KKB Papua
Terungkap Pemasok Senjata KKB Papua yang Diburu Selama Ini, Begini Caranya Pasok Senjata
Terungkap Pemasok Senjata KKB Papua yang Diburu Selama Ini, Begini Caranya Pasok Senjata
Senjata buatan Rusia ini merupakan senapan buatan Mikhail Kalashnikov.
Banyak cerita mengejutkan di balik senjata ini, termasuk kisah penemunya yang memiliki siksaan batin atas senjata temuannya tersebut.
Selain itu, siksaan batin tersebut pernah membuatnya melakukan sesuatu yang mengejutkan.
Menurut media Rusia pada 13 Januari 2014, Kalashnikov menulis surat kepala Gereja Ortodoks Rusia.
Dalam suratnya dia menyatakan penyesalan dan siksaan atas banyak nyawa tak terhitung yang diambil dengan senjata yang telah ia buat.
Harian Rusia Izvestia melaporkan bahwa beberapa bulan sebelum kematiannya pada usia 94 pada Desember 2013 lalu.
Baca juga: Anggota KKB Papua Ini Bocorkan Strategi Lawan Indonesia, Ternyata Begini Caranya, Pantas Lolos Terus
Kalashnikov menulis surat kepada Uskup Agung Kirill dan mengatakan dia berulang kali bertanya pada dirinya sendiri.
"apakah dia secara tidak langsung menyebabkan kematian jutaan orang atau tidak."
Surat Tuan Kalashnikov berbunyi, "Rasa sakit di jiwaku tak tertahankan. Saya selalu bertanya pada diri sendiri pertanyaan yang belum terjawab: Jika senapan serbu saya mengambil nyawa manusia, apakah itu berarti saya, Mikhail Kalashnikov, bertanggung jawab atas kematian itu?
Kalashnikov melanjutkan: "Semakin lama saya hidup, semakin sering pertanyaan itu muncul di benak saya, menghantui lebih dalam dalam pikiran saya tentang mengapa Tuhan mengizinkan manusia memiliki keinginan jahat. kecemburuan, keserakahan, dan kekejaman."
Surat kabar Izvestia mengutip putri Kalashnikov, Elena, yang mengatakan bahwa seorang biarawan lokal mungkin telah membantu ayahnya mengetik surat itu dan kemudian membiarkannya menandatanganinya.
Surat ini sangat kontras dengan pernyataan Kalashnikov sebelumnya dalam wawancara dan pidato.
Bahwa ia menciptakan senjata ini untuk membela Tanah Air dan tidak bertanggung jawab atas tindakan orang lain.
Dalam sebuah wawancara dengan AP pada tahun 2007, dia berkata, "Saya masih tidur nyenyak, karena politisilah yang harus disalahkan karena tidak mencapai kompromi dan mencegah kekerasan."
Gereja Ortodoks Rusia berusaha menghiburnya dengan argumen serupa.