Berita Lembata
Budaya Gemohing Taman Daun dan Warga Desa Baobolak Berhasil Ubah Gubuk Reyot Jadi Rumah Layak Huni
Suasana di desa Baobolak, Kecamatan Nagawutung, pada Selasa, 12 Oktober 2021 sore agak berbeda dari hari-hari sebelumnya. Ibu-ibu dan anak-anak peremp
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo
POS-KUPANG.COM-LEWOLEBA-Suasana di desa Baobolak, Kecamatan Nagawutung, pada Selasa, 12 Oktober 2021 sore agak berbeda dari hari-hari sebelumnya. Ibu-ibu dan anak-anak perempuan mengenakan kain tenunan yang indah dengan baju kaos berwarna putih atau kebaya. Bapak-bapak di desa tersebut juga berpakaian rapi, kebanyakan mengenakan batik dan celana kain panjang, busana yang sering mereka kenakan bila menghadiri sebuah hajatan.
Hari itu, bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun ke-22 Otonomi Daerah Kabupaten Lembata, didampingi langsung oleh relawan Taman Daun Herman Oe, warga mengantar Emerensiana Kewa, seorang janda anak dua, masuk ke dalam rumah barunya dengan tarian dan sapaan-sapaan adat sebagai ungkapan syukur.
Melihat antusiasme masyarakat terlibat langsung dalam acara ini menampakan bahwa ini sebenarnya bukan sekadar peringatan otonomi daerah Kabupaten Lembata dengan segala macam mimpi kesejahteraannya. Lebih dari itu, semangat gotong royong atau gemohing dalam tradisi budaya Lamaholot yang nampak nyata di desa Baobolak adalah yang utama.
Rumah yang dibangun relawan Taman Daun dan warga desa Baobolak secara bergotong-royong itu dulunya sebuah gubuk reyot yang sudah tidak layak huni. Jika musim hujan tiba, Emerensiana dan dua orang anaknya yang masih kecil tak bisa tidur nyenyak. Mereka terpaksa harus menepi ke bagian gubuk yang aman dari tirisan air hujan.
Baca juga: Final PON Pertemukan Papua Vs Aceh, Benhur Tomi Mano: Bukti Pemerataan Sepak Bola Indonesia
Koordinator Relawan Taman Daun John Batafor mengakui rumah setengah tembok itu tak mungkin berdiri tanpa gemohing. Secara pribadi dia menyanjung keterlibatan masyarakat khususnya anak-anak muda desa Baobolak yang tak kenal lelah mendirikan rumah layak huni tersebut selama dua minggu.
Sejumlah material lokal, selain ditanggung relawan, menurut John diadakan juga secara swadaya oleh masyarakat desa Baobolak. Teddy Kiebeny, relawan dari Larantuka, juga tinggal bersama warga sejak awal dan ikut serta dalam proses pembangunan rumah.
“Dari semua rumah yang kita bedah, baru di sini, semangat gotong-royongnya atau gemohingnya sangat tinggi. Di tempat lain tidak seperti ini,” ujar John.
Selain di desa Baobolak, Kecamatan Nagawutung, Relawan Taman Daun sebelumnya sudah membedah empat rumah keluarga miskin di Kecamatan Atadei, Nubatukan, Omesuri dan Buyasuri. Motivasi Taman Daun ialah hendak menumbuhkan kembali nilai-nilai gemohing yang diwariskan dalam budaya Lamaholot oleh leluhur.
Mereka percaya, kemiskinan, kemelaratan dan penderitaan hidup yang mendera masyarakat bisa diatasi dengan internalisasi nilai-nilai gemohing dalam masyarakat. Individualisme yang menggerogoti masyarakat modern, seperti kata John, hanya bisa dilawan dengan melestarikan kembali gemohing.
“Saya berterima kasih kepada kepala tukang, masyarakat dan anak-anak muda desa Baobolak yang terlibat dalam kegiatan ini,” ucapnya di hadapan masyarakat.
Sebagai sebuah komunitas gemohing, John menegaskan, Taman Daun hadir untuk berkontribusi dalam menekan angka kemiskinan dan membawa Kabupaten Lembata keluar dari daerah tertinggal. Oleh karena itu, semua kerja kemanusiaan Taman Daun yang salah satunya adalah bedah rumah itu dilandasi oleh semangat gemohing para relawan dan masyarakat setempat. Tak akan ada bedah rumah tanpa gemohing, tegas putra Lamalera tersebut.
“Jadi ini bukan soal ada uang atau tidak. Bukan itu. Tanpa uang sekalipun, kita bisa sama-sama gemohing bikin aksi kemanusiaan,” pesannya.
John juga menyinggung ikhtiar otonomi daerah yang diperoleh Lembata pada 22 tahun lalu yang dia artikan sebagai kemandirian mengurus diri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain. Bahkan, pada tahapan tertentu, menurut pandangannya, otonomi lebih luas bermakna ‘tidak menggantungkan hidup pada negara’.
Atas keyakinan ini, dia mengajak masyarakat untuk mengelola sumber daya alam yang ada semaksimal mungkin untuk menuju pada kesejahteraan secara ekonomi.