Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Rabu 19 Mei 2021: Bersyukur
Merenungkan doa Yesus bagi murid-murid-Nya, kita menemukan samudera kasih-Nya yang begitu dalam.
Renungan Harian Katolik, Rabu 19 Mei 2021: Bersyukur (Yoh 17:11b-19)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Merenungkan doa Yesus bagi murid-murid-Nya, kita menemukan samudera kasih-Nya yang begitu dalam. Tuhan benar-benar memberikan diri-Nya total untuk para murid.
Ia meminta Bapa-Nya untuk memelihara, melindungi dan menjaga mereka agar tidak binasa (Yoh 17:12). Yesus percaya, hanya Bapa-Nya yang akan menguatkan mereka dalam pertarungan melawan kekuatan dunia.
Kekuatan untuk memenangkan pertempuran melawan kekuatan jahat adalah persatuan dalam konteks rohani. Sebagaimana Dia bersatu dengan Bapa-Nya (Yoh 17: 11). Persatuan yang dalam itulah yang meneguhkan Yesus dalam ziarah salib hingga puncak Kalvari yang tragis.
Yesus berdoa dengan penuh kasih kepada Bapa-Nya karena Dia tahu dunia terlampau keras. Dia tahu kekuatan murid-murid-Nya yang gampang binasa tertelan mulut raksasa kekuatan iblis (17:12).
Yohanes ayat 12 membuktikan doa kasih Yesus bagi murid-murid-Nya. “…Aku memelihara mereka dalam nama-Mu… Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorang pun yang binasa…”
NaskahYunani yang paling terbukti kebenarannya berbunyi, Aku memelihara mereka dalam Nama-Mu yang Kau berikan kepada-Ku.
Yesus bukan hanya memelihara murid-murid-Nya sendiri dengan kuasa dari Bapa-Nya. Tetapi Dia juga memelihara mereka dengan kebenaran dan kuasa dari sifat dasar Allah, yang Ia sendiri nyatakan selama berada bersama para murid-Nya yaitu mengasihi tanpa batas.
Yesus selanjutnya menyebut seseorang “Yang telah ditentukan untuk binasa". Kita tahu seseorang itu adalah Yudas Iskariot yang menyerahkan Yesus dalam drama sengsara itu.
Kata “binasa” berasal dari akar kata yang sama dengan “terhilang". Yesus bermaksud mengatakan bahwa “kehilangan” (Yudas) itu bukan mencerminkan kuasa pemeliharaan-Nya sebagai Gembala atas domba-domba itu. Yudas sebenarnya tidak pernah sungguh-sungguh menjadi milik-Nya terkecuali dalam arti lahiriah yaitu hanya nama saja. Maka pengertian “binasa” adalah kebalikan dari “pemeliharaan".
Yesus berdoa agar para murid tidak binasa berarti Dia menghendaki agar Bapa memelihara mereka semua dalam kebenaran. Melalui pemahaman ini kita menjadi sadar bahwa berada dalam jalan Yesus berarti kita akan terhindar dari segala kekuatan jahat dunia yang berdaya membinasakan hidup kita.
Keluar dari jalur jalan Tuhan berarti kita kehilangan janji pemeliharaan dari Tuhan dan menyerahkan diri kepada mulut kejahatan.
Kita bisa menjadi anak yang hilang dalam kuasa pemeliharaan Tuhan. Tapi kisah anak yang hilang menginsafkan kita bahwa kesadaran akan ketersesatan di jalan dunia akan membuka pintu gerbang keselamatan asal kita berbalik dari masa lalu yang kelam dan memasukkan diri ke dalam pelukan pemeliharaan kasih Tuhan.
Hari-hari ini kita merenungkan betapa Tuhan Yesus mengasihi kita dengan jalan yang luar biasa. Hidup kita sendiri hingga detik ini merupakan sebuah keajaiban. Kisah-kisah hidup kita yang terkadang lelah dalam karya, kosong dalam pengharapan dan ketakberdayaan menghadapi tantangan duniawi mesti menyadarkan kita kembali kepadaTuhan.
Doa Yesus hari-hari ini mengungkapkan Bahasa kasih-Nya yang mendalam dan teramat kaya. Kita mesti bersyukur kepada Tuhan atas rahmat keselamatan dalam ruas-ruas ziarah hidup ini.
Ungkapan “marilah kita bersyukur” tidak sekadar sepotong doa sebelum makan tapi mengangkat seluruh hidup ke hadapan hadirat Allah dalam alunan nada rasa syukur.
Penulis Rohani, Henri J.M. Nouwen dalam buku Gracias! Catatan Harian di Amerika Latin (2007) menulis, rasa syukur adalah harta rohani tersembunyi yang kadang menyelinap tanpa kita sadari dalam ilusi kekuasaan dan kecongkakan diri.
Harta itu mesti membantu kita untuk merobohkan tembok-tembok kebenaran diri individual dan kolektif agar mencegah penghancuran diri kita sendiri dan bumi kita dalam usaha sia-sia untuk bertahan pada apa yang kita anggap milik kita sendiri.
Harta rasa syukur itu akan mengantar kita menuju pertobatan dan penyembuhan diri dari luka-luka egoisme dan keangkuhan kuasa ilutif yang hanya berdaya menghadirkan kekosongan harapan.
Padahal harapan itulah tanda keberimanan kita di tengah dunia. Harapan yang bertumbuh dari rasa syukur akan meghidupkan kita di tengah dunia yang penuh pertarungan kekuatan jahat.
Mari kita setia bersyukur dalam ziarah hidup agar harapan tetap bersemi dalam setiap langkah hidup. *
Simak juga video renungan harian katolik berikut:
Baca artikel-artikel renungan harian katolik lainnya DI SINI