mudah. Sebab “musuh terbesar adalah diri sendiri”. Jika ada orang yang memusuhi dan membenci kita, sesungguhnya musuh kita bukanlah dia, melainkan diri kita sendiri.

Bagaimana kita mampu menaklukkan diri kita yaitu egoisme untuk balik memusuhinya.

Maka taklukkanlah dirimu di bawah kuasa Tuhan.  “Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka”(Luk 6:31).

Melalui sabda ini Yesus tidak hanya ingin mengubah situasi, tapi Ia menghendaki perubahan sistem dan watak/karakter manusia. Ia menghendaki sebuah tata hidup baru yang dilandaskan pada pengalaman akan Allah Bapa yang penuh kelembutan hati.

Kita bisa belajar dari Daud yang masih belia itu: mengalahkan gelegak balas dendam dan menggantinya dengan belas kasih dan pengampunan kepada Saul yang sedang memburu untuk membunuhnya.

Inilah jalan untuk memutus apa yang disebut oleh Dom Helder Camara, Uskup Agung Racife, Brazil sebagai “The Spiral of Violence” lingkaran setan kekerasan. Jika tidak, kekerasan akan terus beranak pinak, tak kenal waktu untuk berhenti.

Mengasihi musuh dan berbuat baik kepada pembenci kita adalah jalan Tuhan agar kesewenang-wenangan kaum penindas tidak menjadi kesempatan untuk membalas dendam dari pihak korban.

Dengan memahami makna ajaran "mengasihi musuh", kita bisa melihat luka tanpa dendam; kepahitan tanpa amarah; kekecewaan tanpa geram.

Baca juga: Renungan Harian Katolik, Sabtu 19 Februari 2022: Berubah Wajah

Kita memandangnya sebagai kesempatan untuk mengasihi dan berbuat baik kepada orang lain.

Penulis Rohani Alfred Plummer, "Membalas kebaikan dengan kejahatan adalah tabiat Iblis; membalas kebaikan dengan kebaikan adalah tabiat manusiawi; membalas kejahatan dengan kebaikan adalah tabiat Ilahi."

Kemenangan terbesar adalah ketika kita berhasil mengasihi lawan. Kasih tidak bergantung pada apa yang diterima dari orang lain. Kasih selalu menghendaki kebaikan bagi orang lain, terlepas dari apa yang dilakukan orang kepadaku.

Melalui Santo Lukas, Tuhan menghendaki agar setiap murid-Nya memiliki hati yang berbelas kasih (Luk 6:36). Kehendak Tuhan itu mesti menjadi jalan kesaksian kita di tengah dunia. *

Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 20 Februari 2022:

Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab.
Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab. (POS-KUPANG.COM/AGUSTINUS SAPE)

Bacaan I: 1Sam 26:2.7-9.12-13.22-23

Tuhan menyerahkan engkau ke dalam tanganku, tetapi aku tidak mau menjamah.

Bacaan dari Kitab Pertama Samuel:

Pada waktu itu berkemaslah Saul dan turun ke padang gurun Zif dengan tiga ribu orang yang terpilih dari orang Israel untuk mencari Daud di padang gurun itu.

Pada suatu malam, ketika Saul dan para pengiringnya sedang tidur, datanglah Daud dengan Abisai ke tengah mereka.

Dan tampaklah di sana Saul berbaring tidur di tengah-tengah perkemahan, dengan tombaknya terpancang di tanah pada sebelah kepalanya, sedang Abner dan rakyat berbaring sekelilingnya.

Lalu berkatalah Abisai kepada Daud, "Pada hari ini Allah telah menyerahkan musuhmu! Oleh sebab itu izinkanlah kiranya aku menancapkan dia ke tanah dengan tombak ini.

Sekali tikam saja sudah cukup, tidak usah dia kutancapkan dua kali."

Tetapi kata Daud kepada Abisai, "Jangan memusnahkan dia, sebab siapakah yang dapat menjamah orang yang diurapi Tuhan, dan bebas dari hukuman?"

Kemudian Daud mengambil tombak dan kendi raja dari sebelah kepala Saul, lalu mereka pergi.

Tidak ada yang melihatnya, tidak ada yang mengetahuinya, tidak ada yang terbangun, sebab sekaliannya tidur; Tuhan telah membuat mereka tidur lelap.

Setelah Daud sampai ke seberang, berdirilah ia jauh-jauh di puncak gunung, sehingga ada jarak yang besar antara dia dan mereka.

Lalu Daud berseru kepada Raja Saul, "Inilah tombak Tuanku Raja!

Baiklah salah seorang dari para pengiring Tuanku menyeberang untuk mengambilnya.

Tuhan akan membalas kebenaran dan kesetiaan setiap orang, sebab pada hari ini Tuhan menyerahkan Tuanku ke dalam tanganku, tetapi aku tidak mau menjamah orang yang diurapi Tuhan."

Demikianlah sabda Tuhan.

U: Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 103:1-2.3-4.8.10.12.13

Tuhan itu pengasih dan penyayang.

*Pujilah Tuhan, hai jiwaku!
Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!
Pujilah Tuhan, hai jiwaku,
janganlah lupa akan segala kebaikan-Nya!

*Dialah yang mengampuni segala kesalahanmu,
yang menyembuhkan segala penyakitmu!
Dialah yang menebus hidupmu dari liang kubur,
dan memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat!

*Tuhan adalah pengasih dan penyayang,
panjang sabar dan berlimpah kasih setia.
Tidak pernah Ia memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita,
atau membalas kita setimpal dengan kesalahan kita.

*Sejauh timur dari barat,
demikian pelanggaran-pelanggaran kita dibuang-Nya.
Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya,
demikian Tuhan sayang kepada orang-orang yang takwa.

Bacaan II: 1Kor 15:45-49

Seperti kita kini mengenakan rupa dari manusia yang alamiah, demikian pula kita akan mengenakan rupa dari yang surgawi.

Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:

Saudara-saudara, seperti ada tertulis, "Manusia pertama, Adam, menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir menjadi Roh yang menghidupkan.

Yang mula-mula datang bukanlah yang rohaniah, melainkan yang alamiah; barulah kemudian datang yang rohaniah.

Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari surga.

Makhluk-makhluk alamiah sama dengan yang berasal dari debu tanah, dan makhluk-makhluk surgawi sama dengan Dia yang berasal dari surga.

Jadi seperti kini kita mengenakan rupa dari manusia yang alamiah, demikian pula kita akan mengenakan rupa dari yang surgawi.

Demikianlah sabda Tuhan

U: Syukur kepada Allah

Bait Pengantar Injil: Yoh 13:34

Aku memberikan perintah baru kepadamu, sabda Tuhan, yaitu supaya kamu saling mengasihi, sama seperti Aku telah mengasihi kamu.

Bacaan Injil: Luk 6:27-38

Hendaklah kamu murah hati sebagaimana Bapamu murah hati adanya.

Inilah Injil Suci menurut Lukas:

Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada murid-murid-Nya, "Dengarkanlah perkataan-Ku ini: Kasihilah musuhmu,
berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu.

Mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu.

Berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.

Bila orang menampar pipimu yang satu, berikanlah juga pipimu yang lain.

Bila orang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu.

Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu, dan janganlah meminta kembali dari orang yang mengambil kepunyaanmu.

Sebagaimana kamu kehendaki orang perbuat kepadamu, demikian pula hendaknya berbuat kepada mereka.

Kalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu?

Orang-orang berdosa pun mengasihi orang-orang yang mengasihi mereka.

Kalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepadamu, apakah jasamu?

Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.

Dan kalau kamu memberikan pinjaman kepada orang dengan harapan akan memperoleh sesuatu dari padanya, apakah jasamu?

Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak.

Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan berilah pinjaman tanpa mengharapkan balasan; maka ganjaranmu akan besar, dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi.

Sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.

Hendaklah kamu murah hati, sebagaimana Bapamu murah hati adanya.

Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi.

Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum.

Ampunilah, maka kamu akan diampuni.

Berilah, maka kamu akan diberi.

Suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan tumpah ke luar, akan dicurahkan ke pangkuanmu.

Sebab ukuran yang kamu pakai akan diukurkan pula kepadamu."

Demikianlah sabda Tuhan.

U: Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik lainnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved