Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Rabu 5 Januari 2022: Satu dengan Bapa

Setelah memberi makan lima ribu orang, Yesus lalu menyuruh mereka pulang. Ia kemudian memerintahkan para murid-Nya mendahului Dia ke seberang.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Renungan Harian Katolik Rabu 5 Januari 2022: Satu dengan Bapa (Markus 6:45-52)

Oleh: RD. Fransiskus Aliandu

POS-KUPANG.COM - Setelah memberi makan lima ribu orang, Yesus lalu menyuruh mereka pulang. Ia kemudian memerintahkan para murid-Nya mendahului Dia ke seberang (Mrk 6:45).

Menurut penginjil Markus, setelah semua orang pergi, Yesus lantas naik ke bukit untuk berdoa (Mrk 6:46). Rupanya Ia ingin menyendiri dengan Bapa-Nya di surga.

Barangkali bagi kebanyakan di antara kita, pelaksanaan pesta besar yang sukses memberi makan ribuan orang, pastilah menggairahkan hati untuk larut dalam kegembiraan dan euforia bersama.

Bagi Yesus, peristiwa penggandaan roti tentunya juga merupakan suatu pengalaman yang luar biasa.

Tapi menariknya, peristiwa ajaib itu ternyata menggugah Yesus untuk memisahkan diri dari orang lain. Ia tak ingin merayakan kegembiraan, apalagi dengan kebanggaan. Mengapa ya?

Alasannya sangat boleh jadi ini. Bahwa "peristiwa roti" itu membuat Yesus menemukan di dalam diri-Nya adanya kekuatan dan kuasa yang luar biasa.

Sebelumnya, Yesus mengetahui bahwa perkataan-Nya sungguh dasyat; memiliki kekuatan menyembuhkan, bahkan membangkitkan yang mati. Kata-kata-Nya bisa meluluhlantakkan kekuatan jahat sekaliber apapun.

Kini dengan "peristiwa roti", Ia menjadi semakin yakin bahwa Ia memiliki kekuatan ilahi. Kekuatan itu tak hanya digunakan untuk kebaikan satu atau dua orang, melainkan untuk ribuan orang sekaligus.

Dan, Yesus langsung sadar bahwa kekuatan atau kuasa yang dimiliki-Nya itu diberikan oleh Bapa-Nya. Ia tahu bahwa Bapa sangat menyayangi-Nya dan memberikan kuasa itu kepada-Nya untuk dipergunakan bagi kebaikan dan kebahagiaan manusia.

Kata-kata penegasan dari Sang Bapa di awal karya-Nya seakan tetap bergema dalam diri-Nya, "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan" (Mrk 1:11).

Maka, setelah "peristiwa pergandaan roti" itu, Yesus segera bertemu dengan Bapa-Nya. Ia ingin mempercakapkan kuasa itu dengan Bapa-Nya.

Kerinduan dan gairah untuk berduaan dengan Bapa itu dipenuhi-Nya dengan memisahkan diri dari orang banyak dan berdoa seorang diri di bukit.

Dalam doa, Yesus pasti sangat akrab dengan Bapa-Nya. Ia menyatukan diri dengan Bapa-Nya. Ia bersatu dengan ke-Allah-an Bapa-Nya.

Dengan berdoa, Ia tidak memisahkan diri dari Bapa-Nya, merasa diri hebat dan berbangga dengan diri-Nya sendiri.

Dengan berdoa dan dalam doa, Ia tetap menghidupkan kuasa ke-Allah-an dalam diri-Nya. Sebab, kuasa yang dasyat itu memiliki ketergantungan dan menjadi hidup dalam kesatuan dengan Bapa.

Sementara Yesus sedang sendirian berdoa di bukit, para murid dan juga kita tengah berada dalam perahu: rumah tangga dan keluarga, usaha mengais rezeki, dan sebagainya. Kita sedang mendayung ke seberang.

Ada kala waktunya siang. Cuacanya cerah membangkitkan harapan. Arah terlihat jelas. Biduk melaju cepat, apalagi terbantu arus searah.

Tapi bisa jadi saatnya datang malam. Gelap gulita. Terterpa angin sakal. Betapa payahnya kita mendayung. Kelelahan dan nyaris putus asa.

Dalam kondisi apa pun yang kita alami, penginjil Markus ingin mengajak kita untuk melihat pesan penting dari apa yang dilakukan oleh Yesus.

Yesus memang menyuruh kita berlayar ke seberang. Hidup kita tak selamanya berisi "peristiwa roti". Hidup kita pada hakekatnya adalah sebuah perjalanan, ziarah ke seberang.

Sebuah kabar sarat makna bahwa kita manusia menyadari pelayaran pergi ke seberang. Perjalanan kita harus dibarengi dengan usaha mendayung dan terus bersusah payah mendayung.

Tapi sungguh sebuah kabar bermakna buruk, bila kita lalai mengambil waktu berada sendirian dalam keheningan dan keakraban dengan Bapa kita di surga.

"Manusia tidak akan bahagia kecuali ia terhubung dengan mata air kehidupan rohani yang tersembunyi dalam jiwanya sendiri. Setiap dari kita perlu membangun keterbukaan pada keheningan, rumah bagi diri kita sendiri, tempat kita menyentuh sumber mata air kehidupan di dalam diri kita. Tidak ada yang seberharga keheningan" (Thomas Merton).*

Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 5 Januari 2022:

Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab.
Ilustrasi bacaan renungan harian Katolik dari Alkitab. (POS-KUPANG.COM/AGUSTINUS SAPE)

Bacaan Pertama: 1 Yohanes 4:11-18

"Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita."

Saudara-saudariku yang terkasih, Allah begitu mengasihi kita! Maka haruslah kita juga saling mengasihi.

Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah.

Tetapi jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.

Beginilah kita ketahui bahwa kita berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: yakni bahwa Ia telah mengaruniai kita mendapat bagian dalam Roh-Nya.

Dan kami telah bersaksi bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.

Barangsiapa mengaku bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah.

Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita.

Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.

Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yakni kalau kita mempunyai keberanian yang penuh iman pada hari penghakiman, karena, sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.

Di dalam kasih tidak ada ketakutan, sebab ketakutan mengandung hukuman, dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.

Demikianlah Sabda Tuhan

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan: Mzm 72:1-2.10.12-13

Refrein: Segala ujung bumi melihat keselamatan yang datang dari Allah kita.

1. Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja dan keadilan-Mu kepada putera raja! Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan menghakimi orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum!

2. Kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan; kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti! Kiranya semua raja sujud menyembah kepadanya, segala bangsa menjadi hambanya!

3. Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, ia akan membebaskan orang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang papa.

Bait Pengantar Injil: Alleluya

Refrein: Alleluya, alleluya

Terpujilah Engkau, Kristus, yang diwartakan kepada para bangsa! Terpujilah Engkau, Kristus, yang diimani oleh seluruh dunia.

Bacaan Injil: Markus 6:45-52

"Para murid melihat Yesus berjalan di atas air."

Sesudah memberi makan lima ribu orang, Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu, dan berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida.

Sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang. Setelah berpisah dari mereka, Yesus pergi ke bukit untuk berdoa.

Ketika hari sudah malam, perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat.

Ketika melihat betapa payahnya para murid mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Yesus datang kepada mereka berjalan di atas air, dan Ia hendak melewati mereka.

Ketika melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak, sebab mereka semua melihat-Nya dan sangat terkejut.

Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka, "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"

Lalu Yesus naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat tercengang dan bingung, sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka tetap degil.

Demikianlah Injil Tuhan

U. Terpujilah Kristus.

Renungan Harian Katolik lainnya

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved