Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Kamis 27 Mei 2021: Bartimeus
Dalam Bahasa Ibrani, nama Bartimeus berarti kemuliaan, kehormatan. Arti lain adalah the son of Timeus, anak dari Timeus.
Renungan Harian Katolik, Kamis 27 Mei 2021: Bartimeus (Mrk 10: 46-52)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Bartimeus adalah pengemis di Kota Yerikho. Dalam Bahasa Ibrani, nama Bartimeus berarti kemuliaan, kehormatan. Arti lain adalah the son of Timeus, anak dari Timeus.
Yerikho adalah kota yang indah dan nyaman di lembah Yordan yang subur. Yeriko berarti City of Moon, kota yang penuh dengan keindahan, ketenangan dan kenyamanan.
Arti nama Bartimeus dan Yerikho sekurang-kurangnya menyatakan bahwa ia lahir dari suasana ekonomi keluarga Yerikho yang mapan. Tapi mungkin saja karena keterbatasan dalam penglihatan, buta, maka Bartimeus hanya mendapat tempat di pintu gerbang Yerikho.
Di kalangan bangsa Yahudi berlaku semacam kanon bahwa anak yang lahir cacat adalah kutukan dari Tuhan. Hal yang sama kita temukan misalnya orang-orang kusta dan penyakit lain. Orang-orang ini biasanya disingkirkan dari ruang hidup sosial bangsa Yahudi.
Bartimeus yang mengemis di gerbang Kota Yerikho pasti banyak mendengar tentang Yesus, dari cerita-cerita orang yang datang dari Yerusalem. Ia juga pasti mendengar bahwa Yesus pernah menyembuhkan orang buta. Ia percaya bahwa Yesus dapat memelekkan dia.
Bartimeus berziarah penuh harap akan kesembuhannya. Kondisi fisiknya yang buta tidak membuatnya bergerak leluasa seperti orang-orang lain yang dapat menyaksikan mukjizat penyembuhan yang dibuat oleh Yesus.
Meski demikian, Bartimeus memiliki kepekaan “lain” yang tidak pernah dimiliki oleh orang-orang yang lahir normal yaitu kepekaan hati yang terhubung dengan pendengarannya yang memungkinkan dia mengenal Yesus.
Pengenalan akan Yesus menghadirkan harapan untuk bertemu Yesus. Pertemuan itu berpuncak pada harapannya yaitu sembuh dari kebutaan fisik.
Iman Bartimeus yang tumbuh dari pendengaran akan cerita orang tentang sosok Yesus senantiasa menggerakkannya untuk bertahan di gerbang kota. Lokasi ini sangat strategis karena menjadi pusat lalu lintas manusia. Kota Yerikho menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang.
Iman Bartimeus meyakinkan dia untuk setia menunggu Yesus yang berjalan lewat. Meski debu jalan dan orang-orang yang berdesak-desakan akan menghimpit Bartimeus. Orang-orang tidak peduli dengan sosok buta dalam lautan debu jalanan gerbang Yerikho ini.
Bahkan saat berteriak “Yesus Putra Daud kasihanilah aku” ia dihardik agar bungkam. Suara Bartimeus memanggil nama Yesus dianggap mengganggu. Namun imannya yang teguh akan Yesus tidak pernah membuatnya bungkam. Ia semakin keras berteriak memohon penyembuhan dari Yesus.
Saat diancam, disuruh diam, justru iman Bartimeus semakin dimurnikan. Kemurnian iman itulah yang menjadi gerbang pertemuannya dengan Yesus.
Keteguhan iman Bartimeus terungkap dalam sikap hormat kepada Yesus saat dipanggil.
Pertama, ia “meninggalkan jubahnya dan segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus” (Mrk 10:50).
Injil menulis bahwa Bartimeus melepaskan jubah, miliknya yang paling berharga sebagai pengemis. Jubah menjadi alas duduk untuk mengemis dan pelindung dingin pada waktu malam.
Mengapa Bartimeus harus menanggalkan jubahnya? Kemungkinan, karena jubah itu memperlambat dia bertemu Yesus. Ia ingin segera bertemu Yesus.
Biasanya si pengemis menggelar jubahnya di atas tanah dan duduk di atasnya ketika meminta-minta sedekah dari orang-orang yang lewat. Orang-orang yang lewat akan melemparkan kepingan uang logam atau makanan ke atas jubah yang digelar itu di atas tanah itu.
Jubah juga mempunyai arti sangat penting bagi keberadaan orang miskin. Maka menanggalkan jubah atau mantel berarti meninggalkan segalanya. Masa lalu yang kelam ditinggalkan. Ada momen pembebasan dari dosa. Ia beralih memasuki sebuah dunia hidup yang baru. Dunia yang penuh dengan sukacita dalam kelimpahan rahmat kasih Tuhan.
Kedua, ia menyapa Yesus dengan sebutan Rabuni (Mrk 10:51). Rabuni berasal dari kata Aram “Rabbouni” yang juga digunakan oleh Maria Magdalena pada saat Kebangkitan Yesus (Yoh. 20:16).
Istilah ini mengungkapkan rasa hormat yang tinggi, bentuk yang diperkuat dari “rabi” dengan memadukan, sampai tingkat tertentu, pengertian guru dan Tuhan.
Iman yang mendalam menghadirkan rasa hormat atas kuasa Allah dalam diri Yesus. Rasa hormat itu tanda keterbukaan terhadap rahmat Allah yang akan dialirkan kepadanya. Rahmat itu akan berbuah indah melalui jalan pembaruan diri.
Bartimeus menjadi pelajaran dan peringatan bagi kita. Ia menyadarkan kita: dalam keterbatasan, rahmat Tuhan akan hadir ketika kita terus berjuang di tengah tantangan untuk mencari sampai bertemu Tuhan. Doa dan ekaristi adalah tanda kesetiaan itu.
Bartimeus mengingatkan kita agar menjadi pribadi Yesus yang peka dengan sesama, teristimewa yang kecil, lemah dan terpinggirkan di atas panggung hidup sosial. “Kesempurnaan” kita mesti menjadi jalan bagi orang lain yang mungkin “terbatas” untuk datang kepada Tuhan. Agar kita menjadi Bartimeus, kehormatan, kemuliaan bagi Tuhan. *
Simak juga video renungan harian katolik berikut:
Baca artikel-artikel renungan harian katolik lainnya DI SINI