Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik, Selasa 23 Maret 2021: WAKTU BERAHMAT
Yesus lalu berkata: "Akulah terang dunia; barang siapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup"
Renungan Harian Katolik, Selasa 23 Maret 2021: WAKTU BERAHMAT (Yohanes 8:21-30)
Oleh: Pater Steph Tupeng Witin SVD
POS-KUPANG.COM - Harus diakui tak semua perkataan Yesus mudah dicerna dan dimengerti. Perlu perenungan dan pendalaman untuk menangkap dan mengerti makna, arti dan maksud yang terkandung di dalamnya. Makna dan maksud perkataan-Nya umumnya bertautan erat konteks, yakni keadaan atau peristiwa tertentu.
Kepada orang banyak yang duduk mendengar saat Dia mengajar di Bait Allah, Yesus berkata, "Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang" (Yoh 8:21). Apa maksud perkataan Yesus ini?
Dalam injil Yohanes, perkataan Yesus itu didahului warta Dia tentang diri-Nya. Setelah Dia tidak menghukum Maria dari Magdala dan menyuruhnya pergi dan jangan berbuat dosa lagi, Yesus lalu berkata: "Akulah terang dunia; barang siapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yoh 8:12). Namun oleh perkataan-Nya ini, orang-orang Farisi memprotes dan menolak-Nya: "Engkau bersaksi tentang diri-Mu, kesaksian-Mu tidak benar" (Yoh 8:13).
Dengan begitu, perkataan Yesus tentang Dia akan pergi dan orang-orang akan mencari-Nya, tetapi ke tempat Ia pergi, orang tidak dapat datang, setidaknya mengungkapkan dua maksud ini.
Pertama, mereka sudah diberi tahu tentang siapakah diri-Nya dan diberi kesempatan untuk mengakui-Nya, tapi mereka justru menolak-Nya. Maka kesempatan itu akan berlalu dan hilang, lenyap. Olehnya, ketika Dia telah pergi, akan terlambat bagi mereka untuk diselamatkan. Mereka (akan) mati dalam dosa mereka, karena tidak memperoleh penebusan dari-Nya.
Kedua, pernyataan bahwa Dia akan pergi menjadi sebuah tekanan bagi mereka untuk mengambil keputusan percaya akan Dia atau menolak-Nya. Mereka yang tidak percaya kepada-Nya, tidak akan mungkin datang ke tempat Dia pergi. Tempat itu hanya akan dicapai oleh mereka yang percaya kepada-Nya, karena Ia akan mempersiapkan tempat bagi mereka, sehingga di mana Ia berada di situ pun mereka berada.
Dalam hitungan kalender liturgi, masih seminggu lebih kita bersama Yesus. Tak seberapa waktu lagi Dia akan "pergi" meninggalkan kita. Minggu depan kita akan memperingati kematian dan kebangkitan-Nya. Jadi, kehidupan dan waktu atau kesempatan kita terbatas. Apalagi tidak ada seorang pun dari kita yang mengetahui di mana batasan hidupnya.
Oleh karena itu, cukup beralasan bagi kita bahwa dalam jangka waktu yang tersedia dan terbatas ini, kita harus mengambil keputusan untuk mengikuti Dia, agar kita tidak mati dalam dosa kita masing-masing. Waktu saat ini semestinya menjadi saat berahmat, karena kita berkeputusan untuk mengikuti Yesus, dengan meninggalkan cara hidup lama, yang keliru-salah.
G.K. Chesterton pernah mengatakan, "Hanya ada satu perkara yang pasti tentang manusia, yakni bahwa manusia telah menjadi lain dari apa yang dimaksudkan semula, saat diciptakan. Ada sesuatu yang telah menjadi keliru. Sesuatu itu adalah dosa. Dosa itulah yang memisahkan manusia dari Tuhan. Dosa itulah yang membutakannya terhadap Allah. Dosa itulah yang pada pokoknya memusuhi Tuhan".
Temanku pernah menulis refleksi kecil berikut: "Apa halangan utama perjalanan Anda? Jawabnya, 'Kerikil yang masuk ke dalam sepatuku. Batu kecil itu mengganjal dan menusuk daging kakiku sampai berdarah dan membuatku tersiksa'. Simpulku, 'Seberapa pun kecil dosa kita akan terus menimbulkan rasa bersalah dan mengganggu perjalanan hidup". *
Simak juga video renungan harian katolik berikut: