Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Selasa 15 Juni 2021: Menemukan Tuhan
“Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5:44).
Renungan Harian Katolik, Selasa 15 Juni 2021: Menemukan Tuhan (Mat 5:43-48)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - “Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5:44).
Mantan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Dag Hammarskold pernah mengatakan bahwa kita telah sangat maju dalam perjalanan ke luar angkasa. Tapi perjalanan yang paling panjang adalah perjalanan memasuki diri sendiri.
Ketika kita memasuki diri kita sendiri, kita akan menemukan diri yang murni sebagai sebuah keajaiban. Inilah titik paling asli yang menyadarkan kita: betapa Tuhan sangat mengasihi kita luar biasa. Dia memberikan segalanya bagi kita. Dia punya segala-galanya.
Apa yang kita persembahkan hanyalah mengembalikan semua yang kita terima dari kelimpahan rahmat-Nya. Kita mesti mengasihi Tuhan dengan bersyukur.
Salah satu cara mengasihi Tuhan adalah dengan mengasihi sesama. Bahkan dalam Injil hari ini, Tuhan mengajak kita untuk mengasihi musuh-musuh kita dan berdoa bagi mereka yang menganiaya kita (Mat 5:43-45).
Ajakan Yesus untuk mengasihi musuh memiliki makna sangat mendalam. Mencintai musuh tidak sekadar karena mereka layak mendapatkan perlakuan itu, tapi karena kasih dan rahmat-Nya bagi semua orang. Tuhan mengasihi semua orang, bahkan segenap makhluk hidup dengan kasih yang murni.
Ajakan itu telah Ia tunjukkan dengan mendoakan musuh-musuh-Nya di atas kayu salib. Yesus tahu bahwa kehadiran-Nya dan orang-orang utusan-Nya tidak akan menyenangkan semua orang. Apalagi omong tentang nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan kemurnian tidak sekadar menghadirkan pujian tapi mungkin lebih banyak cacian dan penolakan. Bahkan ada yang membunuh.
Yesus mengingatkan kita agar tidak membenci siapa pun. Walau banyak orang yang akan membenci kita. Kita tidak mungkin mampu mengendalikan atau mengatur orang lain agar tidak memusuhi kita. Maka yang urgen bagi kita adalah mengendalikan sikap kita terhadap orang-orang yang mungkin membenci dan memusuhi kita.
Yesus mengajak kita untuk menjadikan hidup kita rahmat bagi orang lain. Yesus memberikan teladan radikal: mengasihi musuh-musuh kita, tidak peduli dengan apa yang mereka lakukan, entah melukai hati kita. Relasi dengan musuh hanya bisa kita putus dengan memaafkan dan mengampuni.
Pengampunan adalah jalan menuju penyembuhan batin. Melalui pengampunan, kita mampu dengan hati murni mencari kebaikan dalam diri setiap orang, bahkan dalam diri orang-orang yang membenci dan memusuhi kita.
Melalui musuh-musuh, kita mesti berterima kasih karena kita mampu melihat diri kita sendiri. Kata-kata bijak Antisthenes ingatkan kita, “Perhatikanlah musuhmu, sebab merekalah orang pertama yang menemukan kesalahanmu.”
Yesus juga mengajarkan salah satu jalan mengasihi musuh dengan berdoa. Yesus telah mewariskan teladan ini saat tergantung di salib. Bagi Yesus, berbagai penyiksaan, kekerasan, hinaan dan cemohan yang berpuncak pada salib tidak mampu membungkan Yesus untuk berdoa bagi musuh-musuh-Nya justru ketika kesakitan kemanusiaan mencapai kulminasi kengeriannya.
Yesus mengingatkan kita agar menyalibkan rasa sakit, mungkin dendam, kesombongan dan prasangka sehingga doa tulus bisa mengalir dari hati kita. Doa bagi musuh akan menumbuhkan kasih. Saat mendoakan musuh, kita datang kepadanya, berdiri di sampingnya, mungkin dengan air mata pedih, dan memohon Tuhan mengampuninya. Doa akan membuat kita insaf bahwa kita mengasihinya. Mungkin, itulah salah satu jalan menemukan diri kita di hadapan Tuhan.*
Simak juga video renungan harian katolik berikut:
Akses renungan harian katolik lainnnya, klik DI SINI