Paskah 2021
Mengapa Tanggal Perayaan Paskah Berubah Tiap Tahun? Begini Perhitungannya
Momen Jumat Agung dan Paskah ini bisa jatuh di tanggal yang berbeda setiap tahunnya. Lalu apa dasar perhitungan waktu untuk Jumat Agung dan Paskah?
Metode yang kedua inilah yang akhirnya lebih banyak digunakan di gereja, dan penganut metode yang pertama perlahan-lahan mulai tergusur.
Uskup Viktor dari Roma pada akhir abad ke-2 menyatakan perayaan menurut tanggal 14 Nisan adalah bidat dan mengucilkan semua pengikutnya.
Beberapa metode penghitungan yang lain di antaranya oleh beberapa uskup di Galia yang menghitung Paskah berdasarkan tanggal tertentu sesuai kalender Romawi, yaitu 25 Maret memperingati kematian Yesus dan 27 Maret memperingati kematian Yesus karena sejak abad ke-3 tanggal 25 Maret dianggap sebagai tanggal penyaliban.
Namun metode yang terakhir ini tidak digunakan lama. Banyak kalender pada Abad Pertengahan yang mencatat tanggal perayaan ini (25 dan 27 Maret) untuk alasan historis, bukan liturgis.
Kaum Montanis di Asia Minor merayakan Paskah pada hari Minggu pertama setelah 6 April.
Berbagai variasi perhitungan tanggal Paskah tersebut terus berlangsung hingga abad ke-4.
Perselisihan seputar penghitungan hari Minggu Paskah yang tepat tersebut akhirnya dibahas secara resmi pada Konsili Nicea I pada tahun 325 yang memutuskan bahwa hari Paskah adalah hari Minggu.
Namun tidak mematok hari Minggu tertentu. Kelompok yang merayakan Paskah dengan perhitungan Yahudi dinamakan "Quartodeciman" (bahasa Latin untuk 14) (Nisan) dan dikucilkan dari gereja.
Uskup Aleksandria kemudian ditugaskan untuk mencari cara menghitung tanggal Paskah, karena kota itu dianggap sebagai otoritas tertinggi untuk hal-hal yang berhubungan dengan astronomi, dan sang uskup diharapkan dapat memutuskan hasilnya untuk diikuti keuskupan-keuskupan yang lain.
Namun hasil yang diperoleh tidak memuaskan, terutama untuk gereja-gereja Latin.
Banyak gereja masih memakai cara mereka sendiri-sendiri, termasuk gereja di Roma.
Akhirnya baru pada abad ke-7 gereja-gereja berhasil mencapai kesepakatan mengenai perhitungan tanggal Minggu Paskah.
Paskah menurut kalender liturgi
Pada kekristenan ritus Latin (Barat), Paskah menandai berakhirnya masa Pra-Paskah, yaitu 40 hari (tidak termasuk hari Minggu) menjelang Minggu Paskah.
Sepekan sebelum Minggu Paskah disebut sebagai Pekan Suci.
Hari Minggu sebelum Minggu Paskah, yaitu hari pertama Pekan Suci, adalah hari Minggu Palma yang memperingati masuknya Yesus ke kota Yerusalem menaiki seekor keledai.
Tiga hari terakhir sebelum Minggu Paskah disebut sebagai Kamis Putih atau Kamis Suci, Jumat Agung, dan Sabtu Suci atau Sabtu Sunyi, yang ketiganya sering disebut sebagai Trihari Suci atau Triduum Paskah; Kamis Putih memperingati Perjamuan Malam terakhir Yesus, Jumat Agung memperingati kematian Yesus, dan Sabtu Suci memperingati hari pada saat Yesus di dalam kuburan.
Banyak gereja yang mulai merayakan Paskah semalam sebelumnya, yaitu dengan kebaktian Malam Paskah.
Pada beberapa negara, Minggu Paskah dirayakan selama dua hari hingga Senin Paskah, dan hari-hari dalam sepekan setelah Minggu Paskah, yang disebut dengan Pekan Paskah, masing-masing diberi akhiran Paskah, seperti "Selasa Paskah", "Rabu Paskah", hingga Oktaf Paskah, yaitu hari Minggu setelah Minggu Paskah.
40 hari (yang kemudian diperpanjang menjadi 50 hari atau 7 minggu) setelah Paskah biasa disebut dengan masa Paskah yang diakhiri dengan hari Pentakosta (hari ke-50).
Pada kekristenan ritus Oriental (Timur), masa persiapan Paskah dikenal dengan nama masa Puasa Besar dan dimulai sejak Senin Bersih selama 40 hari (termasuk hari Minggu).
Pekan terakhir dalam masa persiapan itu disebut dengan Pekan Palma, yang berakhir dengan hari Sabtu Lazarus.
Sehari setelah itu adalah Minggu Palma, Pekan Suci, lalu Minggu Paskah.
Pada Sabtu tengah malam menjelang Minggu Paskah perayaan Paskah resmi dimulai, yang terdiri atas Matins, Jam-jam Paskah, dan Liturgi Surgawi Paskah; dengan demikian liturgi tersebut dijamin merupakan liturgi pertama Minggu Paskah, sesuai gelarnya sebagai festum festorum – perayaan dari semua perayaan.
Pekan setelah Minggu Paskah disebut sebagai Pekan Terang, sedangkan masa setelah Minggu Paskah hingga Minggu Para Kudus (hari Minggu setelah Pentakosta) disebut sebagai Pentakostarion.
Paskah Pada Gereja Modern
Di dalam gereja-gereja Kristen, terutama Ritus Latin, perayaan dimulai pada hari Jumat Agung.
Gereja-gereja biasanya menyelenggarakan kebaktian pada hari tersebut, umat Katolik Roma biasanya juga berpuasa pada hari ini.
Misanya diliputi dengan perasaan duka karena memperingati sengsara penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib.
Gereja-gereja Protestan biasanya melanjutkan kebaktian dengan sakramen Perjamuan Paskah untuk memperingati Perjamuan Malam Terakhir Yesus; lagu-lagu sendu seperti "Jangan Lupa Getsemani" juga dinyanyikan.
Sang pastor atau pendeta kadang-kadang memberikan kotbah singkat.
Gereja Katolik Roma tidak merayakan Sakramen Ekaristi pada hari ini, dalam situasi normal juga tidak dilayankan Sakramen Pengakuan Dosa dan Pengurapan Orang Sakit. (lebih lengkapnya lihat Jumat Agung)
Pada hari Sabtunya gereja-gereja Katolik dan beberapa gereja Anglikan dan Lutheran juga menyelenggarakan kebaktian malam Paskah.
Dalam kebaktian itu sebuah lilin Paskah dinyalakan untuk melambangkan Kristus yang bangkit; Exultet atau proklamasi Paskah dinyanyikan; ayat-ayat Alkitab dari Perjanjian Lama yang menceritakan keluarnya bangsa Israel dari Mesir dan nubuatan tentang Mesias dibacakan.
Bagian kebaktian ini mencapai puncaknya dengan menyanyikan Gloria dan Alleluia, dan Injil tentang kisah kebangkitan dibacakan.
Sama seperti kebaktian Jumat Agung, sang pastor atau pendeta kadang-kadang juga menyampaikan kotbah sesudah pembacaan Alkitab.
Bagi gereja Katolik Roma, malam ini biasanya juga digunakan untuk sakramen baptisan kudus, malam penerimaan anggota jemaat gereja yang baru.
Untuk anggota jemaat yang lain, mereka juga menerima percikan air suci sebagai lambang perbaruan iman kepercayaan mereka.
Kebaktian pada gereja-gereja Katolik Roma kemudian dilanjutkan dengan sakramen Konfirmasi. Kebaktian kemudian diakhiri dengan sakramen Ekaristi.
Kebaktian malam Paskah ini memiliki bermacam-macam variasi. Beberapa gereja mengadakannya pada:
Umat Protestan biasanya menggabungkan kebaktian malam Paskah dengan kebaktian Minggu pagi, yaitu mengikuti kisah di Injil yang menceritakan para wanita yang datang ke kubur Yesus pada pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu.
Ada gereja yang menyelenggarakannya pada sekitar subuh (kebaktian subuh), dan biasanya dilangsungkan di luar ruangan seperti halaman gereja atau taman di dekat gereja, namun banyak pula yang merayakannya setelah matahari terbit.
Kebaktian Minggu untuk memperingati kebangkitan Yesus ini (baik bersama-sama atau berbeda dari kebaktian subuh tersebut) dirayakan dengan sikap penuh sukacita, termasuk lagu-lagu yang dinyanyikan juga lagu yang bernuansa kemenangan.
Gereja-gereja yang cukup besar ada yang menggunakan instrumen-instrumen tiup (trompet, dll) untuk melengkapi instrumen-instrumen yang biasa digunakan.
Kebanyakan gereja juga mendekorasi ruang ibadah dengan hiasan-hiasan dan bunga-bungaan (contohnya Bakung Paskah).
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Mengapa Tanggal Perayaan Paskah Berubah Tiap Tahunnya?, dan di tribunkaltim.co dengan judul Makna Paskah 12 April 2020, Minggu Kebangkitan, Peringatan Peristiwa Sakral dalam Hidup Yesus,