Berita Nasional
MENGEJUTKAN, Megawati Cari Ahok Saat HUT PDIP, Didengar Prabowo, Mahfud juga Para Menteri, Ada Apa?
Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri tiba-tiba mencari Ahok saat HUT ke-49 PDIP. Bahkan ia juga menyapa Ahok dengan panggilan sahabat. Ada apa?
POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Hari Ulang Tahun (HUT) ke-49 PDIP pada Senin 10 Januari 2022, memperlihatkan suasana yang sedikit berbeda dari sebelumnya.
Pada momen tersebut, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri tiba-tiba mencari Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa disapa Ahok.
Putri Bung Karno tersebut bahkan menyapa mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut dengan panggilan 'sahabat saya'.
Sapaan sahabat pada Komisaris Pertamina tersebut, didengar langsung oleh Menko Polhukam, Mahfud MD dan Menteri Pertahanan (Menhan), Prabowo Subianto.
Bahkan Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendi, dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, juga mendengar sapaan tersebut.
Pada kesempatan itu, hadir pula beberapa pejabat lainnya, seperti Kepala BIN Budi Gunawan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian.
Megawati menyapa Ahok itu saat ia mengecek para undangan yang hadir secara virtual.
Baca juga: Megawati Soekarnoputri Menangis Bela Jokowi, Hasto Kristiyanto Beri Tanggapan Tak Terduga
Saat mengecek para undangan itulah, Megawati mencari-cari Ahok yang kabarnya telah bergabung secara daring pada kesempatan itu.
"Ada juga saya dengar kakak saya juga ada, Pak Guntur Soekarnoputra, sahabat saya Pak Ahok atau yang terkenal Basuki Tjahaja Purnama," ucap Mega saat membuka peringatan hari ulang tahun ke-49 PDIP, yang disiarkan kanal Youtube PDI Perjuangan, Senin 10 Januari 2022.
Megawati juga menyapa kehadiran Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri ESDM Arifin Tasrif, serta Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Sakti Trenggono.
Sekjen PDIP: Itu Sapaan Biasa
Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyatakan, sapaan hangat Bu Mega pada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, adalah hal biasa.
Sapaan itu, kata Hasto, tidak bisa disimpulkan sebagai dukungan politik. Apalagi terkait Pilgub DKI Jakarta pada tahun 2024 mendatang.
Menurutnya, sudah menjadi kebiasaan Megawati menyapa berbagai pihak, dalam rangka menjaga kehangatan persahabatan.
Hal itu disampaikan Hasto dalam konferensi pers daring di sela-sela acara HUT PDIP ke-49, Senin 10 Januari 2022.
"Memang Ibu Mega ini membangun persahabatan, dan memang sekali klik itu terus berlangsung. Dengan Pak Prabowo Subianto, ibu membangun persahabatan, dengan Pak Ahok, ibu membangun persahabatan."
"Dengan tokoh-tokoh nasional, dengan Buya Syafii Maarif tadi sudah disebut, dengan Kiai Said Aqil Siradj juga," kata Hasto.
Hasto juga menyebut kedekatan itu terlihat di antara Ketua Umum Megawati dengan Pendiri MURI Jaya Suprana dalam acara HUT itu.
Di sisi lain, Hasto menyampaikan presiden ke-5 RI itu memiliki ketertarikan kepada orang-orang yang peduli lingkungan dan makanan.
Baca juga: Dikenal Blak-blakkan Begini Perjalanan Karir dan Profil Megawati Soekarnoputri, 1997 Jadi Masa Suram

"Pak Ahok ini punya mi khusus dari Bangka sana. Karena itu, seringkali dialog-dialog politik kebangsaaan itu dilakukan sambil menikmati kuliner surganya nusantara yang begitu luar biasa," ujarnya.
Hasto juga melihat posisi Ahok pada Pilgub 2017 merupakan korban politik.
Padahal, kata dia, Ahok selama memimpin Jakarta sangat luar biasa, bahkan banyak membangun masjid.
Ahok, lanjut Hasto, juga memiliki ketegasan ketika menghadapi pihak-pihak yang ingin mendapat keuntungan kapital.
"Pak Ahok punya keberanian menghadapi itu. Karena itu hal ini sifatnya nature, karena Bu Mega dekat dengan sosok memang menjalankan tugasnya," ucapnya.
Oleh karena itu, Hasto menegaskan sapaan akrab Ketua Umum Megawati dengan kalimat sahabat kepada Ahok tidak bisa disimpulkan sebagai dukungan politik.
"Jadi itu enggak ada hubungannya dengan Pilgub 2024. Pidato Ibu Ketum disampaikan langsung oleh beliau sebagai hasil kontemplasi, tujuannya agar PDIP dapat dukungan dengan masyarakat Indonesia agar masalah ini dapat diatasi bersama-sama. Tetapi kalau Bu Mega mau menetapkan Pak Ahok, juga itu kewenangan Bu Mega," ucap Hasto.
Seperti diketahui, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyapa sejumlah pihak yang hadir dalam HUT Ke-49 partainya secara fisik maupun daring.
Megawati menyapa Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, Ketua DPR RI Puan Maharani, hingga sejumlah menteri di Kabinet Indonesia Maju.
PDIP Petakan Figur Potensial
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai partai pemilik kursi terbanyak di DPRD DKI Jakarta ternyata juga sudah mulai memetakan nama-nama yang berpotensi mereka usung pada pada Pilgub DKI Jakarta 2024.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP, Hasto Kristiyanto menyebutkan partainya memiliki banyak stok kader yang mumpuni dan siap berkontestasi dalam Pemilu mendatang.
"Kami punya banyak kader yang sudah teruji, karena setiap keberhasilan kepala daerah itu menjadi materi dalam sekolah calon kepala daerah PDIP, sehingga keberhasilan kader PDIP itu dilakukan secara sistemik dan perubahannya terukur di dalam menyelesaikan masalah rakyat," kata Hasto kepada wartawan, Minggu 9 Januari 2022.
Baca juga: Risma Dapat Sinyal Gantikan Anies Baswedan, Sekjen PDIP Ungkap Fakta Tentang Perubahan Surabaya
Untuk Pilgub DKI Jakarta, kata Hasto, PDIP punya banyak calon untuk menjadi penerus Anies Baswedan pada tahun 2024 mendatang.
Hasto lantas menyebut beberapa nama seperti Menteri Sosial Tri Rismaharini, Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Bupati Ngawi Budi Sulistyono, dan Bupati Gianyar I Made Agus Mayastra.
"Ada juga Anas (Abdullah Azwar Anas) dari Banyuwangi (mantan Bupati Banyuwangi), Hendi (Hendrar Prihadi) dari Semarang (Wali Kota Semarang), kemudian pak Kanang (Budi Kanang Sulistyono) dari Kabupaten Ngawi (eks Bupati Ngawi)," kata Hasto.
Terkhusus pada sosok Risma, Hasto menilai pengalaman mantan Wali Kota Surabaya itu bisa jadi contoh untuk membangun seluruh daerah di Indonesia, termasuk DKI Jakarta.
"Ya, kalau kualifikasi kepemimpinan Bu Risma kan sudah teruji. Saya tidak melihat dari berapa banyak penghargaan yang diterima Bu Risma. Tapi dari perubahan kultural di dalam mengubah Kota Surabaya," kata Hasto.
"Bu Risma dalam kepemimpinan selama 2 periode di Kota Surabaya mampu menunjukkan perubahan yang signifikan. Perubahan secara kultur sehingga masyarakat Surabaya kita lihat sekarang merawat lingkungan dengan baik," ujar Hasto.

Selain itu, kepemimpinan Risma dinilainya berhasil dalam mengubah tata Kota Surabaya menjadi indah.
"Itu hal yang bagus karena dengan merawat kota menjadi bersih dan sehat, bukankah ini tanggung jawab kita sebagai warga bangsa."
"Apa yang sudah dilakukan Bu Risma menjadi bagian kurikulum dalam sekolah partai agar merawat lingkungan, menanam pohon, membangun taman kota, membersihkan sungai, merupakan bagian politik sehari-hari yang harus dijalankan oleh setiap anggota partai," ungkap dia.
Baca juga: Sekjen PDIP Tak Terpengaruh Hasil Survei Pilpres 2024: Ingat, Sprit Pimpin Indonesia Itu Untuk Dunia
Lalu bagaimana dengan peluang Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka, untuk maju dalam Pilgub DKI Jakarta?
Untuk saat ini Hasto mengatakan Gibran masih akan terus memimpin Solo dan perlu menunjukkan kinerja kepemimpinannya terlebih dahulu.
"Kalau Mas Gibran kan satu periode belum sehingga Mas Gibran harus menunjukkan kualitas kepemimpinannya dalam mengubah Kota Surakarta," ujarnya. (*)
Artikel ini telah tayang dengan judul: Megawati Sapa Ahok 'Sahabat Saya', Apakah Sinyal Beri Tiket untuk Pilgub DKI? Ini Kata Sekjen PDIP