Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Rabu 20 Oktober 2021: Tanggung Jawab
Sejumlah warganet di Twitter menyebut Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta saat ini, sebagai 'gubernur rasa presiden".
Renungan Harian Katolik Rabu 20 Oktober 2021: Tanggung Jawab (Lukas 12:39-48)
Oleh: RD. Fransiskus Aliandu
POS-KUPANG.COM - Sejumlah warganet di Twitter menyebut Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta saat ini, sebagai 'gubernur rasa presiden". Tidak terlalu jelas apa alasan di balik penyebutan itu.
Dulu, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo sempat menyebut Anies sebagai "Gubernur Indonesia".
Sebutan itu disampaikannya ketika berpidato dalam acara Pengukuhan Pengurus Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI), Senin 2 Juli 2018.
Tjahjo menjelaskan, sebagai gubernur DKI Jakarta, Anies memiliki tugas berat lantaran banyak warga yang datang ke Ibu Kota, tak hanya dari Pulau Jawa, tetapi juga daerah lain.
Tapi semua orang tahu, Presiden itu kepala negara. Wilayah pemerintahannya menjangkau dari Sabang sampai Merauke. Sedangkan kekuasaan pemerintahan seorang Gubernur terbatas dalam provinsi yang dipimpinnya.
Dengan begitu, penyebutan "gubernur rasa presiden", tentu mempunyai konotasi tersendiri. Mungkin saja, melihat perilaku dan sepak terjang Anies dalam melaksanakan tugasnya sebagai Gubernur. Terbaca dan terkesan ia merasa diri dan berlaku seakan seorang Presiden.
Dalam keseharian kita acap menjumpai penjual buah yang menjajakan 'mangga madu' atau 'nangka salak'. Kita mengerti bahwa itu bukan buah mangga sekaligus madu atau nangka sekaligus salak.
Tetapi buah mangga yang saat dicicipi rasanya kayak madu, atau bila nangka dimakan bunyinya kriuk seperti salak pondoh yang terkenal.
Tiap orang yang menduduki jabatan tertentu, memiliki tugas dan tanggung jawab. Tak hanya dalam urusan pemerintahan. Tapi juga dalam perusahaan atau organisasi sesederhana apa pun. Ini kerap dituangkan dalam peraturan atau anggaran dasar tentang uraian tugas dan wewenang (UTW).
Dengan itu, orang bisa tahu apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab yang harus ia laksanakan. Pun setidaknya ia pun paham batas-batas yang menjadi kewenangannya sehingga tidak overlapping, bahkan menyalahgunakan demi kepentingannya.
Berbareng itu ada saatnya ia mesti mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya. Ada risiko pertanggungjawabannya tidak diterima atau mosi tidak percaya yang bakal menimpanya.
Yesus memberi awasan tegas kepada para murid. "Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan ... Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut" (Luk 12:39.48b).
Para murid dinasihati Yesus agar waspada. Mereka harus "berjaga" terus, agar bila sang empunya rumah kembali, semuanya beres dan siap. Bahkan mereka mesti berlaku seperti tuan rumah yang memperhitungkan pencuri yang datang pada saat orang terlena.
Tugas dan tanggung jawab murid memang berat. Mereka harus mengurus "rumah tangga", termasuk orang-orang yang ada di dalamnya, yang disayang sang pemilik.
Yesus pernah menyebut "kawanan kecil", yaitu orang-orang yang percaya kepada-Nya. "Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu" (Luk 12:32).
"Kawanan kecil" inilah yang harus dijaga dan diurus dengan baik oleh para murid, yakni Petrus dan teman-temannya.
Yesus mengumpamakan diri sebagai sebagai gembala yang baik dan pemilik domba yang betanggung jawab. Ia mengibaratkan diri sebagai pemilik kawanan domba yang berani meninggalkan kawanan besar untuk mencari satu saja dari kawanannya yang sedang tersesat. Kegembiraannya meluap-luap ketika menemukan yang satu itu tadi (lih. Luk 15).
Yesus, Sang Gembala, sampai tiga kali meminta Petrus agar tetap menjaga kawanan dombanya sehingga tidak terlantar. Dan, Petrus mengiyakan tiga kali pula.
Maka, para murid punya tugas berat untuk mengurus kawanan kecil milik Sang Gembala. Mereka harus membesarkan hati kawanan kecil agar tidak takut karena diperhatikan Sang Gembala. Mereka harus meyakinkan kawanan kecil bahwa tak ada kekuatan apa pun dapat mencelakakan mereka. Mereka harus mencari yang hilang dan menunjukkan kegembiraan saat menemukannya.
Dalam melaksanakan tugas, akan tampak, apakah mereka betul-betul mau melayani atau sekedar untuk mencari untung bagi diri sendiri. Akan kelihatan apa mereka sungguh menyayangi semua atau membeda-bedakan perlakuan yang mereka beri.
Petrus sendiri sadar diri. Sebesar-besarnya dedikasi, ia tetaplah manusia.
Orang Latin bilang, "Errare humanum est". Berbuat kesalahan itu manusiawi. Kesalahan bisa saja dibuat. Bahkan kesalahan bisa dibuat dengan sengaja.
Main paksa, berlagak sebagai bos atau tuan besar, mencari keuntungan dan menumpuk kekayaan, mengelak yang sulit dan memilih yang enteng, dan sebagainya, adalah penyakit-penyakit umum di kalangan para murid.
Maka dalam suratnya yang pertama, Petrus menulis refleksinya, "Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela, sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan kamu mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri" (1 Ptr 5:2).
Sebagai murid, kita punya tanggung jawab atas "rumah tangga" dan kawanan kecil yang dipercayakan kepada kita.
Bagi kita, kata kunci yang penting untuk permenungan adalah "tahu kehendak Tuhan".
"Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. Tetapi barang siapa tidak tahu akan kehendak tuannya, dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan" (Luk 12:47-48a).
Yesus mengungkapkan kehendak Bapa, "Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu".
Ungkapan "jangan takut!" itu kerap dipakai Allah dalam Perjanjian Lama untuk menguatkan umat-Nya. Mereka dilindungi-Nya dari kekuatan-kekuatan jahat yang selalu mengancam.
Kata-kata "janganlah takut, hai kawanan kecil", menegaskan bahwa kalian itu sedang ada bersama Bapa. Kalian sudah ada dalam rangkulan dan perlindungan Bapa.
Nah ... bagaimana kita membuat orang-orang di rumah, peserta didik di kelas, bawahan di kantor atau perusahaan, umat di kring atau stasi, sungguh merasa tenang, karena Bapa sedang merangkul dan menunjukkan kasih sayang-Nya? *
Teks Lengkap Bacaan Renungan Katolik 20 Oktober 2021:

Bacaan Pertama: Roma 6:12-18
Saudara-saudara, janganlah dosa berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kalian tidak lagi menuruti keinginannya
Janganlah kalian menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa, untuk dipakai sebagai senjata kelaliman.
Tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah, sebagai orang-orang yang dahulu mati tapi sekarang hidup.
Serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk dijadikan senjata-senjata kebenaran.
Karena kalian tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kalian tidak berada di bawah hukum Taurat, melainkan di bawah kasih karunia.
Jadi bagaimana? Apakah kita melakukan dosa karena tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di kasih karunia?
Sekali-kali tidak! Tidak tahukah kalian, bahwa dengan menghambakan diri kepada seseorang untuk mentaatinya, kalian menjadi hamba orang itu?
Bahwa kalian harus mentaati baik dalam kesalahan yang kalian lakukan terhadap kematian, maupun dalam kepatuhan kalian terhadap kebenaran?
Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kalian dosa, sekarang kalian dengan hati telah menyampaikan ucapan yang telah disampaikan tetapi ini.
Kalian telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.
Demikian Sabda Tuhan
Syukur kepada Allah
Mazmur Tanggapan: 124:1-3.4-6.7-8
Refr.: Pertolongan kita dalam nama Tuhan
1. Jikalau bukan Tuhan yang memihak kepada kita; biarlah Israel berkata demikian, Jikalau bukan Tuhan yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit melawan kita, maka mereka telah menelan hidup-hidup kita, ketika amarah menyala-nyala terhadap kita.
2. Maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir menimbus kita; telah melanda kita air yang meluap-luap itu. Terpujilah Tuhan yang tidak menyerahkan kita menjadi mangsa bagi gigi mereka!
3. Jiwa kita terluput seperti burung terlepas dari jerat penangkap; jerat itu telah putus, dan kita pun terluput! Pertolongan kita dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi.
Bacaan Injil Lukas 12:39-48
Tetapi ketahuilah ini: Jika tuan rumah tahu pukul berapa pencuri akan datang, ia tidak akan membiarkan rumahnya dibongkar.
Hendaklah kamu juga siap sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu sangkakan."
Kata Petrus: "Tuhan, kamikah yang Engkau maksudkan dengan perumpamaan itu atau juga semua orang?"
Jawab Tuhan: "Jadi, siapakah pengurus rumah yang setia dan bijaksana yang akan diangkat oleh tuannya menjadi kepala atas semua hambanya untuk memberikan makanan kepada mereka pada waktunya?
Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya.
Akan tetapi, jikalau hamba itu jahat dan berkata di dalam hatinya: Tuanku tidak datang-datang.
Lalu ia mulai memukul hamba-hamba laki-laki dan hamba-hamba perempuan, dan makan minum dan mabuk.
Maka tuan hamba itu akan datang pada hari yang tidak disangkakannya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, dan akan membunuh dia dan membuat dia senasib dengan orang-orang yang tidak setia.
Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan.
Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan.
Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut."
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus