Pernah Jadi Bagian NKRI,Wanita Timor Leste Pernah Dijadikan Pemuas Nafsu Tentara Jepang,Ada Buktinya
Pemerintah Indonesia tak mengambil apa-apa dari Bumi Lorosae , sebaiknya Jakarta berusaha membangun Timor Leste yang saat bersama Indonesia bernama Ti
POS KUPANG.COM -- Sejarah panjang Timor Leste tak lepas dari penindikan dari bangsa Eropa dan Jepang semasa Perang Dunia II
Bangsa Timor Leste baru diperlakukan dengan baik semasa menjadi bagian Negera Kesatuan Republik Indonesia
Pemerintah Indonesia tak mengambil apa-apa dari Bumi Lorosae , sebaiknya Jakarta berusaha membangun Timor Leste yang saat bersama Indonesia bernama Timor Timur
Di Timor Timur sampai dijadikan salah satu provinsi sehingga hak dan kewajiban rakyat Timor Leste sama dengan warga negara Indonesia lainnya
Namun, nafsu segelintir elit politik membawa negergi itu menjadi sebua negara dengan dukungan bangsa Eropa yang mengatasnamakan PBB
Kini, rakyat Timor Leste menerima kenyataan pahit. Negara itu terjerembab dalam jurang kemiskinan atau sangat jauh dari tingkat kesejahteraan di Indonesia
Baca juga: Mengejutkan, Gegara Persoalan Ini PBB Turun Tangan Atasi Masalah di Timor Leste, Ada Apa?
Baca juga: Mati-matian Inginkan Timor Leste Merdeka Lepas dari NKRI, Xanana Gusmao Kini Cuek Kondisi Negaranya
Baca juga: Terbongkar, Timor Leste Hendak Hancurkan Indonesia, Tapi TNI Gunakan Kekuatan Luar Biasa, Apa?
Sejarah Timor Leste 'mencatat' penderitaan rakyatnya selama pendudukan Jepang.
Jepang sempat berkuasa di Bumi Lorosae setelah mengalahkan pasukan sekutu dalam pertempuran tahun 1942.
Berkuasa hingga akhir Perang Dunia II, pendudukan Jepang menyisakan kisah pilu para wanita Timor Leste yang dijadikan ' Comfort Woman ' atau wanita penghibur Tentara Jepang
Seperti yang dilaporkan Stephanie Coop melalui Japan Times (23/12/2006), pengakuan datang dari Ines de Jesus, seorang gadis muda yang selama Perang Dunia II dipaksa menjadi "wanita penghibur" untuk pasukan Jepang.
Dikutip Japan Times, de Jesus melakukan berbagai macam pekerjaan kasar pada siang hari, dan setiap malam diperkosa oleh antara empat hingga delapan tentara Jepang di tempat yang disebut pusat kenyamanan di desa Oat di provinsi barat Bobonaro.
Meskipun mengerikan, pengalaman de Jesus dengan pelecehan seksual di bawah pendudukan militer bukanlah hal yang asing di antara wanita Timor-Leste, tulis Coop.
Banyak wanita Timor Leste mejadi korban kebrutalan itu, juga dialami oleh wanita-wanita dari wilayah jajahan Jepang lainnya.
Melansir history.com, wanita ditangkap di jalan-jalan wilayah pendudukan Jepang, diyakinkan untuk melakukan perjalanan ke tempat yang mereka anggap sebagai unit perawat atau pekerjaan, atau dibeli dari orang tua mereka sebagai pelayan kontrak.
Wanita-wanita itu berasal dari seluruh Asia Tenggara, tetapi mayoritas adalah orang Korea atau Cina.
Begitu mereka berada di rumah bordil, para wanita itu dipaksa berhubungan seks dengan penculiknya dalam kondisi yang brutal dan tidak manusiawi.
Meskipun pengalaman setiap wanita berbeda, kesaksian mereka memiliki banyak kesamaan: pemerkosaan berulang yang meningkat sebelum pertempuran, rasa sakit fisik yang menyiksa, kehamilan, penyakit menular seksual dan kondisi yang suram.
Kemudian, akhir Perang Dunia II tidak mengakhiri rumah bordil militer di Jepang.
Saat itu, antara 20.000 dan 410.000 wanita telah diperbudak di setidaknya 125 rumah pelacuran.
Namun, setelah berakhirnya Perang Dunia II, dokumen tentang sistem tersebut dihancurkan oleh pejabat Jepang, jadi jumlahnya didasarkan pada perkiraan para sejarawan yang mengandalkan berbagai dokumen yang masih ada.
Ketika Jepang dibangun kembali setelah Perang Dunia II, kisah perbudakan perempuannya diremehkan sebagai sisa-sisa masa lalu, yang lebih suka dilupakan orang.
Baca Juga: Sebabkan Kerugian hingga Miliaran Dollar AS, Muncul Fakta Baru Terusan Suez Macet, Kapal Ever Given Bukan Terseret Angin
Selama beberapa dekade, sejarah "wanita penghibur" tidak terdokumentasi dan tidak diperhatikan.
Ketika masalah itu dibicarakan di Jepang, hal itu dibantah oleh pejabat yang bersikeras bahwa "stasiun penghibur" tidak pernah ada.
Kemudian, pada 1980-an, beberapa wanita mulai berbagi cerita.
Pada tahun 1987, setelah Republik Korea Selatan menjadi negara demokrasi liberal, para wanita mulai membahas penderitaan mereka di depan umum.
Pada tahun 1990, masalah tersebut berkobar menjadi perselisihan internasional ketika Korea Selatan mengkritik penyangkalan pejabat Jepang atas peristiwa tersebut.
Di tahun-tahun berikutnya, semakin banyak wanita maju untuk memberikan kesaksian.
Pada 1993, pemerintah Jepang akhirnya mengakui kekejaman tersebut. Namun, sejak itu, masalah tersebut tetap memecah belah.
Pemerintah Jepang akhirnya mengumumkan akan memberikan reparasi kepada “wanita penghibur” Korea yang masih hidup pada tahun 2015, tetapi setelah ditinjau, Korea Selatan meminta permintaan maaf yang lebih kuat.*
Sebagian artikel ini sudah tayang di Intisari.grid.id degan judul: Jadikan Wanita di Wilayah Jajahan sebagai 'Penghibur' Tentaranya, Termasuk Sejarah Kelam Timor Leste, Tapi Jepang Sempat Tak Mengakui hingga Muncul Bukti yang Membuatnya Tak Bisa Mengelak Lagi https://intisari.grid.id/read/032624080/jadikan-wanita-di-wilayah-jajahan-sebagai-penghibur-tentaranya-termasuk-sejarah-kelam-timor-leste-tapi-jepang-sempat-tak-mengakui-hingga-muncul-bukti-yang-membu?page=all