KKB Papua
Prof Imron Cotan Sebut KKB Papua Tak Bisa Cabut Resoslusi PBB: Ingat, Papua Itu Harga Mati NKRI
Meski selama ini Papua terus bergolak, perang dengan TNI terus terjadi, serangan ke masyarakat terus dilakukan tapi itu bukan perang yang sesungguhnya
POS-KUPANG.COM – Tokoh dan Pemerhati Papua, Prof. Imron Cotan mengungkapkan pernyataan tegas tentang Papua.
Meski selama ini Papua terus bergolak, perang dengan TNI terus terjadi, serangan KKB ke masyarakat terus dilakukan, tapi itu bukan perang yang sesungguhnya.
Konflik yang terjadi di Papua tersebut, hanya diistilahkan sebagai low intensity conflict atau konflik intensitas rendah, walau telah merenggut banyak nyawa.
Imron Cotan mengatakan, Papua merupakan wilayah damai.
Damai adalah sesuatu yang sudah ada dalam tubuh manusia.
Kita ada bibit ingin damai, Dalam diri sendiri, dengan orang lain, dengan alam.
Sedangkan perang adalah konsekuensi dari orang lain yang tidak terakomodir.
Baca juga: KKB Papua Makin Brutal, Usai Tembak Prajurit TNI, Mereka Bakar Bank, Puskesmas, Gedung SD dan Pasar
Dalam konteks Papua, tidak ada perang, meski dalam kultur Papua ada perang antar suku, itu dinamakan perang.
Sementara dalam konteks kenegaraan, perang itu melibatkan dua entitas atau dua negara.
Misalnya Indonesia dengan Malaysia atau Indonesia dengan Belanda pernah terjadi.
Di Papua, katanya Imron Cotan, bukan perang tapi low intensity conflict (konflik intensitas rendah-red).
Imron Cotan mengungkapkan pandangannya tersebut, ketika tampil sebagai narasumber dalam Webinar Moya Instute, Bedah Buku karya anak asli Papua.
Buku itu ditulis Steve Rick E Mara berjudul “Kita Semua Ingin Hidup Damai”.
Prof. Imron Cotan menyatakan, dalam berbagai kasus sparatis dimana saja, ditumpas secara militer.
Misalnya, di Irlandia ditumpas, di Sri Lanka yang memakan banyak korban juga ditumpas, di Amerika Latin juga dibasmi.
Baca juga: Dokter & Suster di Papua Ungkap Fakta Tragis, Mereka Dipukul Sehingga Lari & Lompat ke Dasar Jurang
Sedangkan dalam menangani low intensity conflict di Papua, sesungguhnya ada tiga hal yang harus diperhatikan.
Pertama, melalui militer, kedua, bisa juga dengan cara negoisasi atau ketiga, dengan cara kombinasi keduanya.
"Perlu ditegaskan, bahwa Papua itu bukan integrasi ke Indonesia. Tapi, Papua itu kembali ke ibu Pertiwi.”
“Karena dulu Belanda tidak bisa mempertahankan secara militer sebagai koloni.”
“Di Belanda tidak ada dokumen yang menyatakan Papua pernah merdeka," tuturnya, Selasa 14 September 2021.
Ia mengatakan, berdasarkan penelitian UGM bahwa KKB telah melakukan banyak kekerasan di Papua.
Sejak April 2021, KKB Papua tercatat melakukan pelanggaran HAM sebanyak 188 kasus, polri 19 dan TNI 13.
Bahkan, saat ini kasus yang dilakukan KKB bertambah, seperti menembaki TNI, Polri atau warga sipil.
"Kita harus objektif dalam melihat Papua dan tidak bisa bias. Kita harus akui kesalahan-kesalahan dari KKB, TNI maupun Polri yang lakukan. Perlunya rekonsiliasi dan kebenaran ada dalam UU.”
“Atau dengan cara lain untuk menuju jalan damai yang harus kita pikir bersama. Percayalah semua pemberontakan di Indonesia tidak direstui oleh Tuhan.”
Baca juga: Sergap 2 KKB Papua, Prajurit TNI Dapat Penghargaan & Tali Asih dari Mayjen Ignatius Yogo
Pemberontakan kiri, Islam tertumpas, PRRI Permesta tertumpas.
"Maka saya katakan sebagai orang moderat, Nusantara, pulau interaksi yang berabad-abad sudah terbentuk Indonesia. Dialog adalah salah satu pendekatan sebagai solusi jalan menuju damai,"paparnya.
John Al. Norotow merupakan mantan anggota OPM dan sekarang telah menyadari kekeliruannya dan menyatakan kesetiaannya kepada NKRI.
Menurutnya, apa yang dilakukannya dulu dengan para KKB sangat jauh berbeda.
Papua bagian dari Indonesia sudah final karena diakui oleh PBB. Bahkan pihak-pihak yang mau memerdekakan Papua, tidak mampu mencabut resolusi atau keputusan PBB ini.
"Tidak punya dan tidak mampu mencabut resolusi itu, karena dipilih dari suara (negara berdaulat) di PBB," tuturnya.
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Tokoh Pemerhati Papua Sebut Tumpas Gerakan Sparatis, Papua Itu Damai Tidak Ada Perang