Korban Bencana di Adonara Timur Mulai Tinggalkan Posko Pengungsian

Warga korban bencana alam yang mengungsi di kantor Desa Lamahala Jaya, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur

Editor: Kanis Jehola
POS-KUPANG.COM/AMAR OLA KEDA
Koordinator posko SDI Waiwerang, Drs. Hendrikus Henki Boi 

POS-KUPANG.COM | ADONARA- Warga korban bencana alam yang mengungsi di kantor Desa Lamahala Jaya, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur mulai meninggalkan posko pengungsian.

Ketua koordinator posko yang juga BPD Desa Lamahala Jaya, Muhammad Saleh mengatakan, pasca banjir bandang yang menerjang wilayah itu, sebanyak 72 jiwa dari 31 KK mengungsi di kantor desa. Hampir semuanya, berasal dari pulau Jawa yang sudah masuk menjadi warga desa Waiburak.

Setelah dua minggu menghuni posko, kata dia, mereka meminta untuk pulang. Dari 31 KK, 3 KK memilih kembali ke kampung halamannya di Jawa. Sementara sisanya memilih menginap di rumah keluarga di desa Lamahala Jaya.

"Kamis 15 April 2021, mereka semua menghadap saya dan minta pulang. Meski demikian, mereka tetap di bawah perhatian pihak desa sebagai penanggungjawab posko," ujarnya kepada wartawan, Rabu (21/4/2021).

Baca juga: Kasus Covid-19 di Sumba Timur Naik, Pemerintah Perketat Pengawasan Pasien yang Isolasi Mandiri

Baca juga: Jadi Duta GenRe 2021 Siswa SMATER Siap Sebarkan Virus Kebaikkan

Sejak memilih pulang, pengurus posko yang dibantu ibu PKK terus mendistribusikan bantuan ke rumah mereka mengungsi.

"Kami hanya menampung bantuan, karena semuanya untuk mereka. Semua barang didata. Kebutuhan mereka selalu dipenuhi, termasuk obat-obatan," katanya.

Ia mengaku saat ini bantuan logistik untuk korban bencana sudah terpenuhi. Meski demikian, mereka masih membutuhkan bantuan berupa uang untuk memperbaiki usaha mereka yang rusak.

"Butuh waktu lama mereka perbaiki rumah atau tempat usaha yang rusak sehingga mereka butuh bantuan uang," tandasnya.

Baca juga: KRI Semarang 594 Beri Layanan Kesehatan Gratis bagi Warga Flores Timur

Baca juga: Tragedi Kapal Selam Rusia, Awak Tinggalkan Pesan Ini Gunakan Darah Sebelum Meninggal, Ini Kisahnya

Sementara wakil koordinator posko, Samsul Ratuloli mengatakan meski memilih pulang, korban bencana masih membutuhkan persiapan untuk menata kehidupan mereka selanjutnya. Karena itu, selain distribusi bantuan, pihaknya juga tetap membuka dapur umum.

"Semua bantuan masih menjadi hak mereka. Sampai kemarin, masih ada bantuan yang masuk. Saat keluar dari posko, kita kasih bekal untuk hidup seminggu berupa 20 kg beras, mie 2 dos dan kebutuhan lainnya. Perhitungannya, setiap hari mereka membutuhkan makan minum," tandasnya.

Tak Ada Paksaan

Hal yang sama juga terjadi di posko SDK Waiwerang. Sebanyak 86 jiwa dari 22 KK korban bencana memilih pulang.

Koordinator Posko SDI Waiwerang, Drs. Hendrikus Hengki Boi mengatakan kepulangan warga korban bencana itu tidak ada unsur paksaan dari pemerintah.

"Pemerintah kelurahan hanya menganjurkan. Tidak ada paksaan. Kita konsultasi dengan mereka, dan mereka sendiri memutuskan untuk pulang. Apalagi tanggal 26 April ini, sekolah mulai dibuka," katanya.

Dari 22 KK, kata dia, terdapat 3 KK yang tidak memiliki rumah karena tersapu banjir. Namun, mereka juga memilih pulang ke rumah keluarga.

Meski demikian, kata Hendrik, perhatian pemerintah soal kebutuhan korban bencana tetap dilakukan.

"Kebutuhan mereka seperti sembako, alat masak dan alat tidur mereka diberi, karena itu hak mereka. Apalagi kita memiliki data autentik. Kalau tetap tinggal disni, siapa mau memebersihkan rumah mereka. Kita minta mereka ke rumah keluarga, tetapi kebutuhan mereka terus dilayani," tutupnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Amar Ola Keda)

Kumpulan Berita Adonara

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved