Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Rabu 24 Maret 2021: KUALITAS MURID YESUS
Dengan kebenaran yang diperoleh dari Yesus, orang bisa mengetahui apa yang menjadi kehendak Allah dan selanjutnya ia membuat keputusan
Renungan Harian Katolik, Rabu 24 Maret 2021: KUALITAS MURID YESUS (Yohanes 8:31-42)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Yesus berbicara mengenai kebenaran yang memerdekakan. Begini perkataan-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu" (Yoh 8:31-32). Yesus mengatakan bahwa kebenaran akan memerdekakan, kalau orang mau tetap tinggal dalam firman-Nya.
"Tetap tinggal" berarti terus-menerus tinggal. Konsep ini sejajar dengan "Firman-Nya menetap" (bdk. Yoh 5:38). Di dalamnya ada unsur kelangsungan, ketekunan, kesetiaan, kesungguhan iman dari pihak orang yang beriman.
Hanya dengan ketekunan dan kesungguhan untuk tinggal dalam firman, orang akan sungguh menjadi murid Yesus. Kualitas kemuridan terletak pada ketekunan dan kesungguhan untuk tinggal di dalam sabda Yesus dan dalam melakukannya (bdk. Yoh 13:35; 15:8).
Seorang murid bisa bertahan dan tetap tinggal dalam firman, karena ia menerima dan percaya bahwa semua yang Yesus katakan tentang kasih Allah, kengerian dosa, dan makna kehidupan adalah benar. Ia bisa bertahan karena ia selalu mendengar apa yang Yesus katakan; ia belajar dari Yesus dan berbuat sesuai dengan yang dilakukan oleh Yesus.
Apa yang dijanjikan bagi orang yang tetap tinggal dalam firman? Yang dijanjikan ialah bahwa ia akan mengetahui kebenaran. Bukan kebenaran dalam arti intelektual atau filosofis, melainkan kebenaran sebagai pengenalan akan Allah yang kokoh dan bisa dipercaya yang menjadi nyata sepenuhnya dalam kedatangan Yesus.
Yesus-lah yang menyatakan kebenaran itu. Apa yang dikatakan-Nya tentang Allah dan tentang diri-Nya adalah benar. Karena Yesus berasal dari Bapa. Ia pernah tinggal dan bersatu dengan Bapa. Dan Ia menyatakan apa yang didengar-Nya dari Bapa yang mengutus-Nya.
Kebenaran yang disampaikan oleh Yesus itulah yang akan memerdekakan. Kemerdekaan tidak dimaksudkan sebagai kebebasan dari segala belenggu, ikatan, atau rintangan; melainkan kemungkinan dan kesempatan luas yang diberikan Allah untuk menentukan sikap pribadi terhadap kehendak Allah yang dinyatakan di dalam Yesus.
Dengan kebenaran yang diperoleh dari Yesus, orang bisa mengetahui apa yang menjadi kehendak Allah dan selanjutnya ia membuat keputusan sesuai dengan kehendak Allah.
Keputusan yang sesuai dengan kehendak Allah pasti akan membuat orang merasa bebas dari ketakutan apa pun. Ia tak takut kehilangan jabatan, teman, harga diri di mata dunia. Ia pun akan merasa bebas dari dirinya sendiri.
Banyak orang mengakui sepenuhnya bahwa rintangan dan tantangan yang paling berat adalah diri sendiri. Membebaskan diri dari kesenangan diri itu tidaklah gampang. Apalagi untuk mengubah diri sendiri. Namun karena ia menyesuaikan diri dengan kehendak Allah, maka ia tak merasa berat untuk mengubah dirinya.
Selain itu, ia juga akan merasa bebas dari orang lain. Ada banyak orang yang hidupnya dikuasai oleh apa yang dipikirkan atau dikatakan oleh orang lain. H.G. Wells pernah bilang, "Suara tetangga kedengarannya lebih keras dari suara Tuhan". Namun, lantaran ia sudah mengenal suara dan kehendak Allah, maka ia tak lagi dibingungkan oleh suara orang meski semerdu atau sebising apa pun.
Dan ini juga terpenting! Dengan berkeputusan selaras dengan kehendak Tuhan, maka ia akan merasa bebas dari kungkungan dosa. Banyak orang mencapai taraf di mana ia berdosa, bukan karena mengingininya, melainkan karena tidak dapat berbuat lain.
Dosanya sudah menguasainya sedemikian rupa, sehingga dia tidak lagi bisa melepaskan diri dari padanya, walau ia mencobanya. Tapi dengan berada dalam jalur Allah, maka ia terlepas bebas dari salah arah dan salah jalan.