Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Selasa 15 Juni 2021: HARUS ISTIMEWA

Naftali Bennett barusan menjadi Perdana Menteri Israel setelah menggulingkan Benjamin Netanyahu melalui voting Parlemen.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Renungan Harian Katolik, Selasa 15 Juni 2021: HARUS ISTIMEWA (Matius 5:43-48)

Oleh: RD. Fransiskus Aliandu

POS-KUPANG.COM - Naftali Bennett barusan menjadi Perdana Menteri Israel setelah menggulingkan Benjamin Netanyahu melalui voting Parlemen. Dalam wawancaranya dengan media, “Saya memberi tahu anak-anak saya bahwa ayah mereka akan menjadi orang yang paling dibenci di negara ini. Tetapi saya menjelaskan bahwa saya melakukannya demi negara mereka".

Ia berkata begitu, karena sikap politik dan pernyataannya yang menempatkan Palestina sebagai musuh abadi. Sebuah sikap yang berbeda dengan kebanyakan orang Israel yang rindu hidup damai, tanpa permusuhan dan perang.

Saat mendekam dalam sebuah penjara di Georgia, Martin Luther King pernah menulis refleksinya yang berjudul 'Mengasihi orang-orang yang memusuhi kita': "Kebencian melipatgandakan kebencian ... dalam suatu spiral kekerasan yang merendahkan martabat manusia, yang sama fatalnya bagi si pelaku seperti bagi korbannya. Tapi di atas segala-galanya 'kasih-lah satu-satunya kekuatan yang mampu mengubah seorang musuh menjadi seorang sahabat', sebab kasih mengandung kekuatan 'kreatif' maupun 'redemptif' (menyelamatkan)".

Kata-kata Yesus yang menjadi dasar dan inspirasi refleksi Martin Luther King, amat tegas, "Aku berkata kepadamu, kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Mat 5:44).

Defenisi kata "musuh", kayaknya tak mudah untuk diartikan. Umumnya dimengerti sebagai "lawan". Tetapi jenis "lawan" bisa beragam, antara lain dalam berkelahi, bertengkar, berperang, berjudi, bertanding.

Dalam kenyataan, para politisi memperlihatkan kepada kita, serupa teman, tak ada lawan abadi. Hari ini dianggap teman, besok bisa dinyatakan sebagai musuh; atau sebaliknya.

Tapi Yesus menyatakan secara gamblang. Bahwa musuh adalah orang yang menganiaya sesamanya. Jadi, tak cukup orang yang tidak suka, yang membenci, tak mau salaman, menyapa, menghindar untuk berjumpa, atau membuang muka saat berpapasan. Menurut Yesus, musuh lebih terarah kepada orang jahat, orang yang melakukan perbuatan yang menyiksa dan menyengsarakan orang lain.

Kepada musuh dalam pengertian penganiaya, Yesus berkata tegas, para murid-Nya harus menunjukkan kasihnya dan berdoa bagi mereka. Para murid harus mengasihi musuh-musuhnya yang dituangkan dalam bentuk perbuatan, ucapan, dan doanya. Mengapa?

Mendalami ajaran Yesus, Bonhoeffer mengatakan, "Yang membuat kita orang Kristen berbeda dari manusia-manusia lain ialah 'kekhususan'-nya, 'lain dari yang lain', yang 'luar biasa', yang bukan 'menurut yang seharusnya' ... yang 'melebihi', yang 'melampaui' semua yang wajar". Yang wajar itu adalah yang umum bagi manusia, baik orang kafir maupun orang Kristen. Kualitas khas seorang Kristen diawali dengan "yang istimewa". Pertanda Kristiani ialah "keistimewaan" (bdk. Mat 5:46).

Yesus menegaskan "keistimewaan" itu, bahwa kita dipanggil untuk menjadi sempurna. "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Mat 5:48). Bapa di surga "menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar" (Mat 5:45).

Sebagai manusia, memang mustahil kita mengasihi musuh kita. Tapi Yesus telah menunjukkannya kepada kita. Ia berdoa bagi penyiksa-penyiksa-Nya. "Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Luk 23:34). Siksaan penyaliban yang kejam tak mampu membungkam doa-Nya bagi musuh-musuh-Nya. Yesus pun pasti mengaruniakan kekuatan-Nya kepada kita. Maka, jangan lupa membuka hati kepada-Nya, terlebih di saat kita berhadapan dengan musuh-musuh kita. Kita pun berdoa bagi mereka. St. Chrysostomus, "Berdoa bagi musuh-musuh adalah puncak pengendalian diri yang tertinggi".

Simak juga video renungan harian katolik berikut:

Akses artikel-artikel renungan harian katolik lainnya, klik DI SINI

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved