Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Selasa 3 Agustus 2021: Rasa Takut
Guru tua yang buta tertawa terbahak-bahak ketika mendengar suara kedebuk Si Belalang yang kecebur ke dalam kolam. Ternyata kolam bukan berisi asam
Renungan Harian Katolik Selasa 3 Agustus 2021: Rasa Takut (Matius 14:22-36)
Oleh: RD. Fransiskus Aliandu
POS-KUPANG.COM - Ini cerita tentang Si Belalang Kecil, tokoh dari film seri kuno di televisi yang berjudul Kung Fu.
Suatu hari, gurunya yang buta mengajak Si Belalang Kecil ke ruangan di belakang biara. Di dalam ruangan itu terdapat kolam selebar enam meter, dengan sebuah papan sebagai jembatan untuk menghubungkan kedua sisi jika ingin menyeberang.
Sang Guru memperingatkan Si Belalang Kecil agar berlatih dulu sebelum nanti diuji untuk menyeberangi kolam dengan meniti papan. Soalnya kolam itu berisi larutan asam yang sangat pekat yang mematikan.
Setelah berlatih sekian waktu, tibalah hari ujian bagi Si Belalang Kecil. Ia dibawa Sang Guru ke dalam ruangan yang terdapat kolam itu. Si Belalang naik ke ujung papan dan menoleh ke arah gurunya. "Jalan!" perintah Sang Guru.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 2 Agustus 2021: Tetap Bersyukur
Si Belalang mulai melangkah, tetapi langkahnya kemudian goyah. Dia mulai bergoyang-goyang. Bahkan belum setengah jalan, ia makin terhuyung-huyung. Dan, ia melangkah dengan gemetar, lalu oleh ... dia jatuh!"
Guru tua yang buta tertawa terbahak-bahak ketika mendengar suara kedebuk Si Belalang yang kecebur ke dalam kolam. Ternyata kolam bukan berisi asam tapi air.
"Apa yang membuatmu jatuh?" tanya Sang Guru dengan serius. "Rasa takutlah yang menjatuhkanmu. Hanya rasa takut!"
Kita coba berimajinasi berada bersama Petrus dan teman-temannya kala itu. Menyeberang dengan perahu saat malam jelang dini hari. Waktu menunjuk jam tiga dini hari. Suasana gelap gulita, hawa terasa dingin. Belum lagi air laut berombak-ombak oleh angin sakal. Hampir pasti perasaan khawatir, cemas, takut meliliti diri kita.
Ketakutan kian menjadi-jadi, karena di saat itu tiba-tiba nongol sosok tubuh manusia, berjalan di atas air, kian mendekat. Ia tidak tenggelam, seperti melayang, datang menghampiri.
Bersama Petrus, kita pasti ikut berteriak-menjerit histeris, "Itu hantu!" Imajinasi kita berdasarkan kisah di danau Genesaret seperti dicatat penginjil Matius yang jadi bahan permenungan kita hari ini.
Baca juga: Renungan Harian Katolik Senin 2 Agustus 2021: Tetap Bersyukur
Kisahnya demikian. Atas suruhan Yesus, para rasul mendahului Ia menyeberang, karena Ia masih pergi ke bukit untuk berdoa. Setelah beberapa mil jauhnya dari pantai, perahu diombang ambingkan angin. Saat itulah Yesus muncul, berjalan di atas air dalam kekelaman malam dan disangka hantu.
Namun sadarkah kita bahwa sosok itu bukanlah hantu yang menakutkan seperti yang kita kira, melainkan Yesus? Sadarkah kita bahwa ternyata para rasul dan juga kita yang demikian dekat dengan Yesus, justru tak bisa mengenal Yesus, terlebih saat dalam kegelapan, malah menganggap Dia itu hantu?
Saya lalu terbayang peristiwa di mana saya pun pernah disuruh pergi menyeberang, passing over; menyeberang dalam kekelaman. Masih segar dalam ingatan, selesai pendidikan di seminari tinggi tempo itu, Ia menyuruh saya untuk berangkat ke tempat tugas yang pertama, untuk menjadi sekretaris keuskupan. Tugas itu sungguh baru, asing, terlalu besar untuk seorang yang barusan tamat kuliah, sehingga saya seakan berada dalam kekelaman gulita.
Saya terombang-ambing dalam perasaan galau tak menentu. Bapak Uskup yang sangat disegani, saya anggap seakan seperti "hantu" yang menakutkan.
Tapi ternyata sore hari pertama kedatanganku itu, saya ditunggui dan disambut di depan pintu. Seakan seperti kepada Petrus, saya pun disapa, "Tenanglah! Akulah ini, jangan takut!"
Baca juga: Renungan Harian Katolik Minggu 1 Agustus 2021: Motif Perjuangan Hidup
Saya justru diberanikan dan diyakinkan bahwa Dia tak membiarkan dan melepaskan saya sendirian. Dia tetap bersama saya, bukan hanya sampai di seberang, melainkan dalam seluruh perjalanan hidup dan pelayananku.
Maka, kata-kata-Nya itu terpatri kuat dalam hatiku dan selalu terngiang setiap kali mendapat tugas baru, "Tenanglah! Aku selalu ada. Jangan takut!"
Rasa takut memang terlarut dalam ketidakpastian masa depan. Masa depan penuh dengan kemungkinan yang tak terbatas. Namun jika saya terfokus pada kemungkinan yang tak menguntungkan, itulah yang disebut ketakutan. Bila saya berfokus pada kemungkinan sebaliknya, yang itulah yang disebut bebas dari rasa takut. Demikian nasihat bijak Ajahn Brahm.
Namun bagi saya murid Yesus, keberanian untuk melepaskan ketidakpastian akan masa depan dan menggantungkan diri kepada Tuhan, di saat itulah saya mencatat kemenangan atas rasa takut. *