Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Jumat 7 Januari 2022: Berkuasa Tapi Baik Hati

Ini cerita tentang penyembuhan orang yang sakit kusta. Kita bisa temukan cerita ini dalam ketiga injil sinoptis (Markus, Matius, Lukas).

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Renungan Harian Katolik Jumat 7 Januari 2022: Berkuasa Tapi Baik Hati (Lukas 5:12-16)

Oleh: RD. Fransiskus Aliandu

POS-KUPANG.COM - Ini cerita tentang penyembuhan orang yang sakit kusta. Kita bisa temukan cerita ini dalam ketiga injil sinoptis (Markus, Matius, Lukas).

Kita tentu tahu bahwa aktor utama dan menjadi pusat cerita adalah Yesus. Masing-masing penginjil mempunyai alur cerita sendiri dan melukiskan Yesus dengan caranya sendiri, dengan gagasan-gagasannya sendiri.

Dengan bercerita tentang penyembuhan orang sakit kusta, masing-masing penginjil berusaha menggambarkan siapakah Yesus itu dan mengungkapkan iman mereka akan Yesus.

Dalam permenungan ini, kita fokus mendalami cerita itu menurut versi Lukas. Kita mau menelusuri sejenak dan melihat apa sih keunikan ceritanya.

Bersamaan dengan itu, kita sedapat mungkin menemukan ungkapan iman sang penginjil yang kiranya bisa ikut membentuk dan memberi warna atas iman kita sendiri.

Menurut Lukas, peristiwa penyembuhan itu terjadi di dalam sebuah kota (Luk 5:12a). Terkesan agak sengaja ia tak menulis nama kota itu. Mungkin ia tak ingin mempermalukan kota itu dan warganya karena peristiwa itu tergolong negatif.

Tapi dari susunan injilnya, kita tahu bahwa kota dimaksud berada di wilayah Galilea. Itu berarti kota itu termasuk wilayah asal Yesus dan menjadi wilayah di mana Yesus mengawali karya-Nya.

Atau, mungkin bagi Lukas, hal yang lebih penting bukanlah nama kota, melainkan peristiwa yang terjadi di dalam kota itu. Yakni peristiwa penyembuhan orang kusta.

Lukas tahu bahwa berdasarkan ketetapan dalam kitab Imamat, misalnya, kusta adalah hukuman Allah atas dosa manusia yang menderita. Dia yang terkena dianggap najis, "harus berpakaian cabik-cabik, rambutnya terurai dan lagi ia harus menutupi mukanya sambil berseru-seru: Najis! Najis! ... Ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya" (Im 13:45-46).

Maka, sangat sukar dibayangkan bahwa orang kusta itu bisa masuk kota. Sebab pasti ada portal dan penjagaan. Para garda sejenis Satpol PP  dan Satgas Covid tentu akan melakukan pemeriksaan ketat.

Sangatlah mungkin bahwa si kusta itulah yang bersikeras, "bandel". Hatinya pengen banget ketemu dan memohon disembuhkan oleh Yesus, sehingga ia pasti nekat menerobos barikade penjagaan.

Kita menduga, kabar tentang kehadiran Yesus di wilayah asalnya di mana orang-orang berbondong-bondong datang menyambut-Nya, pewartaan di awal karya-Nya di rumah-rumah ibadat yang mencengangkan (bdk. Luk 4::14-15), serta tindakan-Nya menyembuhkan orang sakit pun kerasukan setan (bdk. Luk 4:38-41; 4:33-35), pastilah tersiar sampai ke telinga si kusta yang sedang berada dalam karantina.

Dengan begitu, catatan bahwa penyembuhan orang kusta itu terjadi di dalam kota, tentu mempunyai pesan penting. Pesan ini akan semakin jelas terbaca dalam cerita lebih lanjut.

Bahwa terhadap orang kusta yang tersungkur di hadapan-Nya dan memohon, "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku" (Luk 5:12), Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang kusta itu, menyembuhkannya.

Inilah kata-kata dasyat Yesus, "Aku mau, jadilah engkau tahir" (Luk 5:13). Menurut Lukas, oleh perkataan itu, "Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya".

Lalu Yesus memberi perintah kepadanya untuk menghadap imam dan mempersembahkan persembahan untuk pentahirannya (Luk 5:13-14).

Namun alur cerita berubah menurut Lukas. Ia tidak menulis tentang bagaimana si kusta itu melakukan kewajiban sesuai perintah Yesus, tapi ia langsung menulis:

"Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka" (Luk 5:15).

Dengan catatan terakhir itu, sang penginjil mengungkapkan secara jelas gambaran dan imannya akan Yesus.

Kita tangkap gagasan utamanya. Bahwa Yesus itu manusia yang berkuasa. Ia memang seorang Galilea, tapi Ia adalah seorang yang berkuasa istimewa.

Orang Yahudi berpendapat bahwa kusta hanya dapat disembuhkan oleh Allah sendiri. Allah menyembuhkan kusta lewat nabinya seperti ditunjukkan oleh Musa dan juga nabi Elisa.

Dengan mengacu kepada nas kitab nabi Yesaya tentang Mesias di mana saat membacakan "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, ..." (lih. Luk 4:17-21), Yesus menegaskan bahwa Dia-lah yang menggenapinya; maka Lukas menunjukkan lewat peristiwa penyembuhan orang kusta bahwa Yesus adalah Mesias. Bukankah sebagai orang yang berkuasa dan dengan kuasa yang ditunjukkan-Nya, Yesus itu sungguh Mesias?

Dengan cerita tentang peristiwa penyembuhan si kusta, Lukas juga mewartakan bahwa Yesus pun seorang yang baik hati. Ia mengasihi manusia dan suka menolong.

Orang Yahudi beranggapan bahwa dengan menyentuh orang sakit kusta, si penyentuh menjadi najis pula. Namun Lukas menunjukkan, Yesus yang juga seorang Yahudi, justru menjamah orang yang sakit kusta. Itu bisa terjadi karena Ia mengasihinya. Hati-Nya penuh kasih.

Orang kusta itu pasti merasakan bahwa Yesus mengasihinya. Sebab Ia dijamah oleh Yesus. Jamahan tangan Yesus adalah tanda lahiriah dan kelihatan dari kasih-Nya.

Cerita penyembuhan orang kusta oleh Yesus sebagai ungkapan iman penginjil Lukas, kiranya menyentuh hati dan iman kita.

Sebagai Mesias, Yang Terurapi, Yesus pun mengasihi kita. Ia menyentuh dan menjamah diri kita masing-masing. Ia tidak mengambil jarak karena kita najis. Ia menjamah dan membuat kita jadi tahir kembali.

Ia tidak merasa berkurang wibawanya, tergerus kekuasaannya dengan mengunjungi keluarga kita, duduk lesehan dan makan bersama di rumah kita.

Tapi kita pun harus mempunyai keberanian, kenekatan, untuk mendekati Yesus. Anggapan, penilaian, atau pandangan apa pun kiranya tak menyurutkan nyali kita untuk datang dan tersungkur di depan kaki Yesus.

Menurut Lukas, saat melihat Yesus, tersungkurlah orang kusta dan memohon: "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku".

Ungkapan "Jika Tuan mau" searti dengan "bila demikianlah kehendakmu" atau "terserah pada keputusanmu". Sebuah ungkapan isi hati yang menyerahkan pengabulan atas permohonan kepada pihak yang diminta.

Rupanya kita sering menyampaikan permohonan, karena kita tahu bahwa Tuhan mengasihi kita. Tapi sayangnya, tidakkah kita sering juga mendesak Tuhan sesuai keinginan dan kehendak kita?*

Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 7 Januari 2022:

Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab.
Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab. (POS-KUPANG.COM/AGUSTINUS SAPE)

Bacaan Pertama: Yohanes 5:5-13

"Kesaksian tentang Anak Allah"

Saudara-saudara terkasih, tidak ada orang yang mengalahkan dunia, selain dia yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah!

Dia inilah yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus; bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah.

Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran.

Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di bumi: Roh, air, dan darah dan ketiganya adalah satu.

Kesaksian manusia kita terima, tetapi kesaksian Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.

Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia membuat Allah menjadi pendusta karena orang itu tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya.

Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita, dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya.

Barangsiapa memiliki Anak Allah, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Dia, ia tidak memiliki hidup.

Semuanya ini kutuliskan kepada kamu supaya kamu, yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.

Demikianlah Sabda Tuhan

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 147:12-13.14-15.19-20

Refrein: Pujilah Tuhan, hai umat Allah! Pujilah Tuhan, hai umat Allah!

1. Megahkanlah Tuhan, hai Yerusalem, pujilah Allahmu, hai Sion! Sebab Ia meneguhkan palang pintu gerbangmu, dan memberkati anak-anak yang ada padamu.

2. Ia memberikan kesejahteraan kepada daerahmu dan mengenyangkan engkau dengan gandum yang terbaik. Ia menyampaikan perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari.

3. Ia memberitakan firman-Nya kepada Yakub, ketetapan dan hukum-hukum-Nya kepada Israel . Ia tidak berbuat demikian kepada segala bangsa, hukum-hukum-Nya tidak mereka kenal.

Bait Pengantar Injil: Matius 9:35

Refrein: Alleluya, alleluya

Yesus memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan

Bacaan Injil: Lukas 5:12-16

"Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta."

Sekali peristiwa Yesus berada di sebuah kota. Ada di situ seorang yang penuh kusta.

Ketika melihat Yesus, tersungkurlah si kusta dan memohon, "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."

Maka Yesus mengulurkan tangan-Nya menjamah orang itu dan berkata, "Aku mau, jadilah engkau tahir!"

Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya.

Yesus melarang orang itu memberitahukan hal ini kepada siapa pun juga dan Ia berkata, "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam, dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa sebagai bukti bagi mereka."

Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar, dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka.

Akan tetapi Yesus mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik lainnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved