Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Senin 15 November 2021: Name Calling

Selain nama pribadi sebagai identitas diri, kadang kala seseorang juga mempunyai nama panggilan atau nama julukan. 

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Tapi setelah mendengar nama Yesus, si pengemis buta itu seakan mendapat gairah hidup dan semangat baru. Ia mulai berseru dengan suara keras, "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" (Luk 18:38-39). 

Dalam Injil Lukas, sebutan "Anak Daud" bagi Yesus sudah diberikan kepada-Nya sejak Ia belum dilahirkan Maria. Yang pertama kali menyebut-Nya dengan nama julukan itu ialah Malaikat Gabriel (lih. Luk 1:32). 

Dalam tradisi Yahudi, ada kepercayaan bahwa seorang "Anak Daud" atau seorang "Daud" baru akan datang untuk membawa damai dan sejahtera kepada umatnya. Ini sesuai nubuat kuno yang terdapat dalam kitab Samuel (lih. 2 Sam 7:12-16). 

Jadi seruan julukan "Anak Daud" oleh si buta sesungguhnya mempunyai arti yang dalam. Julukan itu bernada mesianik. Ungkapan isi hati penuh iman dan pengharapan. 

Orang buta itu sangat mengharapkan perhatian dan belas kasihan Yesus. Ia mengakui-Nya sebagai Mesias, "Anak Daud", atau "Daud" baru yang dinantikan bangsa Yahudi. 

Seruan si buta terdengar oleh Yesus dan menggetarkan hati Yesus. Ia berhenti dan menjawabi jeritan harapan si buta. 

"Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau" (Luk 18:42). 

Demikian kata Yesus kepada si buta. Tak hanya menunjukkan belas kasihan-Nya. Bahwa betapa pentingnya orang malang itu ketimbang puluhan, ratusan, jutaan orang yang hanya mengiringi apalagi memuji dan mengelukan-Nya. 

Tapi juga memperlihatkan tanda terpenuhinya nubuat dan harapan mesianik bangsa Yahudi. 

Jauh sebelumnya, nabi Yesaya pernah menubuatkan Mesias itu sebagai seorang yang akan membuka mata orang-orang buta. 

"Lihatlah, Allahmu akan datang ... Ia sendiri datang menyelamatkan kamu. Pada waktu itu mata orang-orang buta akan dicelikkan, dan telinga orang-orang tuli akan dibuka" (Yes 35:4-5; lih. Yes 61:1). 

Iman dan pengharapan si buta setidaknya menggugah siapa pun untuk menyadari diri di hadapan Tuhan. 

Saya, Anda, kita ini telah mengiringi Yesus dalam setiap perjalanan-Nya. Mungkinkah kita mengiringi, tapi masih tetap buta dan tidak sadar bahwa kita buta. Ada pula yang buta, tetapi sadar bahwa ia tidak melihat. 

Buta yang sadar akan kebutaannya, mempunyai julukan pribadi tentang Tuhan sebagai ungkapan hatinya yang penuh iman. Dan ia meminta, "Tuhan, supaya saya dapat melihat" (Luk 18:41). 

Buta yang tidak sadar akan kebutaannya, belum atau mungkin tidak mempunyai julukan kedekatan dengan Tuhan. Dia tidak pernah meminta. Mungkin merasa tak perlu meminta. *

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved