Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Jumat 28 Mei 2021: KUTUKAN & BERBUAH

Tanggal 9 Mei 2017, empat tahun lalu, Basuki Tjahaja Purnama menyampaikan pernyataan usai divonis penjara atas kasus penistaan agama.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
RD. Fransiskus Aliandu 

Renungan Harian Katolik, Jumat 28 Mei 2021: KUTUKAN & BERBUAH (Markus 11:11-26)

Oleh: RD. Fransiskus Aliandu

POS-KUPANG.COM - Tanggal 9 Mei 2017, empat tahun lalu, Basuki Tjahaja Purnama menyampaikan pernyataan usai divonis penjara atas kasus penistaan agama.

“Percayalah, sebagai penutup, kalau Anda menzalimi saya, yang Anda lawan adalah Tuhan yang Mahakuasa, Maha Esa. Saya akan buktikan satu per satu dipermalukan. Terima kasih…”

Ucapan itu kini banyak dibagikan di media sosial dan disebut sebagai ungkapan sumpah yang bertuah. Maman Ali Haedar, salah seorang netizen, menulis, "Seperti sumpahnya Bimasuci demi kehormatan Drupadi dalam epos Mahabharata dengan menuntut kematian Duryudana: sumpah itu bagaikan menjelma menjadi sebuah kutukan".

Untuk diketahui, beberapa peristiwa terjadi dan menimpa sejumlah orang yang dahulu menjadi bagian dari gerakan 212, yang mendesak Ahok untuk dipenjara. Disebutkan antara lain, Munarman sebagai tersangka terorisme, Habib Rizieq dengan kasus pelanggaran protokol kesehatan, hingga Ustaz Maaher Atthuwailibi yang sempat mendekam dalam penjara sebelum meninggal dunia.

Selain itu, pengusaha travel dan pemilik Abu Tours, yakni Hamzah Mamba, diketahui merupakan simpatisan 212. Belakangan, bisnis investasi waralaba 212 mart, yang sebelumnya hadir dari semangat aksi 212 tersebut, juga tengah berkasus lantaran banyak yang mengaku tertipu.

Kita tak bisa memastikan bahwa apa yang terjadi pada tokoh-tokoh itu mempunyai kaitan erat dengan pernyataan Ahok. Apakah semua itu bisa dibilang akibat dari sumpah Ahok, yang membuahkan kutukan?

Bagi kita, Kitab Suci memperlihatkan bahwa berkat dan kutuk adalah dua hal yang memang terbentang di hadapan manusia, dua hal yang ditawarkan oleh Tuhan. Kutuk adalah jalan kematian, karena mengikuti dosa, yang berarti mengikuti jalan yang bertentangan dengan Tuhan. Dan berkat merupakan konsekuensi untuk mengikuti jalan Tuhan, sehingga manusia memperoleh hidup.

Tuhan mengatakan, “Lihatlah, aku memperhadapkan kepadamu pada hari ini berkat dan kutuk:  berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini;  dan kutuk, jika kamu tidak mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, dan menyimpang dari jalan yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain yang tidak kamu kenal" (Kel 11:26-28). Jadi, kutuk merupakan satu paket dengan dosa, karena memang kodrat dari dosa yang membawa maut (lih. Rm 6:23).

Penginjil Markus berkisah. Ketika Yesus dan para murid-Nya meninggalkan Betania, Ia merasa lapar. Dan hal itu dikatakan terus terang kepada para murid-Nya. Yesus lalu mencari buah di pohon ara. Karena tidak menemukan buah satu pun, Ia mengucapkan kepada pohon itu sebuah kalimat yang nyatanya menjadi semacam kutukan: "Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!" (Mrk 11:14). Pohon itu mengering dan mati sampai ke akar-akarnya (Mrk 11:20).

Kisah kutukan kepada pohon ara ini ditempatkan Markus setelah kisah tentang dielu-elukannya Yesus di Yerusalem (Mrk 11:1-11) dan kisah tentang Yesus menyucikan Bait Allah karena mendapati orang-orang berjual beli di halaman  Bait Allah (Mrk 11:15-19). Selain itu, Markus mengaitkannya pula dengan nasihat Yesus tentang doa (Mrk 11:20-26). Dengan begitu, kisah kutukan pohon ara tentu mempunyai makna simbolik.

Saat memasuki Yerusalem, Yesus dielu-elukan. Sesampainya di Yerusalem, Ia masuk ke Bait Allah dan meninjau semuanya. Keesokan harinya Ia datang dan masuk lagi ke Bait Allah. Di antara waktu itulah Ia menyatakan rasa "lapar-Nya" dan mengeluarkan ucapan kutukan kepada pohon ara lantaran tak berbuah.

Secara harafiah, pohon itu menarik, sebab berdaun lebat. Namun mirisnya, pohon itu ternyata tak berbuah. Secara simbolik, pohon ara itu ibarat Bait Suci. Ia nampak megah. Tapi sayangnya tak memperlihatkan buah sebagaimana yang diharapkan, karena kosong melompong, tak ada yang berdoa di sana, dan halamannya menjadi tempat berjualan. Oleh penginjil Markus, makna simbolik itu diperagakan Yesus dengan mendekati pohon itu, mencari buahnya dan menyatakan kutukan bahwa pohon itu tak usah berfungsi lagi untuk seterusnya.

Yesus pasti tahu bahwa secara alamiah pohon memang tak selalu berbuah. Umumnya pohon berbuah pada musimnya. Tapi "pohon Bait Suci", ia semestinya berbuah sepanjang waktu, sepanjang tahun, siang dan malam, setiap hari, setiap saat. Paling hakiki, ia berbuah secara spiritual melalui manusia-manusia yang datang kepadanya dan menggunakannya. Di dalamnya harus selalu ada orang karena percaya bahwa Allah hadir; di dalamnya orang menjaga kesuciannya dari tindakan-tindakan profan; di dalamnya orang berdoa dengan hati yang bersih, tanpa ganjalan dendam.

Yesus tentu juga mengharapkan agar "pohon ara" kapel, gereja, rumah keluarga kita, komunitas kita, tak hanya rimbun daunnya; tak cuma megah bangunan dan menjulang tinggi menaranya, melainkan terlebih berbuah, memberikan buah-buah spiritual.*

Simak juga video renungan harian katolik berikut:

Akses artikel-artikel renungan harian katolik lainnya DI SINI

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved