Hasil Laboratorium, Wabup Manggarai Barat Sebut Air Kali Wae Rae Tercemar 

air kali tersebut diduga telah tercemar akibat tercampur kotoran ternak dan tinja manusia.

Penulis: Gecio Viana | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG.COM/GECIO VIANA
dr Yulianus Weng, Wakil Bupati Manggarai Barat 

"Seandainya pemerintah belum ada anggaran untuk air bersih, prioritas lah air bersih jangan lain-lain, jangan sumbang makan dan lainnya, sumbang saja air minum itu, sehingga dapat digunakan untuk masyarakat, karena itu adalah kebutuhan pokok masyarakat untuk minum, masak, mencuci dan mandi," katanya.

Diberitakan sebelumnya, ratusan warga di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), masih terbelit persoalan sulitnya mengakses air bersih untuk kebutuhan hidup, Rabu 2 Juni 2021.

Hal ini terjadi di Desa Persiapan Golo Tanggar, Kecamatan Komodo, Kabupaten Mabar.

Ratusan warga yang bermukim di area transmigrasi lokal (translok) yang berjarak sekitar 10 km dari Labuan Bajo masih mengonsumsi air kali dari kali Wae Rae.

Ironisnya, mereka harus berbagi air dengan ternak kerbau milik warga sekitar yang diikat di pinggir kali. Aktivitas ini dilakukan belasan tahun terakhir.

Tim Dinas Kesehatan Kabupaten Mabar saat melakukan pengambilan sampel air kali Wae Mese di Kampung Lobohusu Dusun Marombok, Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo, Kabupaten Mabar, Rabu 19 Mei 2021.
Tim Dinas Kesehatan Kabupaten Mabar saat melakukan pengambilan sampel air kali Wae Mese di Kampung Lobohusu Dusun Marombok, Desa Golo Bilas, Kecamatan Komodo, Kabupaten Mabar, Rabu 19 Mei 2021. (pk/gecio viana)

Sesekali, ternak kerbau itu masuk ke dalam air kali dan berendam. Aliran air dari hasil rendaman kerbau ini mau tidak mau ditimba oleh warga.

Warga yang tiba di pinggir kali dan tidak memiliki alternatif lain untuk mendapatkan air bersih, dengan pasrah menimba air kali yang terlihat keruh dan berbau saat dicium.

Ratusan warga dari translok blok D menggunakan jeriken berbagai ukuran dan menempuh perjalanan sejauh 300 meter.

"Harapan kami, mau minum air bersih," kata Bernadus Sandur (65), warga RT 17 RW 06 Desa Persiapan Golo Tanggar, saat ditemui Senin 31 Mei 2021.

Dikisahkannya, sebanyak 70 kepala keluarga di blok tersebut telah menggunakan air kali tersebut sejak tahun 1998.

Hal tersebut juga dialami ratusan warga translok lainnya di Blok A, Blok B dan Blok C yang tergabung dalam 1 dusun di Desa itu.

"Kalau warga lainnya di Blok A, itu paling ujung, bisa jalan sampai 500 meter," jelasnya.

Awalnya, kisah Bernadus, warga masih mendapatkan air dari sumber mata air Wae Rae melalui jaringan perpipaan yang berjarak sekitar 7 km dari perkampungan pada 1997.

Namun demikian, warga hanya 1 tahun mendapatkan layanan air bersih, warga akhirnya dalam keadaan terpaksa menggantungkan hidup pada air kali Wae Rae.

Aktivitas warga menimba air kali dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 06.00 Wita hingga pukul 09.00 Wita, dilanjutkan paa sore hari pukul 16.00 Wita hingga pukul 18.00 Wita.

Sumber: Pos Kupang
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved