Renungan Harian Katolik Jumat 19 November 2021: Skala Prioritas

Tuhan kehilangan tempat dan ruang di dalam rumah yang sakral itu. Suara-suara para pedagang yang menjajakan dagangan dan lenting mata uang yang ditukar lebih mengisi suasana paska di Bait Allah.

Aktivitas ekonomi-duniawi justru sangat mendominasi ruang-ruang sakral.

Kekuasaan duniawi sangat mendominasi momen kudus: saat manusia yang rapuh bertemu dengan Tuhan yang agung. 

Tuhan mengecam orang-orang yang berjualan atau berdagang menjadi Bait Allah sebagai “sarang penyamun.”

Di kalangan bangsa Yahudi, para pencuri dan perampok hidup di tempat persembunyian dan gua-gua.

Yudea merupakan wilayah yang dipenuhi tempat-tempat semacam itu.

Di dalam sarang itu, para pencuri dan perampok biasa merencanakan dan melakukan kejahatan.

Tuhan menyamakan para pembeli dan penjual yang melakukan transaksi di Bait Suci menyerupai para pencuri dan perampok.

Mereka menjadikan Bait Suci sebagai tempat mencari keuntungan. Tanpa risih dan malu, mereka berbuat curang dan melakukan penipuan.

Mereka mengambil untung dari orang-orang miskin yang datang jauh-jauh dari luar Yerusalem.

Atas nama keharusan untuk membeli benda-benda itu untuk mempersembahkan korban, mereka "merampok" orang-orang itu dengan menjual dagangan mereka dengan harga yang sangat tinggi.

Sungguh sebuah perilaku kejam yang dipertontonkan dengan sangat terbuka di sebuah area kudus yang sangat dihormati sejak leluhur.  

Tuhan sesungguhnya mengingatkan semua orang agar menghormati Bait Allah sebagai ruang dan momen sakral bertemu dengan Allah.

Tuhan hendak bilang pada kita agar memberikan ruang yang lebih istimewa pada Tuhan di tempatnya yang kudus.

Apalagi momen itu tidak ada setiap saat. Hanya pada paska. Tuhan memperoleh porsi waktu yang sangat terbatas.