Wujudkan Pariwisata Labuan Bajo Berkelanjutan dan Mandiri, Ini yang Dilakukan BPOLBF
Wujudkan Pariwisata Labuan Bajo Berkelanjutan dan Mandiri, Ini yang Dilakukan BPOLBF
Penulis: Gecio Viana | Editor: Kanis Jehola
Selain itu, Pater Yanuaris berharap BPOLBF, pemerintah maupun pihak-pihak terkait mampu memberikan bantuan berupa pendampingan dan pelatihan bagi kelompok-kelompok pengrajin yang telah dibentuk demi menyambut wisata religi Gereja Tua Rekas.
"Mulai tahun ini, gereja sudah membentuk kelompok untuk pengrajin, kendala ada pada pendampingan, pelatihan yang berkelanjutan. Kelompok ini sudah lama ada di desa, tidak hidup karena tidak dijaga kelangsungannya. Sudah mendapatkan pelatihan, tidak dikembangkan lalu kemudian mati begitu ada permintaan masyarakat tidak siap. Masalah ini perlu dijawab oleh semua pihak. BPOLBF kami harapkan membantu kami mendampingi kelompok-kelompok ini yang sudah mulai kami bentuk lagi di dalam lingkup gereja," tutur Pater Yanuaris.
Perwakilan Forum Masyarakat Peduli dan Penyelamat Pariwisata Manggarai Barat (Formmapp Mabar), Aloysius Suhartim Karya berharap, kehadiran Labuan Bajo sebagai destinasi wisata prioritas harus mampu memberikan dampak yang merata bagi masyarakat Manggarai Barat.
Menurutnya, keterlibatan masyarakat dalam mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan dan mandiri harus dapat diakomodir oleh pemangku kepentingan.
"Bagaimana cara kita ke depan untuk melibatkan masyarakat secara menyeluruh dalam pariwisata yang akan lebih masif. Saya usulkan dibentuk CBT (Community Based Tourism). Kerja sama dengan El Bajo University, dengan program ekowisata yang dimiliki mampu melahirkan ahli-ahli ekowisata yang bisa turut membantu mengembangkan, membentuk dan melahirkan pelaku pariwisata di kampung-kampung," jelas Aloysius.
Sementara itu, Ketua Yayasan PACEM, Pemberdayaan Kaum Difabel untuk Produksi UMKM, Yoseph Min Palem mengatakan, dalam forum diskusi kehadiran pariwisata Labuan Bajo diharapkan, mampu mengakomodir kaum difabel sehingga mampu mengambil bagian mewujudkan Pariwisata yang merata bagi semua kalangan.
"Kami selama ini melatih keterampilan anak-anak bisu tuli untuk membuat oleh-oleh khas Labuan Bajo, baik berupa manisan asam dan sticker dan anak-anak dengan bakat melukis lalu juga pembuatan pembalut cuci ulang yang ramah lingkungan. Kami membutuhkan pendampingan dan termasuk perijinan. Kami diberikan tempat di Batu Cermin dan tempat lainnya ntuk memasarkan hasil kreasi anak-anak," imbuh Yoseph Min Palem.
Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri Mabar, Ignasisus Charles Angliwarman menilai, salah satu kendala yang dihadapi oleh para pelaku industri UMKM dan kuliner adalah keterbatasan modal dan pemasaran.
Dalam kesempatan itu, Charles juga menyinggung terkait proses perijinan.
"Kendalanya, kita punya potensi secara umum tapi masyarakat tidak memiliki modal, sarpras (sarana prasarana), promosi dan pemasaran serta peningkatan kerja sama produk UMKM. Kami akan mencoba membantu mencarikan solusi, sembari proses perijinan juga dipercepat dan dipermudah bagi para pelaku usaha atau investor. Selain itu, dengan mayoritas masyarakat Mabar sebesar 60 persen pendidikan menengah ke bawah, kita berharap BPOLBF membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terhadap masyarakaat desa untuk mengembangkan potensi desa yang dimiliki," pinta Charles.
Terkait proses perijinan yang dilihat masih menjadi salah satu kendala dalam berinvestasi, perwakilan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Manggarai Barat, Teddy Barends menjelaskan pemerintah akan segera menghadirkan Mal Pelayanan Publik yang bertujuan memudahkan para pelaku usaha dalam mengurus proses perijinan.
"Kita akan memberlakukan Mal Pelayanan Publik, hal ini untuk mempermudah para pelaku usaha dalam mengurus perijinan. Nantinya semua informasi penyelenggara pelayanan menjadi ada di satu tempat. Kita berharap ini akan mempermudah dan mempersingkat proses perijinan. Semuanya diharapkan mampu memberikan kepastian berinvestasi," tuturnya.
Sementara itu Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi melalui Asisten II Setda Mabar Bagian Pembangunan, Martinus Ban berharap, sinergitas dari semua pihak yang dituangkan dalam diskusi Forum Floratama mampu mewujudkan Pariwisata Manggarai Barat yang berkelanjutan dan Mandiri.
"Tentang pendampingan kita butuh bantuan dari BPOLBF. Hal-hal itu yang sangat dibutuhkan oleh pemerintah desa. Apa yang perlu kita intervensi, dukungan pemerintah desa apa, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat apa. Teman-teman BPOLBF yang direkomendasikan di rapat ini kita rumuskan untuk secepatnya ditindaklanjuti. Percepatan destinasi pariwisata premium penting untuk kita. BPOLBF perwakilan pemerintah pusat dan mereka mendampingi kegiatan percepatan Pariwisata di Manggarai Barat agar dibicarakan di pusat agar melibatkan semua kementrian terkait, soal akses jalan, listrik dan jaringan internet," kata Martinus Ban. (Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Viana)