Mengubah Kekacauan Menjadi Keteraturan  

Menurut Pdt Lidya Yesus sebagai pemimpin Yesus rela turun ke dalam kekacauan para muridnya Gaya kepemimpinan ini jelas berbeda dengan adat dan tradisi

Editor: Eflin Rote
DOKUMENTASI PDT. DR. MESAKH
Pdt. Lidya Tameno-Muni, M.Th sedang berkhotbah pada kebaktian Pembukaan Persidangan Majelis Klasis Semau, di Gereja GMIT Kanaan Akle, tanggal 26 Januari 2022 

Oleh: Dosen Pascasarjana UKAW Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan

POS-KUPANG.COM - Gaya kepemimpinan para pelayan berbeda-beda dalam medan layanan masing-masing, ada yang pakai gaya keras, gaya lembut, gaya abu-abu, atau gaya pasrah, mau jadi apa na jadi sudah. Namun kita bisa belajar dari gaya kepemimpinan Yesus. Gary Goodell dalam bukunya Cara Yesus Memimpin, memperlihatkan kepemimpinan Yesus yang choardic, suatu gaya kepimpinan yang kacau tetapi teratur.

Artinya sikap kemampuan mencampurkan karakteristik keteraturan dan kekacauan. Kekacauan bukanlah sebuah persoalan. Memang kekacauan dan keteraturan memeiliki arti yang berlawanan. Namun yang dimaksudkan disini adalah melangkah dalam kekacauan seseorang dalam rangka membimbing, menuntun kembali ke dalam keteraturan. Jadi melangkah dalam kekacauan untuk dibawah kembali ke dalam keteraturan, ini merupakan maksud dari gaya kepemimpinan Yesus yang choardic. Mengubah kekacauan menjadi keteraturan.

Baca juga: Kemampuan Adaptasi Jemaat Terhadap Tantangan Baru Perlu Dipersiapkan

Demikian cuplikan khotbah yang didasarkan pada Roma 12:1-8 dari Pdt. Lidya Tameno-Muni, M.Th pada kebaktian Pembukaan Persidangan Majelis Klasis Semau, di Gereja GMIT Kanaan Akle, tanggal 26 Januari 2022, yang dilayani oleh Pdt. Sisca Foek-Ballo, S.Th.

Menurut Pdt Lidya Yesus sebagai pemimpin Yesus rela turun ke dalam kekacauan para muridnya. Gaya kepemimpinan ini jelas berbeda dengan adat dan tradisi kepemimpinan saat itu.

Yesus merobohkan dinding yang berada di antara guru dan murid, tuan dan hamba, para imam dan awam, atasan dan bawahan. Yesus merobohkan semua peran yang memisahkan antara seorang pemimpin dan yang dipimpin. Yesus menunjukkan pemimpin yang rela turun dan berbaur dengan manusia yang dipimpinnya.

Baca juga: Renungan Harian Katolik Jumat 28 Januari 2022: Kalau Ingin Menjadi Besar Hendaklah Menjadi Pelayan

“Karena itu saya mengajak kita untuk meniru gaya kepemimpinan Yesus yang choardic ini. Sebagai pendeta kita melayani Allah adalah sebuah keharusan dan bukan sebuah pilihan, sebagaimana yang rasul Paulus katakan dalam Roma 12. Melayani Allah bagi Paulus adalah melayani secara totalitas diri kita. Kita tidak melayani secara setengah-setengah. Pelayanan kita yang sifatnya totalitas itu merupakan ungkapan syukur atas kasih dan kebaikan Allah kepada kita.  Selain itu Paulus juga mengajak kita untuk melayani dengan vitalitas, ini nyata dalam ungkapan supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah (Roma 12:1). Perkataan “hidup” disini  menunjuk kepada keaktifan dan pergerakan. Pendeta harus memimpin jemaatnya untuk maju, aktif dan bergerak, dan tidak pasif atau tanpa Gerakan alias mati, untuk mengembangkan pelayanan gereja makin hari semakin baik”, demikian penegasan dari Pdt. Lidya.

Pdt. Lidya mengutip kata-kata dari Aleksander Agung tentang kemampuan memimpin seumpama hubungan antara Singa dan Domba.

Kehebatan Aleksander mengalahkan musuh-musuh karena semangat juang dan semboyang yang dia miliki. “Saya tidak tidak takut kepada pasukan singa yang dipimpin oleh seekor domba, saya hanya takut kepada pasukan domba yang dipimpin oleh seekor singa”. 

Aleksander tidak bersembunyi dibalik tembok istana yang aman, namun ia berbaur dalam pasukannya di dalam medan perang. Ini yang membuat para prajuritnya percaya dan menaatinya, sehingga mereka memenangkan berbagai pertempuran.

“Apa yang layak diingat adalah apa yang sudah kita kerjakan bersama, bukan apa yang kita rencanakan atau katakana bersama. Implikasi bagi kita dalam siding klasis ini adalah menyatukan antara kata dan kerja dalam pelayanan kita”, demikian Pdt. Lidya mengakhiri khotbanya.

Tampak hadir dalam Persidangan Klasis ini Ketua Klasis Semau (Pdt. Joice Tulle Bersama rekan-rekan pendetanya) Dosen Pascasarjana UKAW (Pdt. Dr. Mesakh A.P. Dethan), juga Ketua Kaum Bapak Tingkat Sinode GMIT (Dr. Rodialek Pollo), Sekbid UPP Pemuda dan Kaum Bapak, Pdt. Piet Tameno, M.Th, Camat Semau Selatan, Kapolsek Semau, Para Kepala Desa dan Kepala Sekolah SD Negeri Semau, Tokoh adat, tokoh perempuan dan pemuda yang ada di Pulau Semau. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved