Puasa Asyura
Tak Hanya Umat Islam, Puasa Asyura 10 Muharram Ternyata Tradisi Yahudi dan Nasrani, Simak Kisahnya
Tak hanya Umat Islam, Puasa Asyura 10 Muharram ternyata Tradisi Yahudi dan Nasrani, simak kisahnya
Tak Hanya Umat Islam, Puasa Asyura 10 Muharram Ternyata Tradisi Yahudi dan Nasrani, Simak Kisahnya
POS-KUPANG.COM- Puasa Asyura merupakan puasa sunnah yang dilakukan pada setiap tanggal 10 Muharram.
Tak hanya dilakukan Umat Islam. Di Zaman dahulu kala, Puasa Asyura 10 Muharram juga dilakukan Agama Yahudi dan Nasrani.
Simak kisahnya berikut ini.
Dikutip dari Wikipedia, Puasa Asyura dilakukan Bangsa Yahudi sebagai bentuk kegembiraan terbebasnya Kaum Bani Israil dari Firaun yang mati tenggelam di Laut Merah.
Baca juga: Keistimewaan Puasa Asyura dan Hari Asyura 10 Muharram 1443 H, Ini Makna Asyura Menurut Para Ulama
Sementara bagi Kamu Nasrani, Puasa Asyura dilakukan untum mensyukuri pengangkatan terbebasnya Nabi Isa Al Masih dari Pasukan Romawi. Nabi Isa Almasih terbebas setelah diangkat ke surga oleh Allah SWT.
Lalu bagaimana dengan Puasa Asyura dalam Islam.
Hari Asyura (عاشوراء ) adalah hari ke-10 pada bulan Muharram dalam Kalender Hijriyah. Sedangkan asyura sendiri berarti kesepuluh.
Baca juga: Keistimewaan Puasa Asyura dan Hari Asyura 10 Muharram 1443 H, Ini Makna Asyura Menurut Para Ulama
Hari ini menjadi terkenal karena bagi kalangan Syi'ah dan sebagian Sufi merupakan hari berkabungnya atas kesyahidan Husain bin Ali, cucu dari Nabi Islam Muhammad pada Pertempuran Karbala tahun 61 H (680).
Akan tetapi, Sunni meyakini bahwa Nabi Musa berpuasa pada hari tersebut untuk mengekspresikan kegembiraan kepada Tuhan karena Bani Israil sudah terbebas dari Fira'un .
Menurut tradisi Sunni, Nabi Muhammad berpuasa pada hari tersebut dengan jumlah dua hari dengan tujuan menyelisihi umat Yahudi dan Nasrani dan meminta orang-orang pula untuk berpuasa.
Pada masa pra-Islam, 'Asyura diperingati sebagai hari raya resmi bangsa Arab. Pada masa itu orang-orang berpuasa dan bersyukur menyambut 'Asyura. Mereka merayakan hari itu dengan penuh suka cita sebagaimana hari Nawruz yang dijadikan hari raya di negeri Iran.
Dalam sejarah Arab, hari 'Asyura (10 Muharram) adalah hari raya bersejarah. Pada hari itu setiap suku mengadakan perayaan dengan mengenakan pakaian baru dan menghias kota-kota mereka. Sekelompok bangsa Arab, yang dikenal sebagai kelompok Yazidi, merayakan hari raya tersebut sebagai hari suka cita.[4]
Sebelum Islam, Hari Asyura sudah menjadi hari peringatan dimana beberapa orang Mekkah biasanya melakukan puasa.
Baca juga: Tahun Baru Islam 1443 H Jatuh 10 Agustus 2021, Kapan Jadwal Puasa Asyura & Puasa Tasua?
Ketika Nabi Muhammad melakukan hijrah ke Madinah, ia mengetahui bahwa Yahudi di daerah tersebut berpuasa pada hari Paskah Yahudi atau dalam tradisi Yahudi disebut sebagai hari Yom Kippur.
Saat itu, Muhammad menyatakan bahwa Muslim dapat berpuasa pada hari-hari itu.
Hari Asyura merupakan peringatan hal-hal di bawah ini dimana Muslim Sunni percaya terjadi pada tanggal 10 Muharram, diantaranya adalah:
Hari diciptakannya Nabi Adam dan hari tobatnya pula
Berlabuhnya bahtera Nabi Nuh di bukit Judi
Nabi Idris diangkat ke surga
Nabi Ibrahim selamat dari apinya Namrudz
Kesembuhan Nabi Yakub dari kebutaan dan ia dibawa bertemu dengan Nabi Yusuf
Nabi Musa selamat dari pasukan Fir'aun saat menyeberangi Laut Merah
Nabi Sulaiman diberikan kerajaan besar dan menguasai bumi
Nabi Yunus dikeluarkan dari perut paus
Nabi Isa diangkat ke surga setelah usaha tentara Roma untuk menangkap dan menyalibnya gagal
Baca juga: Puasa di Bulan Muharram, Simak Niat & Tata Cara Mandi Wajib Jelang Puasa Asyura & Puasa Ayyamul Bidh
Dari Ibn ‘Abbas katanya: “Ketika nabi ﷺ berpuasa pada hari ‘Asyura, dan baginda menyuruh para sahabat berpuasa padanya. ”Para Sahabat berkata: “Wahai rasulullah, sesungguhnya hari itu hari yang dibesarkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasara.” Lalu sabda nabi ﷺ: “Maka pada tahun hadapan insha Allah kita akan berpuasa (bermula) pada hari kesembilan.” Lalu Ibn ‘Abbas menceritakan: “Tidak sempat datang tahun hadapan, nabi ﷺ diwafatkan (oleh Allah).” (Hadith riwayat Muslim dan Abu Daud). (*)