Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Senin 7 Juni 2021: HARUS LEBIH

Yesus menyampaikan ajaran-Nya kepada para murid-Nya di bukit; ajaran yang sangat terkenal dengan nama "Kotbah di Bukit".

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Renungan Harian Katolik, Senin 7 Juni 2021: HARUS LEBIH (Matius 5:1-12)

Oleh: RD. Fransiskus Aliandu

POS-KUPANG.COM - Yesus menyampaikan ajaran-Nya kepada para murid-Nya di bukit; ajaran yang sangat terkenal dengan nama "Kotbah di Bukit". Kotbah itu melukiskan perilaku yang dituntut Yesus dari setiap murid-Nya yang sekaligus adalah warga Kerajaan Allah.

Dalam kotbah itu terungkap ucapan-ucapan atau Sabda Bahagia yang menggarisbawahi delapan ciri utama watak dan tabiat pengikut-Nya, khususnya dalam hubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia, dan berkat-berkat ilahi yang dicurahkan atas diri mereka yang memperlihatkan ciri-ciri itu.

Apa latar belakang yang hakiki dari penyampaian kotbah itu oleh Yesus kepada para murid-Nya, yang bisa membuat kita mengerti dan menerapkannya dalam hidup kita?

Dalam konteks injil Matius, kotbah itu ditempatkan menjelang awal pelayanan Yesus di depan umum. Langsung sesudah pembaptisan dan pencobaan-Nya, Yesus mulai memberitakan Kabar Baik, bahwa Kerajaan Allah, yang sudah lama dijanjikan dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, sekarang sudah di ambang pintu.

Ia sendiri telah datang untuk memulainya. "Bertobatlah", demikianlah Ia berseru, "sebab Kerajaan Sorga sudah dekat" (Mat 4:17). Lalu "Ia berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah" (Mat 4:23).

Jadi, Kotbah di Bukit harus ditinjau dari konteks ini. Bahwa kotbah itu ada dalam bingkai pewartaan tentang pertobatan (metanoia, perubahan total hati dan pikiran) dan kebenaran yang adalah unsur hakiki Kerajaan Allah.

Lewat kotbah di bukit itu, Yesus menampilkan wajah pengikut-pengikut-Nya yang sudah bernaung di bawah pemerintahan Allah dalam Kerajaan Sorga. Bahwa warga pengikut-pengikut-Nya yang sejati itu memiliki delapan kualitas sekaligus, yaitu bahwa masing-masing warga itu sekaligus lemah lembut dan murah hati, miskin di hadapan Allah dan suci hatinya, berdukacita dan lapar akan kebenaran, pembawa damai dan orang yang dianiaya (Mat 5:3-12).

Jelas bahwa wajah warga Kerajaan Allah itu berbeda sama sekali dari manusia-manusia lain. Ada kontras yang tajam antara standar hidup yang dihidupi warga Kerajaan Allah dengan standard hidup non warga Kerajaan Allah.

Yesus menunjukkan kontras itu antara orang-orang non Yahudi atau bangsa-bangsa kafir saling mengasihi dan memberi salam; tapi pengikut-pengikut-Nya harus mengasihi musuh-musuhnya (Mat 5:44-47). Gaya orang-orang kafir berdoa ialah "dengan bertele-tele dan banyaknya kata-kata", tapi para murid-Nya harus berdoa dengan kekhusyukan yang rendah hati dari anak-anak kepada Bapanya yang di sorga (Mat 6:7-13). Hati dan pikiran orang-orang kafir dikuasai oleh kebutuhan-kebutuhan fisik mereka sendiri, tetapi para murid-Nya harus pertama-tama mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya (Mat 6:31-33).

Yesus juga menunjukkan kontras antara para murid-Nya dengan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Ia memperingatkan para murid agar jangan melakukan kewajiban agama di hadapan orang supaya dilihat; dalam memberi sedekah, janganlah koar-koar supaya dipuji orang, tetapi tangan kanan terulur memberi, tanpa diketahui tangan kiri (Mat 6:1-4).

Dengan demikian, perkataan kunci yang harus diperhatikan oleh para murid adalah "Janganlah kamu seperti mereka" (Mat 6:8). Makna pesannya adalah supaya para murid berbeda, supaya menjadi lain dari siapa pun. Para murid harus menitikberatkan usaha pribadinya untuk tidak bertabiat yang umumnya disanjung dunia, tetapi harus berusaha untuk membuktikan dirinya sebagai anak-anak kandung dari Bapa di sorga.

Kiranya pesan penuh makna ini pun merupakan panggilan dasar bagi kita. Bahwa kita harus berbeda dengan warga dunia ini. Kita tak boleh mengambil standard hidup yang diterapkan dan dipuja-puji oleh dunia. Kita harus mengambil sikap-sikap baru, sesuai standard Kerajaan Allah, yakni lemah lembut dan murah hati, miskin di hadapan Allah dan suci hatinya, berdukacita dan lapar akan kebenaran, pembawa damai dan orang yang dianiaya karena Tuhan.*

Simak juga video renungan harian katolik berikut:

Akses artikel-artikel renungan harian katolik lainnya DI SINI

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved