Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Jumat 19 November 2021: Rumah Tuhan

"Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ", demikian tulis penginjil Lukas pada awal perikop hari ini. Kenapa?

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Renungan Harian Katolik Jumat 19 November 2021: Rumah Tuhan (Lukas 19:45-48)

Oleh: RD. Fransiskus Aliandu

POS-KUPANG.COM - "Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ", demikian tulis penginjil Lukas pada awal perikop hari ini. Kenapa?  

"Kata-Nya kepada mereka : Ada tertulis, Rumah-Ku adalah rumah doa, tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun" (lih. Yes 56:7).

Begitu alasannya. Sangat tepat dan mendasar. Masakan gereja menjadi tempat berdagang. Ibarat bazar menjelang hari raya dengan paket murah.

Kita tak bisa membayangkan riuhnya suasana. Semua berebutan sembako murah, pakaian sisa import, dan sekian banyak dagangan lain lagi. Belum lagi suara musik dari sound system yang memekakkan telinga.

Saat merenungkan ini, dalam pikiran mungkin terselip pertanyaan ini, "Pedagang macam apa yang diusir Yesus kala itu?"

Ternyata penginjil Lukas tak menulis jelas. Begitu pun penginjil Matius (21:12-13).

Dalam injil Markus, bisa kita temukan catatan ini, "Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah" (Mrk 11:15-19).

Terjawab sudah pertanyaan kita. Para pedagang itu adalah mereka penjual binatang-binatang yang diperlukan untuk mengadakan korban persembahan.

So pasti juga pedagang minyak, garam, dll. karena itu pun diperlukan dalam sembahyang di Bait Allah.

Kita manggut-manggut lantaran punya referensi pedagang lilin di halaman gereja jelang prosesi Jumat Agung atau Upacara Cahaya pada Malam Paskah.

Mereka, para pedagang itu, berjualan di pelataran pasti seizin "pengelola" Bait Allah, para imam dan dewannya. Tak mungkin orang-orang itu berdagang seenak dewe.

Mereka pasti harus memberi "persen", tips, sogokan, atau uang sewa lapak kepada pihak pengelola, pemuka agama yang memberi izin atau membiarkan mereka berjualan di situ.

Praktek kayak gini sudah lazim dan jadi kebiasaan di mana-mana. Mereka juga tentu harus mencari untung. Mana ada pedagang yang tak mau merenggut laba.  Sulit untuk menerima omongan bahwa mereka murni membantu.

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved