Melihat Wajah Gerakan Literasi NTT yang Terekam dalam Lomba Menulis Pojok Sehat, Ini Para Juaranya

Melihat Wajah Gerakan Literasi di NTT yang Terekam dalam Lomba Menulis Pojok Sehat, Ini Para Juaranya

Editor: Gordy Donofan
Istimewa
Melihat Wajah Gerakan Literasi NTT yang Terekam dalam Lomba Menulis Pojok Sehat, Ini Para Juaranya 

Melihat Wajah Gerakan Literasi di NTT yang Terekam dalam Lomba Menulis Pojok Sehat, Ini Para Juaranya

POS-KUPANG.COM - Tim redaksi arnolduswea.com, selaku panitia lomba menulis Pojok Sehat Yayasan Arnoldus Wea Dhegha Nua, telah merilis hasil akhir lomba pada Selasa 30 Maret 2021 di situs web yang mereka kelola tersebut.

Ada tiga pemenang yang akan mendapatkan hadiah uang tunai dengan total sebanyak lima juta rupiah.

Ada hal yang menarik dari laporan pertanggungjawaban panitia lomba tersebut, di mana mereka menganggap lomba menulis tersebut bisa menjadi salah satu metode “cek ombak” sejauh mana gambaran gerakan literasi yang ramai digaungkan di NTT kurang lebih lima tahun belakangan.

Baca juga: Kominfo Edukasi Kaum Milenial Melalui Workshop Genposting Tentang Produktif Menulis untuk Promosi

Menurut panitia, antusiasme masyarakat NTT yang berpartisipasi dalam lomba menulis tersebut sangat luar biasa. Karena itu, mereka berterima kasih kepada 723 orang yang telah mengirimkan karnyanya. Bila dilihat dari jumlah peserta tersebut, tidak berlebihan bila mereka menganggap gerekan literasi yang digaungkan selama ini cukup berhasil.

“Sayangnya, jumlah yang banyak itu belum dibarengi dengan kualitas tulisan yang baik,” lanjut tim redaksi arnolduswea.com sebagaimana dalam rilis yang diterima POS-KUPANG.COM Selasa 30 Maret 2021 malam.

Panitia telah membuat catatan evaluasi terhadap semua tulisan yang masuk. Berikut ini merupakan tiga hal pokok yang menjadi pertimbangan dewan juri dalam menetapkan pemenang.

Pertama, sebagian besar peserta lomba menulis merupakan anak-anak muda kelahiran tahun 90-an ke atas. Ada juga kelompok yang lahir tahun 80-an, tapi jumlahnya tidak dominan. Data demografi ini menunjukkan kalau selama lima tahun gerakan literasi nasional (GLN), mereka sedang berada di pendidikan menengah.

Semangat yang ditunjukkan anak-anak muda NTT ini patut diancungi jempol. meski masih banyak tulisan yang ditulis asal-asalan, sehingga untuk masuk kategori "tulisan baik" saja belum pantas.

Kedua, hal ini berkaitan dengan kualitas tulisan, tim juri menemukan banyak tulisan bergaya alay. Setiap paragraf, penulis sering kali menyelipkan candaan yang mubasir.

Baca juga: Sopir Angkot di NTT Menangkan Sayembara Menulis Gagasan Konkrit Pencegahan dan Penanganan Covid-19

Panitia menyampaikan kalau tulisan dalam lomba ini sebaiknya disampaikan sekreatif mungkin, tidak kaku.

Banyak peserta yang memaknai anjuran itu dengan menulis sesukanya saja. Misalnya, ada tulisan yang hampir tiap paragraf berisi candaan kalau dirinya ganteng dan pandai merayu wanita. Siapa yang rela peduli dengan hal seperti ini?

Mestinya calon atau peserta lomba sudah menyadari sejak awal, siapa penyelenggara kegiatan. Misalnya dalam kasus ini adalah media arnolduswea.com, maka hal yang harus dilakukan sebaiknya mempelajari gaya tulisan yang sudah diterbitkan sebelumnya.

Amati gaya selingkung media yang dituju, kemudian sebisa mungkin ikuti polanya, sehingga bisa merebut hati para juri.

Masih banyak masalah lain dari sisi penulisan. Tim penilai juga menyoroti penggunaan atau penempatan metafora yang kurang sesuai. Bukannya memperindah tulisan, malah bikin dahi pembaca berkerut.

Ketiga, peserta lomba menulis kurang mempedulikan riset meskipun  sederhanadalam  menyiapkan bahan tulisan.

Sebagian besar peserta memang menyebutkan nama bahan atau metode tradisional yang dipakai untuk menangani gejala penyakit tertentu. Sayangnya, tidak ada keterangan lanjutan mengenai kandungan apa yang terdapat dalam bahan obat-obatan tradisional itu.

Sebagai contoh, ada peserta yang menuliskan tentang metode hentikan perdarahan dengan daun sirih. Kenapa darah itu bisa berhenti? Apakah ada zat tertentu dalam daun sirih tersebut yang mampu merangsang proses pembekuan darah?

Mereka yakin saja kalau bahan tersebut mujarab menyembuhkan sakit. Alasannya cuma karena hal itu dikatakan oleh orang tua yang dianggap memiliki kemampuan lebih (dukun).

“Kalau kita punya niat mengangkat pengobatan tradisional sebagai metode yang bisa diterima secara luas, maka modal yakin seperti itu saja belum cukup. Kita perlu cari tahu, apa kandungan dalam bahan obat itu, sehingga masuk akal untuk mengatasi atau meringankan gejala tertentu. Di sinilah pentingnya melakukan riset,’’ ujar panitia lomba.

Peserta lomba tidak harus melakukan riset primer yang rumit secara mandiri. Riset juga bisa dilakukan secara sekunder dengan meninjau hasil penelitian orang lain terkait bahan obat tersebut.

Itulah cuplikan catatan pertanggungjawaban dewan juri yang dirilis panitia lewat situs web arnolduwea.com. Tim juri kemudian mengumumkan tiga tulisan terbaik sebagai pemenang. Urutannya sebagai berikut:

1. Juara I: Abel Harapan, dengang judul tulisan, “Atasi Diare dengan Daun Jambu Biji, dari Nuca Lale  untuk  Flobamora yang ditulis”

2. Juara II: Gres Gracelia, dengan judul tulisan, “Pemulihan Pasca Melahirkan dengan Pengobatan Tradisional”

3.  Juara III: Antonius Rian, dengan judul tulisan,  “Sirih dan Pinang dari Kedang Bisa Bunuh Asam Lambung.”

Pojok Sehat merupakan salah satu rubrik yang bernaung di bawah situs web arnolduswea.com media informasi dan komunikasi Yayasan Arnoldus Wea Dhegha Nua.

Yayasan ini memiliki visi menjadi partner pemerintah dan lembaga lainnya pada kegiatan kemanusiaan dan pembangunan SDM muda di Nusa Tenggara Timur. Selain rutin melaksanakan kegiatan sosial,  misi lain yang menjadi fokus utama yayasan ini adalah ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah di bidang kesehatan, pendidikan dan pariwisata.

Arnoldus Wea, co-founder yayasan mengaku puas dengan pelaksanaan lomba menulis Pojok Sehat tersebut. Beliau mengapresiasi seluruh tim kerja, lebih khususnya lagi kepada seluruh masyarakat NTT yang antusias berpartisipasi dalam lomba.

Menurut Arnoldus, antusiasme ini membuktikan gairah gerakan literasi di NTT, khususnya berkiatan dengan informasi kesehatan cukup baik. Karena itu, melalui Yayasan Arnoldus Wea Dhegha Nua.

Arnoldus berkomitmen untuk terus berpartisipasi dalam pembangunan SDM muda NTT, khususnya dalam bidang kesehatan, pendidikan dan pariwisata.

“Itu visi-misi Yayasan Arnoldus Wea Dhegha Nua yang akan terus kami hidupkan di NTT,” pungkasnya. (GG).

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved