Final Piala AFF
Timnas Indonesia Menangi Piala AFF 2020, Bupati Blora Akan Sembelih Sapi di Rumah Pratama Arhan
Timnas Sepak Bol Indonesia berhasil mengubur impian Singapura untuk maju ke final Piala AFF 2020 setelah menekuk Tim Singa 4 - 2. Dari empat gol ya
Kali ini Yudha melakukan pelecehan kepada seorang wanita.
Kasus tersebut pun jadi perhatian khusus PSSI.
Permasalahan itu bukan kali pertama buat Yudha.
Pria kelahiran Bogor 19 tahun silam itu juga pernah membuat Shin Tae-yong kesal.
Saat masih menjalani TC bersama Timnas U-19 di Jakarta, Yudha keluar malam dan kedapatan berada di klub malam.
Keesokan harinya Yudha langsung dicoret oleh Shin Tae-yong.
Mendengar masalah yang dialami Yudha membuat Imran geram.
Pria yang kini menjabat sebagai asisten pelatih PSIS Semarang itu pun mewanti-wanti para pemainnya, agar tidak melakukan tindakan seperti itu.
Caranya dengan melakukan pendekatan atau memberikan ilmu bukan soal sepak bola saja.
"Sangat disayangkan, dia punya potensi, tetapi seperti itu kelakuannya. Alhamdulillah, lingkungan PSIS Semarang sangat kondusif. Mereka juga sudah diajarkan sejak Elite Pro Akademi,” kata Imran.
"Di sini, mereka tidak hanya dilatih soal sepak bola saja, tetapi juga diajarkan dari sisi religiusnya. Dari itu, mereka bisa punya batasan mana yang baik dan mana yang tidak baik," ujar Imran.
Imran menyadari, kemudahan mendapatkan popularitas di zaman sekarang ini jadi faktor pemain muda mengalami star syndrome.
Mereka yang tak kuat bakal melakukan hal-hal yang merugikan dirinya seperti apa yang dilakukan Yudha.
Oleh karena itu, dia kerap memberikan arahan atau nasihat kepada para pemain muda PSIS Semarang, agar tetap fokus dan dewasa dalam menyikapi sesuatu hal terutama di media sosial.
"Sekarang, kami tahu sangat mudahnya orang terkenal bisa berbeda dengan dulu. Tetapi kalau tidak bisa dikelola dengan baik, timbulnya bisa star syndrome. Merasa dirinya hebat dan bebas melakukan hal apa pun. Umumnya terjadi sama pemain-pemain muda,” papar Imran.
"Itu memang jadi kebiasaan mereka. Makanya, saya selalu memberikan nasihat dan contoh kepada pemain saya, agar bisa mengontrol diri," ucap Imran.
"Terkadang, saya berikan contoh pemain-pemain muda Eropa yang berjaya di masa muda, tetapi menghilang ketika ke level senior, karena tak bisa mengontrol dirinya," terang mantan pemain Persija Jakarta itu.
Selain itu, Imran turut memberikan komentar soal polemik Liga 1 2021 yang bakal bergulir ada atau tanpa adanya degradasi.
Penentuan Liga 1 2021 berjalan tetap ada degradasi atau tidak akan diputuskan dalam Kongres PSSI pada Sabtu (29/5/2021).
Sebelumnya, dalam rapat Exco PSSI pada Senin (3/5/2021) sempat melahirkan bahwa Liga 1 2021 berjalan tanpa degradasi.
Namun sekali lagi, hal itu baru akan diputuskan pada Kongres PSSI nanti.
“Pada intinya sebenarnya, mau ada degradasi atau tanpa degradasi niatnya kan baik. Ingin kompetisi berjalan. Jadi menurut saya, tidak ada masalah besar,” kata Imran.
"Saya tidak bisa komentar banyak, karena mereka (PSSI) yang lebih paham. Pastinya kan ada plus minusnya dan kami tahu kalau kompetisi berjalan masih berdampingan dengan pandemi Covid-19," ujar Imran.
Hanya saja, menurut pria yang menjabat sebagai asisten pelatih PSIS Semarang itu, tidak adanya degradasi kemungkinan bakal membuat pertandingan tidak kompetitif.
Dampaknya ke pemain yang butuh tekanan atau pertandingan yang menarik guna meningkatkan kualitas mereka.
"Kalau saya lihat dari sisi pemain, tidak ada degradasi jadi kurang ideal ya buat mereka. Mereka kan butuh pertandingan yang kompetitif, butuh pressure kalau tidak ada itu sulit untuk mengasah kualitas pemain jadi lebih maksimal," tutur Imran.
Tapi kembali lagi, Imran tak hanya melihat dari satu sudut pandang saja.
Pasalnya, dalam kondisi yang belum stabil ini kondisi keuangan klub juga masih belum stabil.
Menurut Imran, yang terpenting untuk saat ini Liga bisa jalan lebih dulu, entah itu ada atau tidak adanya degradasi.
"Kami juga tidak boleh melihat dari satu sisi dalam masalah ini. Satu tahun kami tidak ada kompetisi dan nanti pun kita masih harus berdampingan dengan pandemi Covid-19,” jelas Imran.
"Kondisi keuangan klub untuk saat ini saya pikir juga belum stabil. Jadi ada baiknya kita menyambut liga berjalan lebih dulu. Soal ada atau tidak adanya sistem degradasi kita terima saja karena situasi juga belum kondusif,” pungkas Imran. (kim/Abdul Majid)
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul: Bupati Blora Bernazar Akan Sembelih Sapi Jika Timnas Indonesia Menang Piala AFF 2020
Sumber: Tribun Jateng
