Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik, Jumat 26 Maret 2021: BERANI MENGAKUI ORANG LAIN

Yesus memberikan argumentasi bahwa klaim-Nya sebagai Anak Allah dapat dibuktikan kebenarannya melalui pekerjaan yang Ia lakukan.

Editor: Agustinus Sape
Foto Pribadi
Pater Steph Tupeng Witin SVD 

Renungan Harian Katolik, Jumat 26 Maret 2021: BERANI MENGAKUI ORANG LAIN (Yohanes 10:31-42)

Oleh: Pater Steph Tupeng Witin

POS-KUPANG.COM - Waktu banjir melanda, ia naik ke atas atap dan hanya mengandalkan bantuan Allah. Sebuah sampan datang menghampirinya, ia tolak. Perahu lain mau menolongnya, ia tidak mau. Akhirnya ia pun mati tenggelam.

Saat berhadapan dengan Allah, ia protes keras, "Tuhan, sedemikian besar kepercayaanku pada-Mu, tetapi mengapa Engkau tidak peduli?" Jawab Tuhan, "Bukankah Aku telah mengirimkan sampan dan perahu?"

Pekerjaan atau perbuatan baik yang Anda lakukan belum tentu mendapat apresiasi dan pengakuan dari orang lain. Sangat boleh jadi ada orang yang tidak melihat dan mengakuinya. Apalagi bila ada sentimen, rasa iri, benci dan tidak suka pada diri orang lain. Seberapa banyak kebaikan ditunjukkan olehmu, tetap saja orang itu sangat sulit untuk menerima dan memberikan pengakuannya.

Banyak orang Yahudi sudah mengikuti Yesus. Mereka pasti sudah mendengar pengajaran-Nya dan melihat perbuatan baik yang Ia lakukan. Namun mereka masih saja bimbang dan tak memberikan pengakuan kepada-Nya bahwa Dia adalah Mesias, Anak Allah. Oleh karenanya, Yesus mengatakan bahwa Ia dan Bapa adalah satu (bdk. Yoh 10:26-30).

Namun bagi orang-orang Yahudi, pernyataan Yesus bahwa Dia dan Bapa adalah satu merupakan suatu hujatan. Hukum Yahudi menetapkan, "Siapa yang menghujat nama Tuhan, pastilah ia dihukum mati dan dilempari batu" (Im 24:16). Maka mereka bersiap-siap untuk merajam Dia.

Menghadapi mereka, Yesus memberikan argumentasi bahwa klaim-Nya sebagai Anak Allah dapat dibuktikan kebenarannya melalui pekerjaan yang Ia lakukan. Suatu perkataan memang masih selalu bisa diperdebatkan kebenarannya. Tetapi suatu perbuatan merupakan bukti yang tidak bisa lagi disangkal.

Itulah sebabnya, Ia berkata, "Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa" (Yoh 10:37-38).

Kita bermenung sejenak. Fokus kita pada pekerjaan-pekerjaan apa saja yang telah dilakukan oleh Tuhan kepada kita. Soalnya, mungkin kita sudah mendatangi-Nya atau enggan untuk mendekati-Nya dan hanya memprotes-Nya dari jauh, "Tuhan, sedemikian besar imanku kepada-Mu, tetapi mengapa Engkau tak peduli?" Tetapi Tuhan pun menjawab, "Bukankah Aku telah melakukan perbuatan-perbuatan baik kepadamu?"

Kita pun kiranya boleh membuat refleksi kecil. Kalau Yesus menunjukkan identitas dan membela klaim-Nya sebagai Anak Allah lewat pekerjaan-pekerjaan baik yang Ia lakukan untuk kita, apakah kita pun berani menunjukkan identitas kita melalui pekerjaan dan perbuatan baik kita kepada orang lain? Apakah kita pun mau memberikan pengakuan kepada orang lain atas dasar pekerjaan yang ia lakukan? Soalnya, bukankah dengan pembaptisan, kita ini sudah dimeterai menjadi putera-puteri Allah? *

Simak juga video renungan harian katolik berikut:

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved