Di India, Dokter Dibuat Pusing, Pasca Covid-19 Kini Muncul Jamur Langka di Tubuh Pasien, Kok Bisa?
Saat ini para dokter di India semakin pusing. Selain virus corona atau covid-19 semakin tak terkendali, kini muncul pula jamur langka di tubuh pasien.
POS-KUPANG.COM - Saat ini para dokter di India semakin pusing. Selain virus corona atau covid-19 semakin tak terkendali, kini muncul pula jamur langka di tubuh pasien corona.
Jamur langka tersebut muncul di tubuh pasien setelah yang bersangkutan menderita penyakit covid-19.
Penyakit yang disebut sebagai infeksi jamur langka tersebut disebut sebagai jamur mukormikosis.
Fakta tersebut sebagaimana dikutim Sains Kompas.com edisi Senin 10 Mei 2021 hingga Selasa 11 Mei 2021.
Tak hanya India saja yang menjadi sorotan karena kenaikan kasusnya. Sejumlah negara pun melaporkan kenaikan kasus menjelang Bulan Suci Ramadhan.
Namun di Indonesia, larangan mudik sepertinya tak diindahkan. Ribuan pemudik motor nekat menerobos penyekatan hingga membuat petugas kepolisian.
Penjelasan tentang kenapa masyarakat tetap nekat mudik menjadi berita populer Sains lainnya.
Berikut ulasan singkat 4 berita populer Sains.
1. Ratusan pasien Covid-19 India alami mukormikosis, infeksi jamur langka
Rohan Aggarwal (26 tahun) adalah dokter residen India yang belum menyelesaikan pelatihan medisnya sampai tahun depan. (REUTERS via CNA)
Tsunami Covid-19 yang melonjak di India bukan satu-satunya yang diperhatikan petugas medis. Kini, para dokter India juga mengkhawatirkan infeksi jamur yang jumlahnya meningkat.
Infeksi jamur yang dikenal sebagai mukormikosis berpotensi fatal dan menyerang penderita atau penyintas Covid-19 di India.
Sebelum pandemi, kondisi mukormikosis di India memiliki angka kematian yang tinggi. Kini, jumlahnya bertambah.
Dilansir New York Times, Minggu 9 Mei 2021, mukormikosis disebabkan oleh jamur yang tumbuh subur di lingkungan basah.

Infeksi yang disebabkan oleh jamur Mucormyete ini dapat menyerang saluran pernapasan, berpotensi mengikis struktur wajah, dan merusak otak.
Kondisi ini relatif jarang, tetapi dokter dan ahli medis mengatakan bahwa saat ini kasus mukormikosis menginfeksi beberapa pasien Covid-19 yang sistem kekebalannya lemah dan memiliki penyakit penyerta seperti diabetes. Kondisi yang membuat mereka semakin rentan.
Mengutip laman The Indian Express, ahli penyakit menular, dr. Rajeev Soman, mengungkapkan bahwa penyintas Covid-19 yang paling rentan mengalami penyakit mukormikosis adalah yang menjalani perawatan medis dengan steroid dan obat-obatan lain untuk mengurangi peradangan.
Selain daya tahan tubuh yang lemah, peningkatan kadar gula darah yang tinggi akibat steroid juga dapat meningkatkan risiko penyintas Covid-19 terserang penyakit mukormikosis.
Obat-obatan yang digunakan untuk menangani Covid-19 berpotensi menekan sistem imun.
2. Kenapa Banyak Orang Nekat Mudik?

Kendati sudah dilarang, fenomena nekat mudik ke kampung halaman tetap masih tampak di sejumlah titik jalur utama pemudik, terutama yang menempuh perjalanan darat, baik yang menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi umum.
Lantas, kenapa masih banyak orang nekat mudik meski sudah dilarang?
Menjawab hal ini, Pengamat Psikososial dan Budaya, Endang Mariani mengatakan bahwa fenomena mudik Lebaran adalah salah satu wujud tradisi yang telah membudaya dan sudah berlangsung secara turun temurun.
"Sebenarnya, mudik atau pulang kampung bisa dilakukan kapan saja. Tapi mudik saat Lebaran menjadi istimewa," kata Endang saat dihubungi Kompas.com, Sabtu 8 Mei 2021.
Sebab, kata dia, di hari raya terbesar umat Islam, biasanya semua kerabat dan sahabat yang merantau punya waktu libur yang berbarengan.
Dengan demikian, mereka bisa saling bertemu di kampung halaman atau pun pulang kampung bersama-sama.
"Satu hal yang biasanya tidak bisa dihindari adalah adanya dorongan yang sangat kuat untuk bertemu orang tua. Sungkem, kalau budaya Jawa, untuk memohon maaf dan doa," jelas Endang.
Di tengah pandemi Covid-19, tradisi ini masih dapat dilakukan secara virtual. Namun, menurut Endang, bagi banyak orang, ritual sungkem kepada orang tua akan terasa kurang afdol, jika dilakukan secara daring.
Oleh sebab itu, banyak orang yang meski sudah dilarang mudik, tetap nekat pulang kampung.
3. Kenapa Hewan Tidak Alami Serangan Jantung?

Menurut data WHO, diperkirakan 17 juta orang meninggal karena penyakit jantung setiap tahunnya, terutama serangan jantung dan stroke.
Setiap 40 detik, seseorang di AS mengalami serangan jantung, yang berjumlah sekitar 805.000 serangan jantung setiap tahun. Tentu saja statistik ini hanya berlaku untuk manusia.
Lalu, bagaimana dengan hewan? Apakah hewan juga mengalami penyakit jantung yang melemahkan dan berpotensi mematikan ini?
Melansir Live Science, sebagian besar hewan tidak mengalami serangan jantung - bahkan salah satu kerabat terdekat manusia yang masih hidup, simpanse (Pan troglodytes).
Hewan biasanya mengalami masalah jantung lain, tetapi sejauh yang diketahui para ilmuwan, serangan jantung jarang terjadi pada makhluk selain manusia.
Menurut Philip Gordts, asisten profesor yang mempelajari penyakit jantung di University of California, San Diego (UCSD), secara umum, hewan tidak mati secara alami akibat serangan jantung, seperti yang biasa Anda lihat adanya penyumbatan arteri koroner pada manusia.
4. Segudang Manfaat Kacang Hijau

Kacang hijau merupakan jenis kacang-kacangan yang memiliki gizi seimbang dan lengkap.
Vitamin, mineral, dan enzim bermanfaat menjadikan kacang hijau sebagai bagian penting dari makanan sehat.
Menurut United States Department of Agriculture (USDA), 100 gram kacang hijau rebus mengandung 7 gram protein, 19,15 gram karbohidrat, dan 7,6 gram serat makanan.
Dilansir dari Medical News Today, 11 Januari 2019, kacang hijau memiliki sifat antioksidan, antijamur, antiinflamasi, dan antimikroba yang sangat bermanfaat untuk kesehatan.
Untuk diketahui, jamur mukormikosis merupakan infeksi langka tetapi serius dan bisa berakibat fatal. Penyakit ini sering disebut sebagai infeksi jamur hitam.
Dilansir Indian Express, Senin 10 Mei 2021 penyakit ini sering bermanifestasi di kulit dan juga menyerang paru-paru dan otak.
Dengan sejumlah kasus mukormikosis terdeteksi di Delhi, Maharashtra dan Gujarat, para ahli di satuan tugas Covid-19 India pada Minggu 9 Mei 2021 mengeluarkan peringatan berbasis bukti tentang penyakit tersebut.
Terlebih, peningkatan kasus mukormikosis pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit dan penyintas Covid-19, membuat beberapa orang memerlukan tindakan pembedahan segera.
Mukormikosis, Penyakit Apa Itu?
Meski jarang terjadi, mukormikosis adalah infeksi serius yang bisa berakibat fatal. Mukormikosis disebabkan oleh jamur mucormycetes yang secara alami hidup di lingkungan.
"Mukormikosis memengaruhi orang-orang yang sedang menjalani pengobatan dan sistem imun yang lemah," kata para ahli dari satgas Covid-19 India.
Setelah seseorang menghirup spora jamur mucormycetes yang ada di udara, jamur akan menyerang saluran pernapasan dan paru-paru.
Biasanya, mukormikosis tidak menjadi ancaman besar bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan yang sehat.
Gejala Mukormikosis
Ada beberapa gejala yang menunjukkan seseorang mungkin terinfeksi mukormikosis, yakni: nyeri dan kemerahan di sekitar mata atau hidung, disertai demam, sakit kepala, batuk, sesak napas, muntah berdarah, dan perubahan status mental.
Menurut anjuran, infeksi mukormikosis harus dicurigai bila ada:
- Sinusitis - penyumbatan atau hidung tersumbat, keluarnya cairan dari hidung (kehitaman / berdarah);
- Nyeri lokal pada tulang pipi, nyeri wajah satu sisi, mati rasa atau bengkak;
- Perubahan warna kehitaman pada pangkal hidung;
- Melonggarnya gigi, keterlibatan rahang;
- Penglihatan kabur atau ganda dengan rasa sakit;
- Trombosis, nekrosis, lesi kulit;
- Nyeri dada, efusi pleura, gejala pernapasan memburuk.

Para ahli mengingatkan, tidak semua kasus hidung tersumbat adalah kasus sinusitis bakteri, terutama dalam konteks pasien imunosupresi dan pasien Covid-19 yang menggunakan imunomodulator.
"Jangan ragu untuk mencari investigasi agresif untuk mendeteksi infeksi jamur," saran ahli.
Pengobatan
Meski dokter meresepkan obat antijamur, pada akhirnya kasus mukormikosis mungkin memerlukan pembedahan.
Dokter mengatakan bahwa sangat penting untuk mengontrol diabetes, mengurangi penggunaan steroid, dan menghentikan obat imunomodulasi.
Untuk mempertahankan hidrasi sistemik yang adekuat, pengobatan termasuk infus saline normal (IV) sebelum infus amfoterisin B dan terapi antijamur, setidaknya selama 4-6 minggu.
Para ahli juga menekankan perlunya mengontrol hiperglikemia, dan memantau kadar glukosa darah setelah keluar dari rumah sakit setelah pengobatan Covid-19.
Selain itu, pasien Covid-19 juga harus menggunakan steroid dengan bijaksana, meliputi durasi pemakaian dan dosis yang tepat.
Penatalaksanaan pasien Covid dengan mukormikosis merupakan upaya tim yang melibatkan ahli mikrobiologi, spesialis penyakit dalam, ahli saraf intensivist, spesialis THT, dokter mata, dokter gigi, ahli bedah (maksilofasial / plastik) dan lain-lain.

“Pasien harus menerima kenyataan hilangnya fungsi karena rahang yang hilang - kesulitan mengunyah, menelan, estetika wajah dan kehilangan harga diri, kata dokter.
Baik itu mata atau rahang atas, ini dapat diganti dengan pengganti atau prostesis buatan yang sesuai.
"Sementara penggantian prostetik dari struktur wajah yang hilang dapat dimulai setelah pasien stabil setelah operasi, dokter penting untuk meyakinkannya tentang ketersediaan intervensi tersebut daripada membuatnya panik dengan kehilangan tak terduga yang tiba-tiba, menambah gangguan stres pasca-Covid yang sudah menjadi kenyataan,” kata Dr B Srinivasan, seorang prostodontis maksilofasial.
“Rekonstruksi prostetik dapat dilakukan setelah operasi, tetapi solusi sementara harus direncanakan bahkan sebelum operasi rahang untuk hasil jangka panjang yang lebih baik. Rekonstruksi prostetik dapat memastikan bahwa penyembuhannya tidak lebih mengerikan dari penyakit itu sendiri,” katanya.
Pencegahan
Perlu diingat, penyakit mukormikosis langka. Namun, beberapa kelompok orang lebih rentan dibandingkan kelompok lainnya.
Orang yang berisiko lebih tinggi mengidap penyakit mukormikosis adalah pasien diabetes mellitus yang tidak terkontrol, imunosupresi oleh steroid, masa tinggal di ICU yang lama, dan komorbiditas pasca transplantasi atau terapi vorikonazol.
Para ahli menyarankan agar Anda menggunakan masker jika Anda mengunjungi lokasi konstruksi yang berdebu.
Kenakan sepatu, celana panjang, kemeja lengan panjang dan sarung tangan saat menyentuh tanah seperti berkebun, membersihkan lumut, atau membuat pupuk kandang.
Selain itu, menjaga kebersihan pribadi termasuk mandi lulur secara menyeluruh juga bisa mencegah mukormikosis.
Berita Terkait Lainnya Ada Di Sini
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bahaya Mukormikosis, Infeksi Jamur Hitam yang Dialami Pasien Covid-19 di India"