Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Rabu 15 Desember 2021: Kangen Tuhan
Adven itu sesungguhnya sebuah waktu sepanjang hidup. Kita merindukan sesuatu, kita kangen seseorang. Maka kita selalu digerakkan oleh rasa rindu
Renungan Harian Katolik Rabu 15 Desember 2021: Kangen Tuhan (Luk 7: 19-23)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Masa adven semakin menginspirasi manusia sebagai makhluk peziarah. Sejak tangisan pertama saat kita terlempar keluar dari rahim ibu, jejak kaki kita telah terukir di banyak waktu dan lokasi.K ita terus saja berjalan, entah sampai kapan.
Adven itu sesungguhnya sebuah waktu sepanjang hidup. Kita merindukan sesuatu, kita kangen seseorang. Maka kita selalu digerakkan oleh rasa rindu dan kangen itu untuk mencarinya, terus memburunya.
Kita korbankan banyak tenaga, waktu, harta, uang, sahabat dan masih banyak tak terhitung.
Bagi dunia, semua itu tampak sebagai kesia-siaan. Mungkin konyol. Kita mengejar gelar mentereng, merebut jabatan dan kedudukan gengsi-kadang dengan tumbalkan sesama lebih mampu-tapi apalah arti semua itu saat kita meninggalkan bumi penuh luka ini?
Kita tahu bahwa hanya beberapa potong pakaian yang keluarga dan sahabat selipkan di pinggir jenazah kita dalam sebuah peti mati.
Mungkin semacam “bekal” dalam ziarah jiwa menuju keabadian rasa rindu dan kangen abadi itu.
Saya sangat tertarik dengan refleksi Romo B. Herry Priyono yang termuat dalam buku kenangan 100 hari kematiannya.
B. Herry Priyono Dalam Kenangan Kami (IKAD, 2021). Saya kutip refleksinya”…Saya tidak mungkin survive sebagai Jesuit tanpa pengalaman mistik bahwa Dia sendiri yang mengajari saya dan menjadi Guru saya. Itu pasti.
Dan di kedalaman sana, saya selalu merasa bahwa saya hanya alat-Nya, alat yang sangat terbatas. Saya hanya abdi-Nya.
Dia tidak terbatas. tidak mungkin saya jangkau kepenuhan-Nya. Dari semua itu, lambat laun saya belajar bahwa “Kangen Kepada Tuhan” sudahlah cukup. Itu yang telah menyelamatkan saya dari banyak badai…”
Saya terpekur membaca refleksi ini. Mendalam dan bernas. Saya mengagumi tulisan-tulisan Romo Herry di Kompas dan mengoleksi banyak bukunya.
Pasca kematiannya yang terlalu pagi itu, saya kadang kangen tulisannya. Saya tangkap refleksinya: manusia terbatas dalam segalanya.
Mazmur bilang: manusia hanya setitik debu di tangan Tuhan yang mahakuasa. Betapa rapuh.
Maka apa yang bisa manusia angkuhkan di hadapan kemahakuasaan Tuhan? Tuhan terlalu agung dan misterius.
Daya pikir manusia mungkin hanya mampu mengais remah-remahnya saja. Sangat terbatas.
Romo Herry benar ketika ia menulis bahwa “Kangen Kepada Tuhan” itu membuatnya perlahan belajar bahwa tidak pernah ada situasi ideal. Situasi selalu situasional.
Artinya, tidak pernah terjadi sepenuhnya apa yang kita inginkan. “Andai hanya sebagian kecil yang saya inginkan itu terjadi, itu sudah kegembiraan bagi saya. Jika saya masih punya “Kangen Kepada Tuhan”, itu sudah cukup bagi saya” (2021: 313).
Adven adalah momen berahmat untuk setia merasa kangen kepada Tuhan. Menanti bisa juga berarti merindukan. Ada sesuatu atau seseorang yang kita kangenin, kita rindukan.
Tapi kangen kepada Tuhan berarti menyadari keterbatasan kita.
Yohanes Pembaptis beri syarat: kita mesti bertobat dulu agar rasa kangen itu berjalan lancar tanpa halangan.
Gundukan dosa membentuk bukit kecil harus diratakan. Gundukan dosa itulah yang kadang membuat kita “nyaman” dalam gelimang dosa.
Gundukan kelam itulah yang menjadi halangan bagi kita untuk memuluskan rasa kangen dan merindukan Tuhan.
Siapakah Tuhan yang kita kangen dan rindukan? Yohanes Pembaptis rupanya kangen pada Tuhan ketika ia mengutus dua muridnya untuk menanyakan jati diri-Nya.
Tuhan tidak menunjukkan unsur jati diri tapi membentangkan pekerjaan-pekerjaan yang telah Ia lakukan.
“Pergilah dan katakana kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik” (Luk 7: 22).
Kita teringat pada kata-kata Yesus: “Pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapaku, itulah yang memberi kesaksian tentang Aku” (Yoh 10:25).
Rasa kangen dan rindu pada Tuhan adalah ajakan jiwa untuk meletakkan harapan pada-Nya. Dia akan membuat kita tetap setia dalam rasa kangen dan rindu kepada-Nya sampai kapan pun. Selama kehidupan ini masih memeluk kita.*
Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 15 Desember 2021:

Bacaan Pertama: Yesaya 45:6b-8,18,21b-25
Hai langit, teteskan keadilan dari atas
Beginilah firman Tuhan, “Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan gelap.
Akulah yang memberikan kebahagiaan dan mendatangkan kemalangan.
Akulah Tuhan yang membuat semuanya ini.
Hai langit, teteskanlah keadilan dari atas, dan baiklah awan-awan mencurahkannya.
Baiklah bumi membuka diri, dan bertunaskan keselamatan serta menumbuhkan keadilan.
Akulah Tuhan yang menciptakan semuanya ini.” Sebab beginilah firman Tuhan, yang menciptakan langit dan bumi.
Dialah Allah yang membentuk dan menjadikan serta menegakkan bumi; yang menciptakan bumi bukan supaya kosong, melainkan supaya didiami orang; beginilah firman-Nya, “Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain.
Akulah Tuhan! Tidak ada yang lain, tidak ada Allah selain Aku. Allah yang adil dan juruselamat, tidak ada yang lain kecuali Aku.
Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi!
Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain.
Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulut-Ku telah keluar kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik kembali.
Semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Ku, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa, sambil berkata, Hanya dalam Tuhanlah keadilan dan kekuatan.
Semua orang yang telah bangkit amarahnya terhadap Dia akan datang kepada-Nya dan mendapat malu.
Tetapi seluruh keturunan Israel akan nyata benar dan akan bermegah dalam Tuhan.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: 85:9ab-10,11-12,13-14
Refr.: Hai langit, teteskanlah keadilan, hai awan, curahkanlah keadilan.
1. Aku ingin mendengar apa yang hendak difirmankan Allah! Bukankah Ia hendak berbicara tentang damai kepada umat-Nya dan kepada orang-orang yang dikasihi-Nya? Sungguh, keselamatan dari Tuhan dekat pada orang-orang takwa, dan kemuliaan-Nya diam di negeri kita.
2. Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan berpelukan. Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan merunduk dari langit.
3. Tuhan sendiri akan memberikan kesejahteraan, dan negeri kita akan memberikan hasil. Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan damai akan menyusul di belakang-Nya.
Bait Pengantar Injil: Yesaya 40:9-10
Refr.: Alleluya
Nyaringkanlah suaramu, hai pembawa kabar baik. Lihat, Tuhan Allah datang dengan kekuatan.
Bacaan Injil: Lukas 7:19-23
Katakanlah kepada Yohanes apa yang kalian lihat dan kalian dengar
Yohanes memanggil dua orang muridnya, dan menyuruh mereka bertanya kepada Yesus, “Tuankah yang ditunggu kedatangannya, atau haruskah kami menantikan seorang lain?”
Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus mereka berkata, “Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya, ‘Tuankah yang ditunggu kedatangannya, atau haruskah kami menantikan seorang lain?”
Pada saat itu Yesus sedang menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat; dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta.
Maka Yesus menjawab, “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kalian lihat dan kalian dengar.
Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.
Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.”
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik lainnya