Berita NTT
Kasus DBD di NTT Disebut Meningkat, Ini Data Terbarunya
Kasus Demam Berdarah Dengue ( DBD) di Provinsi NTT disebut mengalami kenaikan
Laporan reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi
POS-KUPANG.COM, KUPANG- Kasus Demam Berdarah Dengue ( DBD) di Provinsi NTT disebut mengalami kenaikan. Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap kasus DBD di NTT terus dilakukan Dinas Kesehatan, tentu juga berharap agar peran aktif dari semua pihak.
Data yang diperoleh Pos Kupang melalui
Kabid P2P Dinkes Provinsi NTT, Herlina Salmun, Selasa 28 Desember 2021, menyebut jumlah kasus hingga tanggal 27 Desember 2021 sebanyak 2362 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 13 orang.
Dalam rinciannya disebutkan, Kota Kupang sebanyak 614 kasus dengan 3 orang meninggal dunia, Kabupaten Kupang 60 kasus, Timor Tengah Selatan (TTS) 26 kasus, Timor Tengah Utara (TTU) 58 dengan 1 orang meninggal dunia, Kabupaten Belu
30 kasus.
Selanjutnya, Kabupaten Rote 1 kasus dengan 1 orang meninggal dunia, Kabupaten Alor 8 kasus, Kabupaten Flores Timur 13 kasus dengan 2 orang meninggal dunia, Kabupaten Lembata 107 kasus, Kabupaten Ende 43 kasus dengan 1 orang meninggal dunia.
Berikutnya di Kabupaten Sikka 122 kasus, Kabupaten Ngada 45 kasus dengan 1 orang meninggal dunia, Kabupaten Nagekeo 32 kasus, Kabupaten Manggarai 16, Kabupaten Manggarai Timur 15 kasus dengan 10 orang meninggal dunia.
Kabupaten Manggarai Barat 716 kasus, Kabupaten Sumba Timur 46 kasus, Kabupaten Sumba Barat 35 kasus, Kabupaten Sumba Barat Daya 147 kasus dengan 4 orang meninggal dunia, Kabupaten Sumba Tengah 3 kasus, Kabupaten Sabu Raijua 61 kasus, Kabupaten Malaka 28 kasus.
Jumlah kasus per bulan diketahui Januari (381) kasus, Februari (280) kasus, Maret (323) kasus, April (160) kasus, Mei (104) kasus, Juni (59), Juli (42) kasus, Agustus (32), September (44) kasus, Oktober (118) kasus, November (335) kasus, Desember (479) kasus.
Sementara itu, kasus mematian tersebar di 7 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Ngada 1 orang, Rote Ndao 1 orang, TTU 1 orang, Ende 1 orang, Kota Kupang 3 orang, Flores Timur 2 orang, Sumba Barat Daya 4 orang.
"Kasus tertinggi di Manggarai Barat dengan jumlah 716 kasus diikuti Kota Kupang 614, Kabupaten Manggarai Timur 151, Kabupaten Sumba Barat Daya 147 dan Kabupaten Sikka 122," kata Herlina.
Dia menjelaskan, Kabupaten/Kota yang mengalami peningkatan kasus pada bulan Oktober - Desember adalah Kabupaten Manggarai Barat, Lembata, Sumba Barat Daya, Kota Kupang.
Kasus DBD periode Januari - 30 November 2021 jika dibandingkan dengan kasus DBD tahun 2020 pada periode yang sama, menurutnya terjadi penurunan kasus 76 persen.
Demikian juga kasus kematian periode sama yang sama mengalami penurunan
84,5 persen. Hal yang sama juga pada
Insiden Rate DBD jika dibandingkan dengan tahun 2020 mengalami penurunan.
Lebih jauh diterangkan Herlina, ada juga masalah yang DBD di NTT yakni peran serta masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian DBD masih rendah. Selain itu, koordinasi dan kolaborasi dengan lintas sektor belum berjalan dengan baik.
Selain itu, pemberantasan sarang nyamuk belum dilaksanakan secara rutin serta penderita DBD yang meninggal terlambat dibawa ke faskes.
Untuk melakukan pencegahan dan pengendalian DBD, Dinkes menegaskan agar memperkuat surveilans kasus dan surveilans vektor didukung dengan laboratorium yang memadai dan
memperkuat penatalaksanaan penderita di fasilitas kesehatan.
Dinkes juga berupaya meningkatkan pemberantasan vektor secara terpadu Bersama Masyarakat dan memperkuat kemitraan dengan berbagai pihak dalam pencegahan dan penanggulangan KLB DBD.
Dalam upaya itu, Dinkes NTT dilandasi pada Surat Edaran Gubernur NTT dan juga surat himbauan dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT. Kepala Dinas juga telah meminta Kabupaten Manggarai Barat untuk melakukan pengendalian karena kasusnya meningkat.
Kepala Dinas Kesehatan NTT, melalui suratnya juga telah meminta 7 Kabupaten/Kota melakukan upaya strategis pencegahan DBD diwilayahnya masing - masing.
Ditegaskan, upaya yang perlu dilakukan oleh Kabupaten/Kota dibidang kesehatan adalah tatalaksana diagnose, pengobatan, pencegahan dan pengendalian dengan sosialisasi advokasi.
Juga pengendalian vector/tempat perindukan dengan larvasida, survei jentik, kolaborasi Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan lintas sektor, penguatan manajemen program pengendalian DBD dan fasilitas kesehatan, Sosialisasi/penyuluhan tentang tanda dan bahaya DBD secara intens dan pengadaan logistik DBD. (*)