Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Kamis 17 Juni 20201: Jadi Pelaksana Kehendak-Nya
Tertulianus mengatakan bahwa doa Bapa Kami merupakan ringkasan seluruh Injil.
Renungan Harian Katolik, Kamis 17 Juni 20201: Jadi Pelaksana Kehendak-Nya (Mat 6:7-15)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG - Tertulianus mengatakan bahwa doa Bapa Kami merupakan ringkasan seluruh Injil. Doa tersebut sangat erat berkaitan dengan pokok pewartaan Yesus, yaitu Kerajaan Allah yang dihadirkan-Nya dalam seluruh sabda dan karya di tanah Palestina.
Mengabadinya doa Bapa Kami dalam sejarah perjalanan Gereja hingga detik ini sekurang-kurangnya membuktikan bahwa doa Bapa Kami sangat kaya dalam inspirasi rohani bagi segenap orang beriman.
Doa Bapa Kami adalah ungkapan diri yang dinamis di tengah laju perkembangan zaman yang menjadi keyakinan orang beriman bahwa Allah hadir dalam sejarahnya. Doa Yesus ini mengungkapkan keyakinan akan Allah sekaligus menjadi permohonan penuh harapan manusia agar Allah sungguh bertindak membarui wajah sejarah hidup manusia di tengah dunia ini.
Tindakan Allah yang diidealkan orang beriman ini merepresentasikan kerelasediaan diri manusia agar bekerja bersama Allah dalam kerja konkret di tengah dunia ini. Kesiapsediaan manusia ini sekaligus menarasikan kesadaran bahwa Allah tidak pernah tinggal diam tapi terus berkarya dalam sejarah, baik melalui perpanjangan tangan-Nya maupun lewat inspirasi Roh Kudus yang setia hadir dalam situasi hidup apa pun.
Melalui doa Bapak Kami, Yesus menginspirasi umat Kristen agar berpartisipasi dalam rencana keselamatan Allah. Keselamatan itu terbahasakan dalam hadirnya Kerajaan Allah di tengah dunia ketika nilai-nilai Kristus menjadi sebuah kenyataan, bukan sekadar sebuah idealisme semata.
Doa Bapa Kami menjadi sumber spiritual yang menyegarkan semangat dan meneguhkan komitmen setiap kita agar lebih bergelora ikut serta menegakkan Kerajaan Allah melalui pikiran, kata-kata dan tindakan nyata di ruang lingkup apa pun.
Tindakan manusia ini mesti tetap dalam tuntunan Allah sehingga fakta yang terjadi benar-benar menggambarkan kehendak Allah dan bukan nafsu manusia. Yesus selalu meyakinkan kita bahwa pada akhirnya Allah sendirilah yang berkarya dan menyelesaikan-Nya.
Yesus berdoa, “Jadilah Kehendak-Mu di bumi seperti di surga” (Mat 6:10). Kata-kata ini bermakna penyerahan diri total, dengan segala kerendahan hati kepada Tuhan.
Yesus ingin mengajarkan pengikut-Nya agar selalu berserah diri pada Bapa. Sebab, Bapa mengetahui apa yang terbaik, apa yang kita butuhkan di bumi dan di surga. Doa bagian ini sering salah dimengerti seolah membuat kita cuek, masa bodoh dan membiarkan kehendak Tuhan saja yang terjadi.
Kita seolah terus menunggu godot di tengah dunia ini yang tidak kita tahu, apakah dia benar-benar ada atau hanya khayalan semata. Tuhan tidak bermaksud agar kita apatis, pesimis dan pasif tapi membiarkan Tuhan menyatu dalam seluruh jiwa kita.
Ketika kita sadar bahwa Tuhan menjadi satu dengan diri kita, maka seluruh rencana, hasrat, keinginan dan cita-cita kita mesti tidak berlawanan dan bertabrakan dengan kehendak Allah.
Peringatan ini sangat penting dikemukakan karena terkadang doa-doa kita lebih membahasakan pemaksaan kehendak kita kepada Tuhan. Padahal justru kita mesti lebih sadar bahwa kehendak Tuhanlah yang mesti terjadi melalui diri kita.
Ketika kita taat pada kehendak Tuhan, percayalah bahwa selalu ada perubahan dan pertumbuhan. Proses transformasi diri kita mulai dari hati yang kita bawa kepada Tuhan dalam doa dan ketaatan total kepada bisikan kehendak-Nya.