Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Senin 17 Januari 2022: Saat Bersama Tuhan
Ditanyakan kepada Yesus mengapa ketika murid Yohanes Pembaptis dan kaum Farisi menjalankan puasa, murid-murid-Nya justru tidak?
Renungan Harian Katolik Senin 17 Januari 2022: Saat Bersama Tuhan (Markus 2:18-22)
Oleh: RD. Fransiskus Aliandu
POS-KUPANG.COM - Ditanyakan kepada Yesus mengapa ketika murid Yohanes Pembaptis dan kaum Farisi menjalankan puasa, murid-murid-Nya justru tidak?
Jawaban Yesus berwujud ibarat: para sahabat mempelai lelaki khan tidak mungkin berpuasa ketika mempelai tadi ada bersama mereka. Kalau tiba waktunya mempelai dibawa pergi, barulah saat itu mereka berpuasa.
Ditambahkan pula dua ibarat lain: orang khan tidak menambal kain dengan secarik kain baru yang akan membuat makin koyak. Juga anggur baru tidak mungkin diisikan ke kerbat anggur tua.
Tapi apa sebenarnya yang menjadi pokok masalah dari kisah ini?
Dalam hidup agama orang Yahudi, seperti dalam pelbagai agama, puasa kerap dijalankan sebagai sebuah kewajiban.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 16 Januari 2022: Manisnya Mukjizat Cinta
Dalam Kitab Suci, puasa dikisahkan dalam konteks berbeda-beda. Ada yang dijalankan sebagai tanda tobat (1 Sam 7:6 Neh 9:1 Yer 14:12; Yoel 1:14, 2:15); ada yang dilakukan dalam waktu berkabung (1 Sam 31:13). Puasa umum juga diserukan pada kesempatan tertentu (Hak 20:26; 1 Sam 14:24).
Dalam seluruh konteks ini, orang menjalankan puasa sebagai upaya menjernihkan hidup batin. Di situlah nilai puasa.
Dengan begitu, puasa yang dijalankan murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi memang menjadi teladan baik bagi banyak orang.
Namun bagi Yesus, para murid-Nya lagi bersama Dia. Itu diibaratkan dengan sahabat-sahabat mempelai lelaki yang sedang merayakan pernikahannya.
Dalam alam pikiran kala itu, pun dalam masyarakat mana pun, pesta ya pesta. Pesta pernikahan amat besar maknanya.
Pesta itu dirayakan secara meriah dan semua orang terlibat, larut dalam kegembiraan. Dus, digarisbawahi betapa pentingnya menikmati saat penting itu.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 16 Januari 2022: Apa yang Dia Katakan Kepadamu, Buatlah Itu
Ada kisah mengenai seorang imam besar yang merasa perlu membatalkan pengajarannya mengenai Taurat agar dapat ikut bergembira dengan mempelai lelaki yang dikenalnya sebagai sohib karib.
Tidak menghadiri pesta itu bisa dirasa sebagai sikap menentang dan bahkan memusuhi. Boleh dikatakan tak ada yang dirasa lebih penting ketimbang ikut bergembira dalam kesempatan itu.
Konon para dokter dan perawat sering harus meminta surat pernyataan "pulang karena permintaan sendiri", lantaran pasien bersikeras pulang, keluar dari rumah sakit, gara-gara ingin merayakan Natal atau Idul Fitri, atau baralek gadang alias pesta besar di rumah. Rasanya "rugi" bila tak ambil bagian dan merasakan kegembiraan saat itu.
Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai mempelai yang sedang merayakan pesta. Saat-saat ini penuh kegembiraan bagi-Nya. Dan para murid-Nya tidak bisa mendahulukan kepentingan mereka sendiri.
Lebih lagi, pesta-Nya adalah bahasa lambang, simbol bagi terbangunnya kembali hubungan antara manusia dengan Allah. Inilah kegembiraan yang tak bisa ditolak.
Ada saatnya nanti, kala mempelai "diambil", itulah waktu para murid mulai berpuasa.
Maksudnya, nanti ketika Yesus ditangkap, disalibkan, dan wafat. Saat itu barulah para murid berpuasa untuk mengungkapkan kesedihan mereka; pun pula untuk menjernihkan hidup batin, menjaga hubungan baik dengan Sang Guru.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Sabtu 15 Januari 2022: Saatnya Berubah
Dalam konteks seperti begini, ada saatnya saya boleh bergembira bersama Tuhan. Lantaran merasakan kehadiran yang begitu dekat, campur tangan-Nya yang luar biasa sehingga usaha saya sukses, anak saya lulus dan diwisuda, pernikahan capai usia emas, pesta dan syukuran patut diselenggarakan.
Namun ... hidup tak melulu pesta. Ada saatnya puasa harus mendapat tempat utama dalam kehidupan saya.
Ada saatnya saya mesti berpuasa untuk mendapatkan bimbingan Roh, untuk membersihkan hati saya, untuk menjaga hubungan iman saya dengan Tuhan.
Ada waktunya, saya harus mengungkapkan kepedihan dengan berpuasa, lantaran demi menyelamatkan saya, Tuhan harus menderita dan mati secara keji untuk menyelamatkan saya. *
Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 17 Januari 2022:

Bacaan Pertama: 1 Samuel 15:16-23
"Mengamalkan sabda Tuhan lebih baik daripada kurban sembelihan. Maka Tuhan telah menolak engkau sebagai raja."
Setelah Raja Saul melanggar perintah Tuhan, Samuel berkata kepadanya, “Sudahlah! Aku akan memberitahukan kepadamu apa yang disabdakan Tuhan kepadaku tadi malam.”
Kata Saul kepadanya, “Katakanlah!”
Sesudah itu berkatalah Samuel, “Engkau ini kecil pada pemandanganmu sendiri! Meskipun demikian bukankah engkau telah menjadi kepala atas suku-suku Israel? Bukankah Tuhan telah mengurapi engkau menjadi raja atas Israel?
Bukankah Tuhan telah menyuruh engkau pergi, dengan pesan: Pergilah, tumpaslah orang-orang berdosa itu, yakni orang Amalek, berperanglah melawan mereka sampai engkau membinasakan mereka?
Mengapa engkau tidak mendengarkan suara Tuhan? Mengapa engkau menjarah rayah dan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan?”
Lalu kata Saul kepada Samuel, “Aku memang mendengarakan suara Tuhan! Aku telah mengikuti apa yang disuruhkan Tuhan kepadaku. Aku membawa Agag, raja orang Amalek, tetapi orang Amalek sendiri telah kutumpas. Tetapi rakyatlah yang mengambil dari jarahan itu: kambing domba dan lembu-lembu terbaik dari yang seharusnya ditumpas itu; maksudnya mau dipersembahkan kepada Tuhan, Allahmu, di Gilgal.”
Tetapi sahut Samuel, “Apakah Tuhan itu berkenan kepada kurban bakaran dan kurban sembelihan, sama seperti Ia berkenan kepada pengamalan sabda-Nya?
Sesungguhnya, mengamalkan sabda lebih baik daripada kurban sembelihan, menuruti firman lebih baik daripada lemak domba jantan.
Camkanlah pendurhakaan itu sama seperti dosa bertenung dan kedegilan itu sama seperti menyembah berhala.
Karena engkau telah menolak firman Tuhan, maka Tuhan telah menolak engkau sebagai raja.”
Demikianlah Sabda Tuhan
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm 50:8-9.16bc-17.21.23
Refrein: Orang yang jujur jalannya akan menyaksikan keselamatan yang dari Allah.
1. Bukan karena kurban sembelihan engkau Kuhukum, sebab kurban bakaranmu senantiasa ada di hadapan-Ku! Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu.
2. ”Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkau membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku?”
3. Itulah yang engkau lakukan! Apakah Aku akan diam saja? Apakah kaukira Aku ini sederajat dengan kamu? Aku menggugat engkau dan ingin berperkara denganmu. Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai kurban, ia memuliakan Daku; dan siapa yang jujur jalannya akan menyaksikan keselamatan yang dari Allah.
Bait Pengantar Injil: Ibrani 4:12
Refrein: Alleluya
Sabda Allah itu hidup dan kuat. Sabda itu menguji segala pikiran dan maksud hati.
Bacaan Injil: Markus 2:18-22
"Pengantin itu sedang bersama mereka."
Waktu itu murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa. Pada suatu hari datanglah orang-orang kepada Yesus dan berkata, “Murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, mengapa murid-murid-Mu tidak?”
Jawab Yesus kepada mereka, “Dapatkah sahabat-sahabat pengantin pria berpuasa selagi pengantin itu bersama mereka? Selama pengantin itu ada bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa.
Tetapi waktunya akan datang pengantin itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.
Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang sudah tua, karena jika demikian, kain penambal itu akan mencabiknya; yang baru mencabik yang tua, sehingga makin besarlah koyaknya.
Demikian juga tak seorang pun mengisikan anggur baru ke dalam kantong kulit yang sudah tua, karena jika demikian anggur tersebut akan mengoyakkan kantong itu, sehingga baik anggur maupun kantongnya akan terbuang.
Jadi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.