Kiprah Yasser Arafat, Sang Tokoh Perjanjian Damai untuk Tanah Palestina Saat Konflik dengan Israel
Kiprah Yasser Arafat, Sang Tokoh Perjanjian Damai untuk Tanah Palestina Saat Konflik dengan Israel
Pada 1958, Arafat dan beberapa rekannya mendirikan Al-Fatah, jaringan bawah tanah yang mendorong perlawanan bersenjata melawan Israel di tanah air mereka.
Baca juga: Beda dengan Israel, Ini Alasan Palestina Tidak Punya Tentara, Bagaimana dengan Kehebatan Hamas?
Pada pertengahan 1960-an, Arafat meninggalkan Kuwait, menjadi revolusioner penuh waktu dan melancarkan serangan ke Israel.
Pada 1964, menandai berdirinya Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang menyatukan sejumlah kelompok yang bekerja menuju negara Palestina merdeka.
Tiga tahun kemudian, Perang Enam Hari meletus antara Israel dan negara-negara Arab.
Sekali lagi, Israel menang. Pada 1969, Fatah masuk ke dalam PLO menjadi faksi terbesar, ketika Arafat menjabat sebagai ketua Komite Eksekutif PLO.
PLO Arafat terus mengembangkan PLO bersama dengan peningkatan perannya di sana.
Ia menggerakan operasi PLO dari Palestina ke Yordania.
Baca juga: Ustad Abdul Somad Menangis Saat Ungkap Rahasia Besar Tentang Laknatnya Israel ke Palestina Simak Ini
Namun, akhirnya diusir oleh Raja Hussein, sehingga ia memindahkannya ke Lebanon.
Pemboman, penembakan, dan pembunuhan yang digerakkan oleh PLO terhadap Israel, menjadi hal biasa, baik secara lokal maupun regional, terutama dengan pembunuhan atlet Israel pada 1972 di Olimpiade Munich.
Pada awal 1980-an, PLO diusir dari Lebanon.
Segera setelah itu, Arafat melancarkan gerakan protes, intifada, terhadap pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Intifada ditandai dengan kekerasan terus-menerus di jalan-jalan dengan pembalasan Israel.
Pada 1988, menandai perubahan bagi Arafat dan PLO, ketika Arafat berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyatakan bahwa semua pihak yang terlibat dapat hidup bersama dalam damai.
Proses perdamaian yang dihasilkan mengarah pada Perjanjian Oslo 1993, yang memungkinkan berdirinya pemerintahan sendiri Palestina dan pemilihan umum di wilayah Palestina.
Pada 1994, Arafat dan Shimon Peres serta Yitzhak Rabin dari Israel semuanya menerima Hadiah Nobel untuk Perdamaian.
Baca juga: Kondisi Gaza Makin Parah, Rumah Warga Hancur Dibombardir Israel, 10.000 Warga Palestina Mengungsi
