Bencana Alam NTT

Indahnya Toleransi di Posko Pengungsian Korban Bencana Adonara Flores Timur

posko pengungsian warga adalah gedung MAN 1 Waiwerang Kota. Di lokasi ini, sebanyak 226 jiwa dari 65 KK menghuni gedung itu. 

Editor: Rosalina Woso
POS-KUPANG.COM/AMAR OLA KEDA
Wens Tokan, Wakil Koordinator relawan posko MAN 1 Waiwerang Kota yang juga pengurus komunitas Oi Adonara 

Indahnya Toleransi di Posko Pengungsian Korban Bencana Adonara Flores Timur

POS-KUPANG.COM|ADONARA-- Banjir bandang yang menerjang Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT pada Minggu 4 April 2021 lalu masih menyisakan duka mendalam bagi warga yang kini menghuni posko-posko pengungsian. 

Badai di malam Paskah itu menelan 14 korban jiwa, 31 luka-luka dan 503 warga di Desa Waiburak mengungsi. 

Salah satu yang menjadi posko pengungsian warga adalah gedung MAN 1 Waiwerang Kota. Di lokasi ini, sebanyak 226 jiwa dari 65 KK menghuni gedung itu. 

Wakil Koordinator Posko dari Wens Tokan mengatakan, dari 226 jiwa, sebanyak 55 dari dari 17 KK merupakan warga beragama muslim dan 163 beragama katolik. Meski demikian, toleransi warga di posko pengungsian di bulan puasa tetap terawat baik. 

Baca juga: TNI Bangun Kembali Jembatan Penghubung Waiwerang-Waiburak Flores Timur yang Putus Dihantam Banjir

Baca juga: Distribusi Energi di Adonara - Flores Timur Sudah Normal

Hal itu dapat dilihat dari semua warga pengungsi melakukan buka puasa bersama di lapangan depan posko pengungsian. 

"Kita buka puasa bersama. Saat sahur juga sama-sama. Kami siapkan kue, kolak atau makanan lain dan semua buka puasa bersama," ujarnya kepada wartawan, Jumat 16 April 2021. 

Begitupun di pagi dan siang hari. Warga beragama Islam yang sedang berpuasa, tetap mempersilahkan saudara beragama Katolik untuk tetap makan dan minum seperti biasa di posko pengungsian.

Tim pencari korban hilang di Desa Nelelamadike saat menemukan sebuah gading di bawah puing-puing rumah
Tim pencari korban hilang di Desa Nelelamadike saat menemukan sebuah gading di bawah puing-puing rumah (POS-KUPANG.COM/AMAR OLA KEDA)

Ia menjelaskan, ada tiga komunitas yang menjadi koordinator relawan di posko itu, yakni Oi Adonara, DKR Pramuka Flotim dan MAN 1 Waiwerang. 

Baca juga: Bupati Flores Timur, Anton Hadjon : Evakuasi Korban dan Jalan Rusak Terkendala Alat Berat

Baca juga: Tangis Warga Adonara Pecah Ratapi Puluhan Jenazah, Bupati Flores Timur Datangi Korban Banjir Bandang

Dari semua komunitas relawan itu, kata dia, 99 persen beragama Islam, sedangkan hanya ia sendiri beragama Katolik. Meski demikian, ia tak merasakan perbedaan selama menjalankan misi kemanusiaan itu.

"Jangan lawan Adonara kalau soal toleransi. Di sini toleransinya sangat tinggi. Dari awal saya tetap berkomitmen, akan tetap di sini mengurus saudara-saudara di posko ini. Kami murni bergerak sendiri tanpa campur tangan Pemda," ujar pengurus komunitas Oi Adonara itu. 

Aktivis Alit Indonesia sedang menghibur anak-anak di posko pengusaha bencana Desa Nelelamadike Pulau Adonara
Aktivis Alit Indonesia sedang menghibur anak-anak di posko pengusaha bencana Desa Nelelamadike Pulau Adonara (POS-KUPANG.COM/AMAR OLA KEDA)

Ia mengatakan, dari 226 jiwa pengungsi, terdapat 83 anak, 6 bayi, 2 ibu hamil dan 9 lansia.  

Baca juga: Kades Nelelamadike Kabupaten Flores Timur : Warga Saya Tidak Ada Yang Berani Tidur di Rumah

"Saya berterimakasih kepada tenaga medis, karena sampai hari ini tetap rutin mengurus ibu hamil dan bayi. Mereka diberi vitamin dan asupan gizi. Tidak ada keluhan warga yang mengungsi di posko ini. Semua sudah dilayani dengan baik, termasuk MCK yang sudah dibangun lagi dua unit," tandasnya. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM/Amar Ola Keda)
 

Sumber: Pos Kupang
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved