Wawancara Eksklusif

Direktur RS Siloam Kupang, dr Hans Lie Tepis Covidkan Pasien Umum (Bagian 1)

PENGAMBILAN jenazah Covid-19 secara paksa oleh pihak keluarga sering terjadi di RS Siloam Kupang

Editor: Kanis Jehola
pos kupang
CEO RS Siloam, dr. Hans Lie 

POS-KUPANG.COM - PENGAMBILAN jenazah Covid-19 secara paksa oleh pihak keluarga sering terjadi di RS Siloam Kupang. Meski sudah diberi pemahaman, termasuk oleh Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 dan aparat keamanan, namun warga tetap ngotot membawa pulang jenazah. RS Siloam pun dicap sebagai rumah sakit yang mengcovidkan pasien.

Mengapa perampasan jenazah kerap terjadi? Seperti apa upaya edukasi kesehatan yang dilakukan pihak rumah sakit terhadap keluarga pasien? Bagaimana pelayanan terhadap pasien, termasuk pengumuman status pasien?

Jurnalis Pos Kupang Novemy Leo mewawancarai Direktur RS Siloam Kupang dr Hans Lie dalam acara Ngobrol Asyik Bersama Pos Kupang, Kamis (12/8). Berikut petikan wawancaranya:

Berapa tenaga kesehatan (Nakes) RS Siloam terpapar Covid-19?

Terkait dengan terpapar mungkin 10-20 persen ya, sepanjang satu tahun lebih ini. Tapi kalau kita lihat satu bulan terakhir ini kondisi paparnya lebih pada terpapar karena dari keluarga. Rumah sakit berusaha memproteksi staf, karyawannya tetapi justru terpapar dari lingkungan.

Baca juga: Kapolsek Oebobo Sebut Kejadian di RS Siloam Kupang Bukan Perampasan Jenasah

Apakah ada nakes meninggal dunia akibar Covid-19?

Kita sejauh ini bersyukur tenaga kesehatan yang terpapar dan meninggal itu tidak ada. Tetapi secara Siloam grup sudah ada tiga atau empat yang memang dalam pelayanan terpapar. Semoga di Kupang tidak ada.

Seperti apa upaya proteksi terhadap nakes?

Dalam hal proteksi protokol kesehatan, kita melakukan beberapa hal. Yang pertama adalah screnning rutin, berkembang sekali dari satu tahun terkahir dimana kita melakukan screening itu hanya anti bodi dua Minggu sekali, kemudian turun 10 hari. Buat mereka yang memang langsung merawat pasien itu harus PCR seminggu sekali dan tiap Lima hari.

Sekarang, kita lakukan ini adalah swab antigen wajib seminggu sekali untuk seluruh yang bekerja di rumah sakit, total mungkin sekitar 600 orang. Jadwlanya tiap Kamis dan Jumat kita melakukan pemeriksaan Swab antigen dan melakukan PCR rutin seminggu sekali terutama mereka yang diarea terpapar.

Baca juga: Begini Penjelasan Pihak RS Siloam Kupang Terkait Meninggalnya Bupati Lembata

Hasil temuannya sejauh ini namanya screening, dari 300 hanya dapat satu atau dua. Dan yang terpapar akan isolasi mandiri.

Apakah ada pemisahan nakes yang melayani pasien Covid dan pasien umum?

Kita memisahkan mulai dari pintu masuk, apa bila pasien itu datang dari pintu masuk (UGD). Di UGD kita sudah bagi jadi dua, jadi kita melakukan triase atau melakukan evaluasi kondisi pasien dan melakukan pemeriksaan swab antigen dan di saat mereka ada gejala, langsung pindah ke UGD Covid.

Ada pelayanan UGD Covid dan non Covid. Selama PPKM level empat ini kita bersyukur karena masyarakat itu sudah lebih dalam penerimaan bahwa mereka harus diswab.

Jadi masyarakat lebih menyadari bahwa, lebih baik di Swab kemudian mendapat penanganan yang lebih terpisah dan kemudian penangan terpisah ini secara kelanjutan. Dan merwka yang sudah di swab, kita lihat gejala ringan dan tanpa gejala itu lebih banyak mungkin karen sudah vaksin dan lain sebagainya.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved