Ustadz Daas Latif Sebut Alasan Mengapa Gubernur Jateng Ganjar Pranowo Dianggap Berbahaya
Penceramah kondang Ustadz Da'as Latif menyinggung mengapa Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo dianggap berbahaya.
Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Hasyim Ashari
Terlebih, hal itu juga karena ditengarai dengan tingginya intensitas Ganjar di media sosial.
Akademisi dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Yuwanto, Ph.D. berpandangan, peristiwa tak diundangnya Ganjar itu merupakan bagian dinamika internal dari sebuah partai politik.
Menurutnya, hal itu menggambarkan bahwa di dalam internal partai sedang terjadi proses penjajakan menuju Pilpres 2024.
Terima kasih telah membaca Kompas.com.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email "Ketika si patron atau tokoh sudah mulai menunjukkan batas-batas optimal sebagai orang yang bisa memimpin dan melakukan regenerasi, hal itu berimbas pada proses kompetisi rivalitas di dalam tubuh internal partai.
Baca juga: Kokoh di Puncak, Elektabilitas Anies Baswedan Masih Ungguli Ahok, Risma dan Ganjar Pranowo
Termasuk kaitanya dengan proyeksi Pilpres 2024," jelasnya kepada Kompas.com, Rabu (26/5/2021).
Selain itu, Yuwanto berpendapat di dalam urusan internal bisa juga terjadi faksionalisme atau kelompok-kelompok di setiap tubuh partai.
"Urusan internal bagian dari dinamika PDIP sebagai partai politik, karena toh di dalam sebuah partai politik itu kecenderungan bahkan hampir pasti faksionalisme," ujar Dosen Fisip Undip Semarang ini.
Apalagi, kritik pedas Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto disinyalir merupakan bentuk ekspresi ketidaksukaan agresifitas atau dengan progresifnya Ganjar menggunakan media sosial.
"Ada kecenderungan ketidaksukaan kepada Ganjar, yang dianggap kelewatan atau dalam bahasa Jawa itu kemajon. Di internal partai menangkap gelagat bahwa ini tidak sekadar aktivitas dan progresifitas Ganjar di medsos untuk mendukung fungsi-fungsi kegubernurannya tapi ada tujuan yang lebih strategis ke arah RI1," katanya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan saat ini media sosial memang menjadi sarana efektif dalam berkomunikasi antara pemimpin dengan rakyatnya.
Baca juga: Nasib Ganjar Pranowo Terancam, Puan Maharani Dianggap Lebih Pantas Diusung Jadi Calon Presiden
"Sebagai kepala daerah atau pejabat publik merasa harus terus membangun citra baik dirinya agar baik di mata publik. Karena zamannya medsos ya mau tidak mau image buildingnya pakai medsos. Maka harus jeli untuk melihat konten yang dikembangkan. Apakah dalam kapasitas mempertahankan kepercayaan rakyat sebagai seorang Gubernur atau Presiden," ucapnya.
Namun, Yuwanto beranggapan di dalam politik juga seringkali apa yang diucapkan dengan motif dan tujuan yang sesungguhnya belum tentu sama.
"Bisa saja ini test the water jadi ibarat melempar kerikil di air untuk melihat seberapa jauh riak itu berpendar atau seberapa besar gelombang air bisa terbentuk. Sehingga, efek yang muncul memberikan sinyal atau isyarat kepada Ganjar untuk cooling down," ujarnya.
Kendati demikian, Yuwanto menilai adanya silang pendapat internal partai dengan Ganjar bukan menjadi tolak ukur terkait kandidat Pilpres 2024.