Salam Pos Kupang

Dilema KBM Tatap Muka

SUDAH setahun lebih bahkan mulai memasuki tahun kedua pendemi Covid-19 menghantam dunia termasuk Indonesia

Editor: Kanis Jehola
Dilema KBM Tatap Muka
DOK POS-KUPANG.COM
Logo Pos Kupang

POS-KUPANG.COM - SUDAH setahun lebih bahkan mulai memasuki tahun kedua pendemi Covid-19 menghantam dunia termasuk Indonesia. Dampak luar biasa pun harus dialami pemerintah dan rakyat Indonesia dari berbagai sektor.

Pendemi juga memaksa pemerintah dan rakyat bersinergi untuk menekan peningkatan kasus virus orona di Indonesia. Bersamaan dengan itu, berbagai kebijakan dilakukan oleh pemerintah untuk terus menekan penyebaran virus Corona

Berbagai pola sosial ekonomi pun harus dijalani seperti berkeja dari rumah atau work from home ( WFH) bagi kantor pemerintah dan swasta. Sementara bagi para siswa harus menjalanu belajar dari rumah.

Sudah tiga semester para siswa dari berbagai jenjang termasuik pendidikan tinggi harus belajar dari rumah dengan menggunakan fasilitas internet. Sehingga para siswa tidak pergi ke sekolah untuk bertemu guru dan teman mereka. Semua dilakukan untuk menekan angka penyebaran Covid-19.

Baca juga: Terbaru, 2.163 Warga Manggarai Terpapar Covid-19, 26 Orang Diantaranya Meninggal Dunia

Baca juga: Promo Alfamart Terbaru Senin 7 Juni 2021, Ada Voucher Cashbak 10%, Nikmati Promo Serba 10ribu

Setela sekian lama belajar dari rumah, kini pemerintah mulai merencankan lagi siswa belajar tatap muka di sekolah. Ini artinya, kegiatan belajar mengajar (KBM) akan dilaksanakan secara normal

Keputusan KBM tatap muka ini merupakan pilihan yang dilematis. Artinya, KBM ini dilaksanakan dengan potensi resiko terjadinya penularan Covid-19 dikalangan pelajar dan guru. Hal ini jelas sangat bertentangan dengan kebijakan kesehatan yang harus menjamin kesehatan masyarakat

Namun di sisi lain, KBM secara online juga dianggap tidak atau kurang efektif dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan anak didik. Apalagi para orang tua juga sudah banyak yang mengeluh mengenai pembagian waktu tambahan untuk mendampingi anak-anak mereka belajar. Sementara guru dianggap tak bekerja lantaran untuk mengajar dilahirkan ke orang tua.

Baca juga: Rossi Melorot Posisi 11, Quartararo Raih Waktu Tercepat, Hasil Kualifikasi MotoGP Catalunya 2021

Baca juga: Promo Alfamart PSM Hari Terakhir Senin 7 Juni 2021, Bayar Pakai Gopay Dapat Ekstra Potongan Rp 1.500

Selain itu, anak didik juga tidak maksimal dalam menyerap ilmu pengetahuan dari sekolah dan tenaga pendidik pun tak akurat mengukur tingkat penyerapan belajar anak-anak didik mereka.

Direktur Sekolah Dasar Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Dikbud-Ristek , Sri Wahyuningsi mengatakan apabila bicara standar keamanan sekolah dari resiko penularan Covid-19 maka pembelajaran tatap muka baru bisa dilaksanakan saat pendemi selesai.

Namun, semua pihak belum mengetahui kapan pendemi akan selesai. Itu artinya, para pengambil kebijakan pendidikan nasional berani ambil resiko untuk melaksanakan pendidikan tatap muka ini.

Sebagai masyarakat kita mendukung keputusan otoritas pendidikan nasional. Pelaksanaakn KBM tatap muka bisa tetap dilaksanakan namun dengan protokol kesehatan ketat.

Artinya kelas harus benar-benar steril dan semua siswa harus dijamin tak satupun yang sedang tertular Covid-19 dengan cara melakukan swab sebelum KBM dimulai.

Bila perlu di masing-masing meja kelas dipasang bilik kaca satu arah sehingga bila ada virus orona di antara siswa dalam kelas maka kecil kemungkinan menyear ke pelajar lain atau ke guru.

Keputusan dilematis ini memang harus diambil demi menyelamatkan pendidikan untuk anak-anak kita. Namun harus perkecil seminimal mungkin potensi penularan virus Corona. *

Kumpulan Salam Pos Kupang

  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved