Sebelum Ada Isu Tsunami di Kota Lewoleba, Terdengar Dentuman Keras Gunung Ile Lewotolok
Sebelum Ada Isu Tsunami di Kota Lewoleba, Terdengar Dentuman Keras Gunung Ile Lewotolok
Penulis: Ricardus Wawo | Editor: Kanis Jehola
Sebelum Ada Isu Tsunami di Kota Lewoleba, Terdengar Dentuman Keras Gunung Ile Lewotolok
POS-KUPANG.COM | LEWOLEBA- Sebelum beredar informasi hoax tentang air laut naik, warga Kota Lewoleba memang sempat dikejutkan dengan bunyi dentuman yang cukup kuat sekitar pukul 23.17 Wita.
Petugas Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Ile Lewotolok, Stanislaus Ara Kian, melaporkan telah terjadi erupsi strombolian Gunung Ile Lewotolok sekitar pukul 23.17 Wita.
Erupsi strombolian ini disertai dentuman, gemuruh yang kuat dan lontaran material pijar ke arah timur tenggara sejauh 1 kilometer dengan amplitudo 29 mm dan lama durasi 35 detik.
Baca juga: Pemprov NTT Tetapkan Status Tanggap Darurat Hingga 5 Mei 2021 Mendatang
Baca juga: Peduli Korban Bencana Malaka, Fosmab Kupang Salurkan 43 Paket Bantuan
"Getarannya memang terasa sampai di Kota Lewoleba," ungkapnya kepada wartawan, Sabtu (17/4/2021).
Menurutnya, kejadian dentuman yang kuat semalam berasal dari aktivitas gunung Ile Lewotolok dan bukan karena gempa tektonik lokal apalagi sampai menimbulkan tsunami.
"Soal tsunami itu tidak benar, tidak ada (tsunami)," ungkapnya.
Dia berharap warga dan instansi terkait bisa selalu mengikuti perkembangan status dan rekomendasi aktivitas gunung Ile Lewotolok melalui aplikasi Magma.com yang bisa diunduh di Playstore.
"Masyarakat sebaiknya harus berperan aktif dan lebih mencari informasi ke pihak berwenang, misalnya ke BMKG atau ke PPGA Ile Lewotolok yang ada di Waipukang," pesannya.
Aktivitas erupsi gunung Ile Lewotolok meningkat dua hari terakhir, 15-16 April 2021. Peningkatan tren erupsi dengan tinggi kolom abu di atas 1000 meter dari puncak gunung ini perlu diwaspadai.
Baca juga: BMKG Minta Warga Tetap Tenang dan Tidak Terpancing Informasi Tidak Benar
Baca juga: Kopdit Obor Mas Peduli Bencana Adonara dan Lembata, Kades Pius Sampaikan Terima Kasih
Sebelumnya, Stanislaus Ara Kian melaporkan seismograf sistem radio pancar yang memantau kegiatan kegempaan selama dua hari terakhir merekam gempa.
Tercatat 4 kejadian erupsi, 1 kejadian gempa hembusan, 1 kejadian tremor non-harmonik, 1 kejadian gempa tektonik lokal, 2 kejadian tektonik jauh dan 3 kejadian tremor menerus (microtremor).
"Aktivitas vulkanik Gunung Ile Lewotolok mengalami trend peningkatan erupsi dengan kolom abu lebih dari 1000 meter dari puncak erupsi, perlu diwaspadai bersama karena tingkat kegiatannya masih fluktuatif," kata Ara Kian, Jumat (16/4/2021) kemarin.
Berdasarkan analisis data pengamatan visual dan kegempaan, Tingkat Aktivitas Gunung Ile Lewotolok Level III (Siaga). Masyarakat di sekitar Gunung Ile Lewotolok maupun pengunjung, pendaki, wisatawan direkomendasikan agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 km dari puncak atau kawah Gunung Ile Lewotolok.
Dia juga harap masyarakat desa Jontona, Kecamatan Ile Ape Timur supaya selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya longsoran material lapuk yang dapat disertai oleh awan panas dari bagian tenggara puncak atau kawah Ile Lewotolok.
"Mengingat potensi bahaya abu vulkanik yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan (ISPA) maupun gangguan kesehatan lainnya maka masyarakat yang berada disekitar Ile Lewotolok agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut maupun perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit," ujarnya.
Mengingat abu vulkanik hingga saat ini jatuh di beberapa sektor di sekeliling Ile Lewotolok, katanya, maka masyarakat yang bermukim di sekitar aliran sungai yang berhulu di puncak Ile Lewotolok agar mewaspadai ancaman lahar terutama disaat musim hujan.
Ara Kian berharap seluruh pihak agar menjaga kondusivitas suasana di Pulau Lembata, tidak menyebarkan narasi bohong (hoax) dan tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Ile Lewotolok yang tidak jelas sumbernya.
Ara Kian memaparkan bahwa pasca banjir bandang Minggu, 14 April 2021 yang lalu, gempa hembusan atau gempa permukaan Ile Lewotolok cenderung menurun. Artinya energi yang dikeluarkan semakin kecil.
Namun, kata dia, hal ini perlu diwaspadai karena dengan gejala semacam itu, bisa ada letusan yang tidak bisa diprediksi nantinya.
"Energinya cukup besar bisa terjadi erupsi cukup besar apabila gempa hembusan itu tidak tercatat di alat," kata Ara Kian di Pos Pemantau Gunung Api (PPGA) Ile Lewotolok, desa Laranwutun, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Kamis (15/4/2021).
Menurutnya, setelah banjir bandang dua pekan lalu, aktivitas erupsi cukup fluktuatif. Kendati demikian, dalam 28 jam terakhir, aktivitas erupsi menurun jauh, gempa permukaan juga cenderung menghilang.
"Jadi kami khawatir kalau energinya tersimpan, bisa jadi terjadi letusan besar. Gempa hembusan kalau tidak terekam maka itu artinya dia sementara kumpulkan energi untuk erupsi," imbuh Ara Kian.
Sejauh ini, tandasnya, tidak terekam adanya gempa vulkanik. Dia berharap warga yang masih ada di sekitar gunung tetap waspada mengikuti rekomendasi dari pos pemantau.
"Bersyukur tidak ada gempa vulkanik," ujarnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ricko Wawo)