Berita Kota Kupang

Sukses Budidaya Jahe Merah, Fransiskus Seran Raup Puluhan Juta

Para petani pun mendapat keuntungan berlipat. Salah satunya seperti dirasakan oleh Fransiskus Seran

Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/ISTIMEWA
Fransiskus Seran petani jahe merah 

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Di masa pandemi saat ini, jahe merah memang diburu masyarakat. Para petani pun mendapat keuntungan berlipat. Salah satunya seperti dirasakan oleh Fransiskus Seran.

Sarjana Sosial Politik itu berhasil meraup keuntungan puluhan juta berkat budidaya jahe merah yang ia geluti secara otodidak di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.

Kiprah Fransiskus Seran itu diapresiasi oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL). Menurutnya, bertani merupakan profesi yang menjanjikan. "Untuk jadi petani maju tidak perlu lahan besar, pekarangan juga bisa dijadikan ladang mencari nafkah," tutur Menteri Pertanian.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi juga mengiyakan hal tersebut. Menurutnya sektor pertanian kini telah menjelma menjadi bisnis yang cukup menjanjikan. "Pertanian itu bisnis. Tentu bisnis pertanian amat menjanjikan dan menguntungkan," kata Dedi.

Ditambahkannya, saat ini Kementerian Pertanian tengah menggenjot pertumbuhan petani milenial. Meski jumlahnya terbatas, namun petani milenial dengan kreativitas yang dimilikinya memberikan resonansi yang cukup luas. "Petani milenial walaupun jumlahnya sedikit, tapi pengaruh dan dampaknya terhadap pembangunan pertanian luar biasa signifikan," tuturnya.

Sebagaimana diketahui, jahe adalah salah satu jenis rempah yang diyakini memiliki banyak khasiat serta manfaat bagi tubuh. Ada beberapa jenis jahe, salah satunya adalah jahe merah. Jahe merah memiliki kandungan minyak atsiri yang paling banyak di bandingkan dengan jenis jahe lainnya. Minyak inilah yang membuat jahe memiliki rasa yang pedas dan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan obat dan jamu tradisional. Jahe merah juga beraroma sangat tajam.

Rimpang jahe merah berukuran kecil dengan balutan kulit berwarna merah dan menyimpan serat lebih banyak dibanding jahe biasa. Jahe merah mudah tumbuh di tempat yang terbuka ataupun tempat yang agak ternaung, seperti pekarangan dan kebun. Selain itu juga bisa tumbuh di tanah kering atau gembur, dengan ketinggian mencapai 900 meter di atas permukaan laut. Dalam penggunaannya sebagai obat, jahe merah sering dikombinasikan dengan tanaman herbal lainnya.

Fransiskus Seran memaparkan upayanya selama ini dalam membudidayakan jahe. "Motivasi saya adalah memanfaatkan lahan-lahan pekarangan yang kosong agar menjadi produktif," tuturnya saat ditemui di lahan jahe miliknya.

Fransiskus pun berhasil membudidayakan jahe merah dan jamur tiram. Ia menargetkan 700 polybag setiap kali tanam jahe merah. Jahe merah tersebut kemudian ia panen dalam kurun waktu 10 hingga 12 bulan. Dengan perolehan kurang lebih 800 sak karung jahe merah, ia meraup omzet hingga puluhan juta rupiah. Sementara itu, pendapatannya sehari-hari ditopang oleh hasil panen jamur tiram.

Uniknya, Fransiskus membudidayakan 2 komoditas itu secara organik. Ia menggunakan eco-enzyme sebagai pupuk organik untuk 2 komoditas yang ia tanam itu. Eco-enzyme itu ia buat sendiri. Eco-enzyme merupakan hasil olahan limbah dapur berupa ampas buah atau sayuran yang difermentasi dengan menggunakan gula. Eco-enzyme dikenal dapat mempersubur pertumbuhan tanaman.

Kesuksesan itu tidak ia simpan sendiri. Pada beberapa kesempatan, ia membagikan ilmunya kepada masyarakat sekitar. Salah satunya adalah pelatihan pembuatan eco-enzyme kepada para perempuan binaan yang merupakan kerjasama dengan lembaga gereja. (*)

Baca Berita Kota Kupang Lainnya

  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved