Curhatan Pengungsi Afganistan, Kami Seperti Burung Dalam Sangkar Tolong Buka Hatimu IOM & UNHCR
Curhatan Pengungsi Afganistan di Kupang, Kami Seperti Burung Dalam Sangkar, Tolong Buka Hatimu IOM dan UNHCR
Penulis: OMDSMY Novemy Leo | Editor: OMDSMY Novemy Leo
Yegane punya mimpinya tapi kuatir tidak bisa meraihnya. “Saya ingin punya rumah sendiri, pekerjaan sendiri. Tapi sepertinya tidak bisa terjangkau saat ini. Saya ingin menjadi dokter tapi sekarang mulai kehilangan harapan karena sudah 13 orang bunuh diri karena mereka capek dan depresi,” kata Yegane.

Yegane berharap anak-anak tetap kuat, tidak putus asa karena Tuhan akan selalu bersama mereka. “Kita harus yakin suatu saat nanti kita akan meraih mimpi kita,” kata Yugana.
Hadis (14) mengaku saat datang ke Indonesia 6 tahun lalu dia tidak tahu apa-apa. Namun sekarang dia sudah mengerti tentang haknya.
“Saya ingin hidup lebih layak, saya ingin menjadi tentara tapi saya pikir saya tidak bisa meraih cita-cita saya selama saya masih tinggal di sini. Tolong lanjutkan proses kami untuk berpindah ke Negara lain, jangan menahan kami disini terus dengan cara seperti,” kata Hadis.

Sejumlah anak-anak, Hadi, Mahdi dan Amir mengaku tak bisa belajar maksimal karena guru tak memadai itulah yang membuat mereka tak bahagia berada di Kupang. Hadi (11) ingin sekali bisa bersekolah dengan baik sehingga bisa menjadi tentara di USA atau di Canada.
Amir (11) sanksi bisa mewujudkan mimipinya menjadi dokter karena tak bisa belajar dengan baik di Kupang. Apalagi orangtua tidak diijinkan bekerja baik.
“Hidup kami dibatasi, sudah 9 tahun disini saya tidak bisa belajar baik,” kata Amir.

Mahdi (10) sedih karena orangtuanya tak boleh bekerja dan hal itu membuat mereka tidak bisa melakukan apapaun dengan maksimal termasuk tak bisa mewujudkan mimpinya menjadi tentara. “Disini kami tidak dapat belajar dengan baik, tak punya rumah, kami seperti dipenjara. Disini saya tidak bisa menjadi tentara, tapi di USA mungkin,” kata Mahdi.
FASILITASI
Kasat Intel Polresta Kupang, AKB Alberto berjanji akan memfasilitasi pertemuan pengungsi dengan IOM hari itu juga. Karena itu pengungsi diminta pulang ke tempat pengungsian masing-masing.

“Kami akan bernegosiasi dengan IOM dan saya akan membawa IOM menemui kalian,” janji Alberto yang berharap pihak IOM memberikan jawaban terbaik kepada pengungsi.
Saat itu Kubra mengadukan tentang oknum Polisi yang mengancam mereka jika melakukan aksi di kantor IOM.
“Semua orang yang melakukan aksi damai tidak bisa diancam apalagi dibunuh. Tadi pagi, dia polisi, mengancam semua kita, dia pakai baju abu abu, rambut panjang. Dia bilang kalau kami tidak pulang, dia bawa mobil taruh semua dan kasih mati,” kata Kubra dibenarkan pengungsi lainnya kepada AKP Alberto.

Terhadap hal itu AKP Alberto mengatakan, mungkin saja mereka salah dengar karena hanya dia yang menjabat sebagai polisi ditempat itu.
Alberto menambahkan, saat ini Kota Kupang masih dalam situasi PPKM pembatasan sehingga para pengungsi tidak boleh berkumpul melakukan aksi seperti ini. Apalagi jika aksinya itu menganggu ketertiban umum dan juga ketertiban lalulintas.