Amerika Punya Rencana Licik di Timor Leste, Adakan Proyek Kontroversial di Bumi Lorosae

Letak Timor Leste yang dianggap dekat dengan Australia bisa menjadi benteng bagi Australia dan Amerika untuk membendung agresi militer negara-negara d

Editor: Alfred Dama
UN Multimedia
Hut Kemerdekaan Timor Leste Pesta Koktail dan Kemeriahan Hingga Sore Hari 

POS KUPANG.COM -- Wilayah Timor Leste yang kini yang sudah lepas dari Negara Kesatuan Repulik Indonesia atau NKRI menjadi rebutan banyak negara antara lain Ausralia , China dan Amerika

Letak Timor Leste yang dianggap dekat dengan Australia bisa menjadi benteng bagi Australia dan Amerika untuk membendung agresi militer negara-negara di utara termasuk China ke wilayah Australia dan Selandia Baru

Sementara China membutukna wilayah Timor Leste agar bisa mengontrol wilayah Pasifik termasuk batu loncatan untuk menyerbu Australia

Sementara Amerika juga membutuhkan Timor Leste agar negara itu tak jatuh ke tangan China yang bisa menggu stabilitas di kawasan Australia dan sekitarnya

Sebagai negara kecil yang berdiri dengan kakinya sendiri, bantuan dan investasi asing dianggap sangat berarti.

Baca juga: Australia Makin Terancam, China Makin Kuasai Timor Leste , Negeri Kanguru Ketar Ketir Bila Perang

Baca juga: Inilah Tempat Teraman Rakyat Timor Leste Sembunyi Saat Perang Dunia ke II, Begini Kondisinya Kini

Baca juga: 20 Tahun Lepas dari Indonesia,Timor Leste Terima Kenyataan 50% Anak-anaknya Kurang Gizi dan Stunting

Oleh sebab itu, Timor Leste menerima setiap investasi asing yang masuk, seperti dari Australia hingga China, bahkan Amerika

Walau sedikit terdengar bantuan dari Amerika untuk Timor Leste , ternyata AS punya investasi di Timor Leste.

Menurut Macaubusiness, duta besar AS di Dili sempat membicarakan kesepakatan dengan Timor Leste mengenai penyediaan pesawat untuk opersi Baucau.

Tujuan pengadaan pesawat itu adalah untuk melakukan pemantauan maritim di wilayah negara tersebut.

"Saya optimis dan saya pikir sangat dekat untuk mencapai tahap akhir, hingga dokumen ini bisa masuk ke Kabinet, kemudian kami bisa menandatanganinya dan memulai persiapan," Kata Kevin Blackstone.

Proyek ini bertujuan menyediakan pesawat Cessna, untuk pengawasan maritim.

Kendaraan darurat dan beberapa perbaikan ringan untuk infrastruktur bandara Bauncau, kota terbesar kedua di Timor Leste setelah Dili.

Proyek ini telah berjalan sejak 2018, ketika kontak pertama tentang inisiatif dibuat antara Timor Leste dan kedutaan besar AS di Dili.

Tetapi proyek itu ditandai dengan kontroversi, dengan beberapa kritikus menyarankan itu adalah upaya Amerika Serikat untuk mendirikan sebuah pangkalan di Baucau.

Blackstone jelas menolak kontroversi tersebut, bersikeras bahwa Washington tidak memiliki rencana untuk membangun pangkalan militer di Timor Leste.

Bersikeras bahwa proyek ini diminta oleh pemerintah Timor dan akan dikelola sepenuhnya oleh negara.

"Tidak ada rencana untuk pangkalan atau instalasi permanen AS atau kehadiran di Baucau," katanya.

"Ini hanya tawaran dukungan, atas permintaan Pemerintah Timor Leste, yang dibuat pada 2018," tegasnya.

"Proyeknya persis pagar pembatas, gedung penyimpanan, kendaraan darurat dan Cessna untuk mengumpulkan video dan gambar wilayah laut," katanya.

Dengan nilai total 10,7 juta dolar AS (Rp152 miliar), proyek dukungan juga mencakup beberapa tahun pemeliharaan dan bantuan, termasuk pelatihan pilot.

Diplomat itu mengakui bahwa prosesnya memakan waktu lama, tetapi menyatakan keyakinannya pada kesepakatan.

Setelah pertemuan dengan wakil perdana menteri, Jose Reis, yang diberi mandat untuk memimpin negosiasi.

Dalam pertemuan tersebut, Blackstone, mengatakan "Timor Leste juga telah meminta AS untuk mempromosikan dan mengembangkan sektor penerbangan sipil."

"Bantuan yang kami tawarkan dapat memungkinkan orang Timor untuk membuat bandara penggunaan ganda, sipil dan militer karena pasukan pertahanan (F-FDTL) sudah ada di Baucau," katanya.

Selama pertemuan dengan pihak berwenang Timor dalam beberapa minggu terakhir, Blackstone mengatakan bahwa negaranya tersedia untuk memberikan dukungan lain yang mungkin diperlukan.

Misalnya, jika negara memutuskan untuk membuat bandara komersial di Baucau.

"Ide yang kami miliki di Washington adalah menyediakan penerangan untuk landasan pacu, yang ditenagai oleh energi matahari," katanya.

"Atau bahkan infrastruktur agar Pemerintah, Perlindungan Sipil, dapat memiliki struktur untuk penyimpanan bantuan kemanusiaan atau tanggap bencana alam dan di mana mereka dapat memiliki bahan darurat," tambahnya.

Pada tanggal 30 Januari 2019, di Dewan Menteri, Pemerintah menyetujui rancangan pembahasan

mengenai dimulainya negosiasi dengan Pemerintah Amerika Serikat untuk pengembangan bandara Baucau, 127 kilometer sebelah timur Dili.

Baca Juga: Menusuk Tepat di Titik Terlemah Timor Leste yang Selalu Gagal Dijamin Australia, 'Taji' China Kini Kian Dalam Mencengkeram Bumi Lorosae, Proyek 'Satu China' di Depan Mata

"Bandara ini memungkinkan perpanjangan landasan pacu yang jauh lebih besar dari bandara Díli dan merupakan salah satu bandara dengan potensi terbesar di negara ini, karena lokasinya yang istimewa," jelas pemerintah Dili.

"Proposal itu bertujuan untuk mengizinkan dimulainya negosiasi mengenai persyaratan perjanjian yang diperlukan untuk proyek kerjasama yang bertujuan untuk merehabilitasi dan mengembangkan bandara Baucau," tambahnya.

Pada November 2020, masalah tersebut kembali ke Dewan Menteri, dengan pemerintah mengamanatkan, kali ini, wakil perdana menteri, Jose Reis, untuk bernegosiasi dan benar-benar menandatangani proyek tersebut.

Sebagian artikel ini sudah tayang di sosok.grid.id dengan judul: Dikucuri Dana Rp152 Miliar, Inilah Proyek Militer Kontroversial Amerika Serikat di Timor Leste, Negeri Paman Sam Itu Terendus Punya Rencana Licik Ini

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved