Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Jumat 1 Oktober 2021: Salibkan Egoisme

Dalam bahasa Biblis, mereka menyalibkan egoisme yaitu kecenderungan menjadi berkuasa

Editor: Eflin Rote
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Salibkan Egoisme

Oleh Pater Steph Tupeng Witin SVD

Jumat 1 Oktober 2021

Mat 18:1-5

Hari ini Gereja memperingati pesta Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus. Orang-orang kudus yang kita peringati setiap hari adalah orang-orang biasa yang berjuang sepanjang hidup menjadi berkenan di hadapan Tuhan dan sesama. Dalam bahasa Biblis, mereka menyalibkan egoisme yaitu kecenderungan menjadi berkuasa, kaya dan berpengaruh di tengah dunia agar dapat mengabdi Tuhan dalam hening. Keterpencilan diri dari kuasa, uang dan ketenaran memang melawan arus zaman yang meniscayakan karier, prestasi dan prestise. Mereka taat sepenuh hati pada Allah seperti anak-anak kecil yang hanya menuruti apa kata orang tua. Santa Theresia merendahkan diri di hadapan kemahakuasaan Tuhan agar kelak menjadi “orang besar” dalam sejarah Gereja Katolik. Ia menyalibkan egoisme untuk menjadi orang tenar di tengah dunia agar kelak menjadi teladan ketulusan dan kemurnian iman di hadapan Allah. Ia mematikan kecenderungan dan ambisi fana untuk merebut mahkota keabadian.

Ketika para murid bertengkar mempersoalkan apa yang membuat seorang menjadi “besar” di surga, Yesus memberikan wawasan yang baru untuk membuka kesadaran dan pemahaman mereka.  Yesus bilang. cara untuk “naik” adalah dengan jalan “turun.” Siapa yang memiliki keinginan  untuk menjadi “terbesar” dalam Kerajaan Surga mesti menjadi yang “terkecil” dalam praktik hidup di tengah dunia ini.

Jalan ini tidak mudah, panjang dan melelahkan karena subyek yang sangat berat untuk ditaklukkan dan bila perlu dikalahkan adalah diri sendiri. Matius mensyaratkan kerendahan hati yang mesti ditambahkan pada iman (Mat 5:5). Artinya, syarat menduduki tempat tertinggi dalam konteks Kerajaan Allah adalah iman kepada Allah yang teguh dan kerendahan hati yang bersumber dari hati yang suci dan murni.

Orang-orang yang berusaha mengambil posisi terendah adalah yang terbesar menurut sudut pandang surgawi. Ungkapan ini sesungguhnya melawan arus dunia dimana orang beramai-ramai merebut posisi tertinggi dengan menempuh jalan pintas dan mengagungkan mental instan. Seorang anak kecil tidak punya ambisi, kesombongan dan keangkuhan sehingga pantas menjadi teladan bagi kita. Anak kecil selalu rendah hati, mudah diajar dan gampang belajar. Mereka tidak cenderung angkuh dan munafik. Rasul Yakobus berkata, “Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan dan Ia akan meninggikan kamu” (Yak 4:10).

Bagaimana dengan kita? Kecenderungan ambisi manusiawi terkadang menjadi halangan terbesar menjadi “manusia Allah” di tengah arus dunia ini. Mari kita meneladani Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus yang bersama Allah mampu mengalahkan diri agar mejadi orang kudus. Selama Oktober ini, kita berziarah bersama Bunda Maria Ratu Rosario menuju Yesus Anak-Nya. Maria setia mendoakan kita di hadapan Yesus agar teguh menjadi manusia biasa yang beriman kepada Allah dan rendah hati di hadapan sesama. *    

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved